Cerita Tentara Wanita Korea Utara Aborsi Tanpa Anestesi, Tugas Bukan Untuk Perang Tapi Untuk Ini
Seperti yang dialami sorang tentara wanita Korut ini. Ia harus melayani nafsu para elit politik yang berkuasa.
TRIBUN-TIMUR.COM - Tentara wanita di Korea Utara bukannya diterjunkan ke medan perang, tapi malah punya tugas lain.
Tentara wanita di Korut tak berdaya saat dijadikan pemuas nafsu oleh pejabat tinggi negara.
Seperti yang dialami sorang tentara wanita Korut ini. Ia harus melayani nafsu para elit politik yang berkuasa.
Hal itulah yang terjadi jika partai politik lebih berkuasa dibanding militer.
Bukan sebagai patriot bangsa, para gadis-gadis muda yang mengikuti wajib militer di negara itu malah menjadi budak seks para petinggi partai yang berkuasa.
Mirisnya lagi, rumah sakit militer di negara itu dijadikan sebagai rumah aborsi.

Tak tahan dengan perlakuan rezim komunis, salah satu tentara wanita itu pun melarikan diri ke negara lain.
Prajurit wanita itu bernama Jennifer Kim mengatakan ia dipaksa berhubungan badan oleh seorang elit partai politik saat berusia 23 tahun.
Peristiwa pilu itu terjadi di saat itu ia memenuhi panggilan alit partai politik.
"Jika saya menolak permintaannya, saya tidak dapat menjadi anggota Partai Buruh Korea," katanya.
Jennifer Kim juga mengatakan, menjadi anggota partai sabgat penting meski ia berstatus sebabagi prajurit.
Warga Korut akan mengalami masalah administrasi dan diskriminasi jika tidak terdaftar sebagai anggota partai.
"Jika saya kembali ke masyarakat tanpa bisa bergabung dengan partai, saya dianggap sebagai anak bermasalah dan saya akan distigmatisasi seumur hidup.
"Itu berarti Anda tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik dan itu akan menjadi masalah ketika Anda mencoba untuk menikah - apa yang bisa saya pilih?
"Pada akhirnya, saya diserang secara seksual olehnya,"