Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Ibu 2021

Suami Hanya Sopir Pengangkut Sampah, Amelia Rela Jadi Kurir dan Tukang Setrika untuk Sekolahkan Anak

Penghasilan suaminya yang bekerja sebagai supir pengangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Enrekang memang tergolong sangat minim.

Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Muhammad Fadhly Ali
Tribun Timur/Muh Asiz Albar
Sosok ibu asal Desa Tungka, Kecamatan Enrekang, Amelia (23). 

TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG - Seorang ibu harus punya inisiatif dan tak boleh manja serta malu untuk bekerja keras.

Filosofi itulah yang selalu ditanamkan dalam diri ibu asal Desa Tungka, Kecamatan Enrekang, Amelia (23).

Ibu satu anak itu rela bekerja keras membantu suaminya dalam mencukupi kebutuhan keluarganya.

Penghasilan suaminya yang bekerja sebagai supir pengangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Enrekang memang tergolong sangat minim.

Pasalnya, suaminya hanya diberi gaji sebesar Rp 45 ribu per hari dan diterima setiap bulannya sekitar Rp 1,4 juta sebulan.

Jumlah itu tentu tak cukup jika untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga.

Baca juga: 4 Tahun Jadi Ojol di Makassar, Usai Salat Subuh, Masak, Antar Anak ke Sekolah, Hasnita Pun Pacu NMax

Baca juga: Sejak 2015 Ditinggal Suami karena Meninggal, Adriana Saleng Jadi Ibu Sekaligus Ayah untuk 3 Anaknya

Terlebih anaknya yang berusia tujuh tahun dan sudah mulai masuk sekolah (SD) yang tentu butuh biaya.

Apalagi diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian jadi lesuh.

Untuk itu, Amelia berinisiatif untuk bekerja keras menambah penghasilan keluarganya.

Ia pun memanfaatkan momen Covid-19, untuk menghasilkan rupiah dengan menjadi kurir makanan di Kota Enrekang sejak tahun 2020 lalu.

Meski saat itu profesi kurir makanan di Kota Enrekang mayoritas digeluti oleh laki-laki.

Namun, tekatnya untuk keluarganya Amelia tak malu dan minder untuk bekerja sebagai kurir makanan.

Menurutnya, bekerja itu bukan soal gender tapi kemauan untuk berbuat yang penting pekerjaannya halal.

"Bagi saya apapun pekerjaannya yang penting halal dan bisa membantu kehidupan keluarga saya, tak ada gengsi yang penting untuk keluarga," kata Amelia kepada TribunEnrekang.com, Rabu (22/12/2021).

Ibu kelahiran Tungka, (2/2/1998) itu menceritkan awal dirinya menekuni profesi kurir, ia membuat akun Facebook dengan nama Mbak Kurir Enrekang sejak tahun lalu.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Rosmina Si Buruh Tani, Bersuami Penjual Ikan Bisa Kuliahkan 3 Anaknya di Unismuh

Baca juga: Peringati Hari Ibu 2021, Bupati Enrekang Ikut Lomba Masak Nasi Goreng

Dari situ Ia mencantumkan nomor handphone-nya (081237776785) dan akhirnya mulai dikenal dan punya banyak pelanggan.

Anak kedua dari lima saudara itu melayani pesanan pelanggan yang meminta dibelikan dan diantarkan makanan ke lokasinya masing-masing.

Untuk, satu titik pesanan Amelia menetapkan tarif Rp5 ribu kepada setiap pelanggannya.

Ia bekerja sebagai kurir makanan mulai pukul 06.30 pagi sampai pukul 15.00 Wita.

"Alhamdulillah, dari hasil kurir bisa tambah-tambah penghasilan keluarga, tiap hari bisa dapat Rp300 ribu jika orderan banyak," jelas Suami dari Jumaluddin (27).

Meski telah bersyukur dengan penghasilan yang diperolehnya sebagai kurir, dirinya juga punya pengalaman buruk selama jadi kurir.

Ia pernah mendapatkan pelanggan yang memintanya membeli sejumlah belanjaan di pasar.

"Nilai belanjaannya itu Rp160 ribu, pas sudah dibelikan sampai di rumahnya pelanggan bilang besok dibayar, kenyataannya nanti beberapa hari baru dibayar," kenang Amel.

"Padahal itukan modal saya tapi ya mau diapa, itu semua rintangan dalam pekerjaan," ucapnya.

Selepas menjadi kurir makanan, Amelia juga bekerja sambilan sebagai karyawan laundry mulai pukul 15.00 sampai pukul 17.00 Wita.

Ia digaji Rp30 ribu per hari setiap tiga kali sepekan dengan tugasnya adalah mencuci dan menyetrika pakaian.

Sepulang kerja di laundry, Amelia akan menjemput pakaian pelanggan yang memesan jasanya untuk lipat dan strika pakaian.

"Jadi kalau pulang kerja di laundry, saya jemput pakaian pelanggan untuk disetrika da dilipat. Kan saya juga buka jasa setrika dan lipat keliling itu saya tekuni sudah lima tahun. Tarifnya Rp 5 ribu per kilo," jelas wanita lulusan SMK PGRI Enrekang ini.

Ia mengaku, melakukan semua pekerhaan itu dengan senang hati dan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

"Alhamdulillah dengan semua pekerjaan itu, saya sudah bisa penuhi keperluan anak untuk sekolah dan bayar cicilan rumah, listrik, air, makan dan lainnya," tutur Amel.

Di hari Ibu ini, Amel mengajak para ibu agar harus punya inisiatif sendiri dan punya pengahasilan sendiri.

Sehingga tak melulu urus anak dan rumah saja tapi harus punya peran dalam pergahasilan keluarga.

"Pesannya, sebagai perempuan harus mandiri dan mempunyai penghasilan sendiri dan tidak terlalu bergantung pada suami dan harus kerja keras hilangkan gengsi," ajaknya.

Amel sebenarnya punya keinginan untuk melanjutkan kuliahnya di jurusan akuntansi tapi karena faktor biaya sehingga niatnya itu diurungkan.

Apalagi menurutnya saat ini, kebutuhan dan keperluan anaknya lebih diprioritaskan.

Ia pun bertekad akan menyekolahkan anaknya hingga setinggi-tingginya agar nantinya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan sukses.

"Saya mau sekolahkan anak sampai sarjana dan dapat pekerjaan yang layak di masa depannya, jangan kayak orang tuanya," harapnya.

Amel sendiri belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah seperti Beras miskin, ataupun PKH.

Meski dirinya mengaku pernah diminta untuk mengurus asministrasi untuk dapatkan bantuan itu.

Namun hingga kini Ia dan keluarganya belum pernah memperoleh bantuan tersebut.

"Kalau untuk pemerintah, ya harapannya lebih bisa perhatikan nasib kami apalagi di tengah pandemi seperti ini," tutupnya.(TribunEnrekang.com)

Laporan Wartawan TribunEnrekang.com, @whaiez

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved