Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Bukan karena Kiai Yahya Lebih Bagus dari Kiai Said

Ketua PWNU Sulsel KH Hamzah Harun Al Radyid mengenai pilihan mendukung KH Yahya Chlolil Staquf pada Muktamar 34 NU di Lampung 23-25 Desember

Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Sulawesi Selatan (Sulsel), Hamzah Harun Al Rasyid. (Foto DP WhatsApp Hamzah Harun Al Rasyid) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Taro Ada Taro Gau! Toddoppuli temmalara.

Pepatah Bugis ini disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Sulsel KH Hamzah Harun Al Rasyid mengenai pilihan mendukung KH Yahya Cholil Staquf pada Muktamar 34 NU di Lampung 23-25 Desember mendatang.

Satu kata dengan perbuatan tidak akan bergeser lagi. Demikian terjemahan bebasnya. Pepatah Bugis-Makassar ini spontan diucapkan Kiai Hamzah saat menjawab pertanyaan seberapa besar kemungkinan pilihan NU Sulsel berubah di muktamar.

Berikut petikan wawancara Tribun Timur Makassar, Thamzil Thahir dan Mansur AM di kediaman alumnus Ponpes Asadiyah Sengkang di Jl Skarda N Makassar, Kamis (9/12):

Bagaimana persiapan pemberangkatan ke Muktamar?

Alhamdulillah berjalan lancar. Rencananya kita berangkat 21 Desember. Kita bersama-sama dengan kader-kader NU Sulawesi, Maluku. Papua juga. Kita carter pesawat

Sulsel berapa orang?

Duapuluh suara dari Sulsel. Sebenarnya 25 suara tapi ada lima cabang yang tidak memiliki hak pilih di muktamar.

Karena kepengurusannya sudah kedaluarsa.

Mulai dari Lutim, Luwu, Bone, Sinjai dan Selayar.

Sebenarnya sudah lama disurati untuk pemilihan baru tapi Corona datang. Akhirnyat tidak sempat pergantian pengurus.

Ke mana arah dukungan Sulsel di muktamar?

Sebenarnya wilayah dan cabang itu masing-masing memiliki satu suara.

Namun lumrahnya sebuah organisasi ada rapat pramuktamar.

Dinamika terakhir kemudian mengerucut kepada dua calon. Gus Yahya dan Kiai Said.

Kiai Said baru kemarin, dua hari lalu, mengatakan maju.

Saya sendiri di sejumlah pertemuan dengan Kiai Said berulang kali menyampaikan agar kembali maju periode ketiga, namun saat ini jawabannya selalu sama tidak akan maju lagi dan memberi kesempatan kader lain menjadi ketua umum.

Bahkan di acara Muslimat NU yang dihadiri Presiden, beliau juga menyampaikan tidak akan maju lagi. Atas dasar itu dan pertimbangan aturan organisasi juga, sehingga Sulsel memutuskan suara ke Gus Yahya.

Kenapa Sulsel memilih Gus Yahya?
Saya perlu tegaskan kembali, ini juga saya sampaikan saat silaturahmi Gus Yahya di Hotel Gammara, kemarin.

Bahwa NU Sulsel mendukung Gus Yahya bukan karena Kiai Said tidak bagus.

Soal keilmuan semua mengakui belum ada yang menandingi Kiai Said. Kepengurusan dua periode ini juga bagus.

Jadi, pilihan ke Gus Yahya murni pertimbangan aturan organisasi dan regenerasi kader. Bukan karena Gus Yahya lebih bagus dari Kiai Said.

Selengkapnya, silakan baca melalui Harian Tribun Timur edisi Jumat (10/12/2021).

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved