Tribun Makassar
Generasi Arung Matoa Wajo XLIII Ishak Manggabarani Silaturahmi di Makassar
Keluarga Besar PYM Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe menggelar silaturahmi di Hotel Four Points By Sheraton Jalan Andi Jemma Kota Makassar
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Muhammad Fadhly Ali
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Keluarga Besar PYM Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe menggelar silaturahmi di Hotel Four Points By Sheraton Jalan Andi Jemma Kota Makassar, Sabtu (18/12/2021) pekan lalu.
Ishak Manggabarani adalah Arung Matowa Wajo XLIII.
Ada tiga agenda Keluarga Besar PYM Ishak Manggabarani ini.
Pertama ziarah makam di Kota Parepare, dilanjutkan Musyawarah perkumpulan keluarga besar, lalu ditutup dengan silaturahmi.
Sejumlah generasi dari PYM Ishak Manggabarani antara lain mantan Wakil Kepolisian Negara Republik Indonesia periode 2010-2011 Komisaris Jenderal (purnawirawan) Jusuf Manggabarani.
Baca juga: Generasi Arung Matoa Wajo XLIII Ishak Manggabarani Silaturahmi di Makassar
Baca juga: Kisah Jusuf Manggabarani, Perwira Polri yang Terlalu Cinta pada Brimob dan Tolak Jabatan Kapolres
Begitupun politisi sekaligus pengusaha pendiri IMB Group Andi Idris Manggabarani.
Adapula mantan Bupati Bulukumba dua periode Andi Sukri Sappewali.
Kegiatan juga diisi diskusi menghadirkan pembicara Andi Chaerul Moes Manggabarani (Anggota DPR RI 1997 – 1998).
Andi Sukri Sappewali (mantan Bupati Bulukumba dua periode, Andi Idris Manggabarani (Komisaris IMB Group) beserta Prof. Dr Andi Ima Kesuma (Guru Besar Antropologi UNM, Opu Bali Rante KEDATUAN LUWU).
Dalam agenda musyawarah besar itu, Andi Idris Manggabarani dipercaya menjabat Ketua Perkumpulan Keluarga Besar Ishak Manggabarani.
"Ini amanah dari seluruh keluarga yang hadir 16 rumpun keluarga, melakukan musyawarah, meminta saya menjadi ketua perkumpulan keluarga besar Ishak Manggabarani," kata IMB saat dihubungi Kamis (23/12/2021).
IMB menjelaskan perkumpulan keluarga besar ini bertujuan menyatukan seluruh anak, keturunan, curu dari Ishak Manggabarani.
IMB mengatakan, generasi-generasi tersebut tersebut tersebar bukan hanya di Sulsel tetapi juga di berbagai penjuru Nusantara, termasuk di luar negeri.
"Untuk itu tugas pengurus jalin komunikasi antara rumpun yang ada, dan juga mendata seluruh keluarga yang saat ini sudah berapa banyak," kata IMB.
Baca juga: Dulu Desiree Tarigan dan Hotma Sitompul Bikin Heboh Tapi Kini Pilih Berdamai, Ini Alasan Lengkapnya
Baca juga: Bukan Alexandre Gama, Pelatih PSM Senegara Robert Alberts Juru Taktik Persib? Pekan Depan Diumumkan
"Karena banyak kadangkala keluarga kita dari rumpun Ishak tahu nama tapi tidak kenal orang. Perkumpulan inilah jadi media dari seluruh para keluarga untuk menjadi sumber informasi dan atap bagi seluruh rumpun keluarga," sambungnya.
IMB melanjutkan rumpun keluarga yang hadir sudah generasi keempat dan kelima.
IMB sendiri generasi kelima, termasuk Komjen (purn) Jusuf Manggabarani.
IMB mengatakan generasi Ishak Manggabarani ini kini punya latar belakang dan pengabdian yang berbeda-beda.
Seperti aparat kepolisian, TNI, pengusaha, politisi, aparatur pemerintah, ataupun dokter.
Sementara itu Ketua panitia Andi Faisal Tanri mengatakan, generasi PYM Ishak Manggabarani ada 15 rumpun keluarga saat ini.
Sejatinya kegiatan akan dihadiri seluruh rumpun keluarga. Namun dua rumpun berhalangan hadir karena cuaca buruk.
"Mubes itu dihadiri 13 rumpun, anak Ishak Manggabarani dari 15 rumpun yang ada. Ada beberapa tokoh-tokoh tidak sempat hadir karena cuaca. Tokoh generasi Ishak Manggabarani hampir di seluruh Indonesia, tadinya ada dari luar negeri hadir, tapi karena kondisi cuasa akhirnya tertunda," katanya.
Faisal mengatakan, pembetukan perkumpulan ini menandakan satu-satunya organisasi rumpun pertalian darah, punya infrastuktur lengkap, rumpun ketahuan semua.
Profil Singkat Ishak Manggabarani
Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe adalah Arung Matoa Wajo XLIII.
Ia dilantik pada tanggal 11 Februari 1900, menggantikan La Passamula Arung Matoa Wajo Matinroe ri Batu-Batu yang tutup usia.
Dalam biografi yang dikutip dari dokumen keluarga besar, Ishak Manggabarani sosok tokoh yang memimpin Tanah Wajo yang kacau balau selama 16 tahun.
Posisinya tidak tergantikan hingga wafatnya dalam bulan Maret 1916 di Parepare.
Ishak Manggabarani memposisikan diri sebagai “Tokoh Netral” yang dipandangnya demi kebaikan rakyat negeri yang dipimpinnya dengan mengatur garis kebijakan pokok pemerintahan Tana Wajo dari rumah kediamannya di luar Tana Wajo yakni : Parepare.
Sri Baginda Ishak Manggabarani disebutkan adalah seorang Leader dan Manager brillian yang jauh melampaui zamannya.
“KaraEng MangEppE” adalah gelar tahta pertama Pangeran Ishak Manggabarani yang diwariskan oleh pamandanya yang amat mencintainya, yaitu : La Cincing Akil Ali KaraEng MangEppE Datu Pammana Arung Matoa Wajo XL MatinroE ri Cappa’galung.
Sebelum dinobatkan menjadi Arung Matoa Wajo XLIII, Ishak Manggabarani adalah seorang pangeran yang kaya raya.
Hubungan kekerabatannya selaku sepupu sekali Addatuang Sidenreng dan permaisurinya (La Sumange’rukka Addatuang Sidenreng bin La Panguriseng dan We Sima’tana Arung Tellu Latte’ Sidenreng binti La Cincing Akil Ali) adalah sedemikian rapatnya, sehingga aktifitasnya lebih banyak berkiprah di Sidenreng dan daerah taklukannya.
Arung Matoa Wajo yang Disegani
Sebagai raja pada Negeri Wajo yang belumlah pulih dari kekacauan berkepanjangan sejak beberapa Arung Matoa sebelumnya kiranya suatu amanah yang maha berat.
Pada tahun 1905, setelah 5 tahun memangku jabatan tersebut, meletuslah perang antara Bone dengan Pemerintah Hindia Belanda.
Walau melancarkan perlawanan dengan segenap kekuatan yang ada, namun Raja Bone La Pawawoi dan puteranya (abdul Hamid Baso Pagilingi Petta PonggawaE) tetaplah terdesak sehingga haruslah menyingkir keluar dari Wilayah Tana Bone sambil menerapkan strategi perang gerilya.
Maka Tana Wajo adalah salah satu negeri di luar Tana Bone yang membantu misi penyelamatan ArumponE itu, disamping lasykar Sidenreng dan Gowa yang dipimpin langsung oleh La Temmupage’ Dg. Parenring Arung Labuaja 8).
Kepemimpinan Arung Labuaja terhadap pasukan gabungan Wajo, Gowa dan Sidenreng ini dapatlah dimengerti bahwa pada posisinya, Sri Baginda Ishak Manggabarani tidaklah secara terang-terangan mengambil langkah permusuhan frontal dengan pihak Pemerintah Hindia Belanda.
Namun membela jiwa La Pawawoi adalah panggilan kewajiban “pessE” (solidaritas) baginya. Bagaimanapun, mereka adalah sesama turunan La Toappo Arung Berru Addatuang Sidenreng. Terlebih pula kekerabatan dekat mereka melalui garis ibunda mereka yang sesama puteri Gowa.
Bantuan Arung Matoa Wajo ini amatlah berarti bagi ArumponE La Pawawoi.
Pada masa itulah, ArumponE menganugerahi gelar Jenderal Kehormatan Kerajaan Bone kepada Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE.
Kemudian puteranya, yakni : La CapontE’ Dg. Bella yang secara langsung membantu perlawanan ArumponE dilantik pula sebagai Dulung Pitumpanua).
Pada akhirnya setelah sekian lama menjadi wilayah Kerajaan Bone, negeri Pitumpanua dapat diraih kembali menjadi wilayah Tana Wajo berkat usaha Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE Arung Matoa Wajo XLIII.(Tribun-Timur.com)
