Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Generasi Arung Matoa Wajo XLIII Ishak Manggabarani Silaturahmi di Makassar

Keluarga Besar PYM Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe menggelar silaturahmi di Hotel Four Points By Sheraton Jalan Andi Jemma Kota Makassar

Penulis: Ari Maryadi | Editor: Muhammad Fadhly Ali
Keluarga Ishak Manggabarani
Musyawarah Besar Perkumpulan Keluarga Besar Ishak Manggabarani. 

“KaraEng MangEppE” adalah gelar tahta pertama Pangeran Ishak Manggabarani yang diwariskan oleh pamandanya yang amat mencintainya, yaitu : La Cincing Akil Ali KaraEng MangEppE Datu Pammana Arung Matoa Wajo XL MatinroE ri Cappa’galung.

Sebelum dinobatkan menjadi Arung Matoa Wajo XLIII, Ishak Manggabarani adalah seorang pangeran yang kaya raya. 

Hubungan kekerabatannya selaku sepupu sekali Addatuang Sidenreng dan permaisurinya (La Sumange’rukka Addatuang Sidenreng bin La Panguriseng dan We Sima’tana Arung Tellu Latte’ Sidenreng binti La Cincing Akil Ali) adalah sedemikian rapatnya, sehingga aktifitasnya lebih banyak berkiprah di Sidenreng dan daerah taklukannya.

Arung Matoa Wajo yang Disegani

Sebagai raja pada Negeri Wajo yang belumlah pulih dari kekacauan berkepanjangan sejak beberapa Arung Matoa sebelumnya kiranya suatu amanah yang maha berat. 

Pada tahun 1905, setelah 5 tahun memangku jabatan tersebut, meletuslah perang antara Bone dengan Pemerintah Hindia Belanda. 

Walau melancarkan perlawanan dengan segenap kekuatan yang ada, namun Raja Bone La Pawawoi dan puteranya (abdul Hamid Baso Pagilingi Petta PonggawaE) tetaplah terdesak sehingga haruslah menyingkir keluar dari Wilayah Tana Bone sambil menerapkan strategi perang gerilya. 

Maka Tana Wajo adalah salah satu negeri di luar Tana Bone yang membantu misi penyelamatan ArumponE itu, disamping lasykar Sidenreng dan Gowa yang dipimpin langsung oleh La Temmupage’ Dg. Parenring Arung Labuaja 8). 

Kepemimpinan Arung Labuaja terhadap pasukan gabungan Wajo, Gowa dan Sidenreng ini dapatlah dimengerti bahwa pada posisinya, Sri Baginda Ishak Manggabarani tidaklah secara terang-terangan mengambil langkah permusuhan frontal dengan pihak Pemerintah Hindia Belanda. 

Namun membela jiwa La Pawawoi adalah panggilan kewajiban “pessE” (solidaritas) baginya. Bagaimanapun, mereka adalah sesama turunan La Toappo Arung Berru Addatuang Sidenreng. Terlebih pula kekerabatan dekat mereka melalui garis ibunda mereka yang sesama puteri Gowa.

Bantuan Arung Matoa Wajo ini amatlah berarti bagi ArumponE La Pawawoi. 

Pada masa itulah, ArumponE menganugerahi gelar Jenderal Kehormatan Kerajaan Bone kepada Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE. 

Kemudian puteranya, yakni : La CapontE’ Dg. Bella yang secara langsung membantu perlawanan ArumponE dilantik pula sebagai Dulung Pitumpanua). 

Pada akhirnya setelah sekian lama menjadi wilayah Kerajaan Bone, negeri Pitumpanua dapat diraih kembali menjadi  wilayah Tana Wajo berkat usaha Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE Arung Matoa Wajo XLIII.(Tribun-Timur.com)

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved