FISIP Unhas
WD III FISIP Unhas Dr Hasrullah MA Ingin Mahasiswa Unhas Ambil Bagian di Global Leadership
Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia atau Mafindo, Anita Wahid mengatakan, ancaman yang muncul saat ini adalah polarisasi kelompok di tengah
TRIBUN-TIMUR.COM - Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia atau Mafindo, Anita Wahid mengatakan, ancaman yang muncul saat ini adalah polarisasi kelompok di tengah masyarakat.
Polarisasi dimaksud, yakni kecenderungan kelompok yang mengarah pada pemikiran tertentu.
Hal ini semakin nyata seiring kemunculan media sosial yang selalu mengarahkan penggunanya pada topik-topik yang disukainya sehingga orang cenderung mendapatkan informasi yang sama secara terus menerus.
"Dampak polarisasi adalah pemikiran yang dikotomis, kita dan mereka. Konteks yang bisa hidup adalah kita lawan mereka. Kita berlomba-lomba dengan kelompok mereka. Tidak ada duduk bersama (diskusi)," kata putri almarhum Gus Dur itu.
Demikian dia sampaikan saat menjadi pembicara pada webinar yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( FISIP ) Universitas Pembangunan Nasional atau UPN Veteran Yogyakarta, Sabtu (27/11/2021).
Webinar ini bertajuk Indonesia Emas 2045: Pemuda Agen Ketahanan Nasional ini membahas mengenai kontribusi pemuda dalam memperkuat ketahanan nasional Indonesia.
Lanjut, kata Anita Wahid, oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk terbiasa berpikir kritis.
Selain itu juga harus membiasakan diri untuk mengecek setiap informasi yang didapat.
"Demokrasi kita cenderung tergerus di sosial media, yang muncul cenderung perang, bukan lagi diskusi," kata dia.
Menurutnya, ruang digital yang digunakan pada saat ini penting dijadikan sebagai ruang aman untuk mewujudkan esensi demokrasi, sebagai alat yang dapat mendorong kemanusiaan dan perdamaian antara satu sama lain.
Selain Anita Wahid, Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Dr Mohammad Irhas Effendi MSi juga turut menjadi narasumber.
Dalam pemaparannya, dia mengemukakan peran perguruan tinggi dalam mewujudkan mahasiswa sebagai agen ketahanan nasional.
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari era disrupsi (perubahan yang sangat cepat) yang ada di depan mata.
Perguruan tinggi harus memahami tantangan dan peluang sehingga mampu menyiapkan lulusan yang memiliki jiwa tangguh.
"Perlu ada penguatan karakter dan literasi baru," ucap dia.