Tribun Maros
Belajar Toleransi dari Pasutri Hasmiah dan Andrias di Desa Labuaja Maros, 40 Tahun Hidup Beda Agama
Warga Desa Labuaja, Dusun Kappang, telah berpuluh puluh tahun terlatih hidup dalam perbedaan agama.
Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Sudirman
TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Warga Desa Labuaja, Dusun Kappang, telah berpuluh puluh tahun terlatih hidup dalam perbedaan agama.
Mereka juga menerapkan sikap toleransi mulai dari kegiatan sehari-hari hingga pada hari raya Islam dan Nasrani.
Natal kali ini, umat Nasrani melakukan perayaan natal di Gereja Pammai Sitappa Kappang dengan tenang dan khidmat.
Baca juga: Siapa Sriyuthi Andi Lolo? Seorang Muslim yang Jadi Ketua Panitia Natal di Makale Tana Toraja
Baca juga: Video Viral Pengantin Didampingi 7 Sahabat Beda Agama, Indahnya Toleransi
Setelah itu jemaat kemudian berkeliling dari rumah kerumah untuk bersilaturahmi.
tak hanya rumah umat Nasrani tapi mereka juga berkunjung kerumah umat muslim.
Berbicara tentang toleransi beragama, ada sebuah cerita menarik dari kehidupan rumah tangga Andarias Tangke (70) dan Hamsiah (65).
Andarias Tangke merupakan pemeluk Kristen Protestan .
Sedangkan sang istri, Hamsiah merupakan seorang muslimah.
Pasangan yang telah menikah selama 40 tahun dan dikarunia tiga orang anak itu menjelaskan di dalam keluarga, rasa toleransi yang tinggi selalu ditanamkan kepada anak anak mereka.
Anak pertama mereka, mengikuti keyakinan sang istri.
"Sementara anak kedua dan ketiga mengikuti keyakinan sang ayah," kata Hasmiah.
Meski anak anaknya memilih jalan berbeda dalam hal keyakinan, itu tidak mempengaruhi hubungan mereka, tetap akur dan harmonis.
“Meskipun kita hidup dua keyakinan dalam satu atap, tapi kita tetap akur, bahkan anak anak saya ini yang memberangkatkan saya ketanah suci dan membuatkan acara maulid di rumah,” ujarnya.
Makanya, setiap 25 Desember pagi Hamsiah juga selalu sibuk menggelar tikar di ruang tamunya.
Ia juga menyiapkan lusinan piring untuk menjamuh jemaat gereja.
“Dalam keluarga ini kita selalu membantu setiap ada perayaan keagamaan. Seperti suami juga membangunkan saya di waktu sahur,” ucapnya.
Bahkan ketika lebaran, keluarga yang beragama Nasrani juga turut membantu menyiapkan hidangan makanan.
“Biasanya mereka membantu untuk membuat buras, kue nastar, bahkan ketika hari raya mereka juga bersilaturahmi kerumah,” ucapnya.