Opini Tribun Timur
Media dan Sistem Politik
Salah satu elemen demokrasi adalah kebebasan pers yang kelak membangun kesadaran politik masyarkat.
Menurut Blake dan Haroldaen dalam A Taxonomy of Concepts in Communication, komunikasi politik adalah komunikasi yang memiliki pengaruh aktual dan potensial mengenai fungsi dari pernyataan politik atau entitas politik lainnya.
Sedangkan Dan Nimmo mendefinisikan bahwa “komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur kegiatan manusia di dalam situasi konflik.
Reese dan Shoemaker juga telah mencoba membuka tabir tentang faktor-faktor yang sangat mempengaruhi isi media.
Menurutnya, terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap isi suatu media, di antaranya adalah pengaruh pekerja media (penyiar atau jurnalis), pengaruh organisasi media, pengaruh ekstramedia, dan pengaruh ideologi.
Dalam tulisan Reese dan Shoemaker tersebut menunjukkan bahwa pengaruh “siapa” (menurut taksonomi Lasswell) atau “kelompok yang mempengaruhi isi media” (menurut Reese dan Sheomaker) atau juga “komunikator politik” dalam menyampaikan “isi pesan” ternyata tidak kalah pentingnya dari pengaruh lainnya, seperti “media”, “khalayak”, dan “efek atau akibat komunikasi” yang dilakukan.
Dalam menjalankan perannya, media sebagai sebuah agen stabilitas, yang bertugas membantu melestarikan tatanan sosial politik. Peran ini umumnya berkaitan dengan istilah development journalism.
Selanjutnya memonitor tatanan politik pada masa damai, melakukan checks and balances, dan sebagai fire-fighting, yaitu membantu dalam menentukan hasil dari perubahan politik dan sosial dramatik yang terjadi saat krisis.
Perilaku media secara frekuentatif menampilkan sisi yang ambigu, hipokrit, dan inkonsisten.
Pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang dijadwalkan akan serentak dilaksanakan pada 2024 mendatang, merupakan sebuah perhelatan pesta demokrasi besar-besaran.
Dimana peran media juga akan semakin penting dalam sistem politik yang ada hari ini. Politik media merupakan sebuah sistem politik.
Politisi misalnya secara individual dapat terus menambah ruang privat dan publiknya, sehingga mereka tetap dapat mengurusi masalah politik ketika ia tengah duduk di kursi kerjanya, yaitu melalui komunikasi yang bisa menjangkau masyarakat sasarannya melalui media.
Hal ini juga mengasumsikan bahwa politik media berdiri berlawanan dengan sistem yang lebih dulu ada, yakni politik partai.
Terdapat 3 (tiga) pelaku dalam politik media, antara lain: politisi, jurnalis, dan orang-orang yang digerakkan oleh dorongan (kepentingan) khusus.
Bagi politisi, tujuan dari politik media adalah dapat menggunakan komunitas massa untuk memobilisasi dukungan publik yang mereka perlukan untuk memenangkan pemilihan umum dan memainkan program mereka ketika duduk di ruangan kerja.
Bagi jurnalis, tujuan politik media adalah untuk membuat tulisan yang menarik perhatian banyak orang dan menekankan apa yang disebutnya dengan “suara yang independen dan signifikan dari para jurnalis”.