BUMN
5 Perusahaan BUMN yang Memiliki Utang Segunung, Malah Ada yang Sudah Dinyatakan Bangkrut
Sejumlah perusahaan yang masuk dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus berjuang terlepas dari lilitan utang
Dia pun mencium ada korupsi terselubung di balik utang jumbo tersebut.
3. PT Waskita Karya
Dilansir dari Kontan, Jumat (26/3/2021), BUMN konstruksi, PT Waskita Karya juga tengah dalam kondisi sulit.
Sepanjang 2020, emiten berkode WSKT tersebut mengantongi pendapatan sebesar Rp 16,19 triliun, turun 48,42 persen dari realisasi pada 2019 yang mencapai Rp 31,39 triliun.
Penurunan pendapatan turut menekan bottom line WSKT. Apalagi jumlah beban pokok lebih besar dari pendapatan yang dibukukan yaitu mencapai Rp 18,17 triliun.
Padahal pada 2019 anggota indeks Kompas100 ini, masih membukukan laba bersih sebesar Rp 938,14 miliar.
Beban terus menekan kinerja keuangan lantaran adanya kenaikan beban umum dan administrasi dari Rp 1,32 triliun menjadi Rp 1,66 triliun.
Kemudian beban lain-lain WSKT juga tercatat naik signifikan dari Rp 197,8 miliar menjadi Rp 1,38 triliun. Per akhir 2020, Waskita Karya tercatat memiliki jumlah liabilitas sebesar Rp 89,01 triliun.
Liabilitas tersebut didominasi oleh liabilitas jangka pendek yaitu mencapai Rp 48,24 triliun. Sementara itu jumlah ekuitas WSKT tercatat sebesar Rp 16,58 triliun.
4. PT Krakatau Steel (KRAS)
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (29/9/2021), akumulasi utang KRAS yang dimulai pada 2011-2018 mencapai Rp 31 triliun.
KRAS terus melakukan pembenahan di seluruh lini dan aktivitas usaha. Manajemen baru Krakatau Steel telah melakukan restrukturisasi utang pada Januari 2020 sehingga beban cicilan dan bunga menjadi lebih ringan guna memperbaiki kinerja keuangan.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, proses pembenahan Krakatau Steel ini membutuhkan waktu setidaknya tiga tahun untuk melihat hasilnya.
5. PT Garuda Indonesia
Diberitakan Kompas.com, Selasa (9/11/2021), kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini memiliki ekuitas negatif sebesar 2,8 milliar dollar AS atau sekitar Rp 40 triliun per September 2021.