Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Pinrang

Viral Gadis di Pinrang Lamar Pemuda Rp 500 Juta, Budayawan Bugis Ibrah La Iman: Itu Sah Saja

"Fenomena ini memang menjadi perbincangan di seluruh kalangan. Menariknya, terjadi di daerah Bugis," kata Ibrah saat ditemui, Rabu, (24/11/2021).

Penulis: Nining Angraeni | Editor: Saldy Irawan
tribuntimur.com/nining
: Budayawan Bugis, Muhammad Ibrahim atau akrab disapa Ibrah La Iman. 

TRIBUNPINRANG.COM, PINRANG - Seorang gadis di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan melamar mahasiswa.

Video prosesi mappetuada atau lamaran calon mempelai dalam tradisi Bugis itu viral di media sosial.

Biasanya, tradisi Bugis- Makassar pria lah yang datang melamar wanita.

Namun hal yang berbeda terjadi di Kabupaten Pinrang.

Pihak wanita yang datang melamar calon suami.

Kejadian ini membuat orang-orang bertanya.

Apakah dibolehkan dalam adat Bugis, seorang perempuan melamar mempelai laki-lakinya.

Budayawan Bugis, Muhammad Ibrahim atau akrab disapa Ibrah La Iman menanggapi hal tersebut.

Ia bahkan merespon positif fenomena tersebut.

Menurutnya, fenomena ini membuka prespektif baru.

Bahwa perempuan bisa bersama-sama berjuang untuk menanggung pesta pernikahan.

"Fenomena ini memang menjadi perbincangan di seluruh kalangan. Menariknya, terjadi di daerah Bugis," kata Ibrah saat ditemui, Rabu, (24/11/2021).

Ibrah menyampaikan jika uang panaik dan mahar adalah dua hal yang berbeda.

Ia juga mengatakan bahwa kejadian ini membuka ruang baru.

Serta memperkaya khasanah budaya.

"Di Sumatera itu, perempuan lamar laki-laki adalah hal lumrah. Perempuan lah juga yang menyampaikan niat untuk melamar," katanya.

Dalam sejarah islam pun, kata Ibrah, juga pernah terjadi hal serupa.

"Khadijah lah yang mengutarakan ingin menikah dengan Nabi Muhammad SAW. Bahkan mahar dan biaya pernikahan pun Khadijah yang sediakan," tuturnya.

Menurutnya, fenomena yang terjadi di Bugis ini lebih tepat disebut Saro Mase.

"Saro mase itu diartikan sebagai usaha warga Bugis dalam menanggung beban (biaya pernikahan)," tuturnya

Saro Mase itu lah yang akhirnya membuka kebiasaan baru.

Bahwa bukan hanya laki-laki yang berjuang tetapi perempuan juga bisa berjuang.

Ibrah mengatakan, jika fenomena yang terjadi ini sebenarnya hal yang biasa saja.

Bahkan sudah dari dulu terjadi.

Dikatakan, masa saat berdirinya kerajaan itu, bahkan perempuan lah yang juga melamar pihak laki-laki.

"Namun, beberapa kejadian memang untuk urusan nominal uang panaiknya di selesaikan secara internal saja," sebutnya.

Ibrah berharap, ada hikmah besar yang bisa muncul dalam fenoneman ini.

"Semoga ada hikmah yang besar. Sebab ada beberapa orang selalu bicara kalau menikahi orang Bugis sangatlah susah," ujarnya.

Secara pribadi, Ibrah mengatakan fenomena lamaran yang terjadi ini masih sementara berproses.

"Ini kan belum terjadi (menikah) dan terus dibicarakan. Tentu kita saling menunggu kabar selanjutnya," bebernya.

Ibrah pun menegaskan, jika dalam adat Bugis sah-sah saja perempuan melamar laki-laki.

"Itu sah saja dan bagus. Jadi bukan hanya laki-laki yang berjuang. Tapi perempuan juga terlibat," pungkasnya.

Laporan wartawan Tribunpinrang.com, Nining Angreani.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved