Tribun Makassar
Balai Arkeologi Sulsel Diskusikan Asal-Usul Manusia di Sulawesi
Diskusi mengenai manusia Sulawesi ini membahas mengenai asal-usul manusia, perkembangan dunia pangan dan maritim di Sulawesi.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Balai Arkeologi Sulawesi Selatan menggelar webinar nasional tentang manusia Sulawesi, Selasa, (16/11/21).
Kegiatan ini mengusung tema Manusia Sulawesi: Bukti Arkeologi, Asal Usul dan Kebudayaannya di Sulawesi Selatan.
"ini sebagai upaya untuk menyampaikan informasi tahun riset 2021 Balai Arkeologi Sulsel," ujar Kepala Balai Arkeologi Sulsel, Dr Irfan Mahmud dalam sambutannya.
Ada 3 pokok pembahasan yaitu manusia dan adaptasi lingkungan, ketahanan pangan dan dinamika perubahan landscape dunia serta maritim dan jalur rempah.
"3 hal ini akan menjadi studi-studi yang berkontribusi pada pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, pertanian yang berkelanjutan," lanjutnya.
Diskusi mengenai manusia Sulawesi ini membahas mengenai asal-usul manusia, perkembangan dunia pangan dan maritim di Sulawesi.
Hal ini berkaitan dengan penemuan kerangka manusia di Situs Cappa Lombo di Kabupaten Bone, Situs Lariang Jarie dan Leang Ka'do di Kabupaten Maros serta bukti-bukti Arkeologi di Kabupaten Selayar.
Kegiatan ini dibuka melalui presentasi dari Prof Truman Simanjuntak yang membahas "Austronesia Prasejarah Sulawesi".
Selanjutnya, presentasi penelitian kerangka 'Besse' yang dibawakan oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya sekaligus Tim Peneliti, Prof Akin Duli
Besse merupakan hasil temuan dari penilitan di Gua Panninge, Kabupaten Maros pada tahun 2015 yang baru selesai di Tahun 2021.
Kerangka Besse diketahui merupakan perempuan berusia 17-18 tahun yang dikubur sejak sekitar 7.300-7.200 tahun silam.
Dari hasil penelitian, manusia prasejarah ini memiliki DNA Denesovan yang deskripsi penampakkannya seperti orang Papua dan Aborigin di Australia.
Selama ini, DNA Denisovan belum pernah ditemukan pada kerangka manusia pra-Neolitik di Asia Tenggara.
"Denesovan merupakan nama yang diberikan pada temuan rangka manusia berupa gigiDaniel Goa Denesovan, daerah Siberia" ujarnya.
"Besse ini memiliki DNA tersendiri berbeda dari melanesia Dan aborigin" lanjutnya.
Dengan penemuan ini, maka diketahui nenek moyang bangsa indonesia tidak hanya dari Austromelanosoid dan Mongoloid, terdapat pula varian ras Denesovan.
Kegiatan ini juga menghadirkan Prof Adam Brumm dari Graffith University, Australia yang membawakan materi 'Recent Archaeological Discoveries in the Maros-Pangkep Karsts'
Selain itu, Balai Arkeologi melalui DR Hasanuddin mempresentasikan penelitian "Kerangka Manusia di Liang Sumpang Karoro Kawasan Mallawa, Kabupaten Maros" dan Fakhri menampilkan "Bukit Cappa Lambo: Bukit Baru Penguburan Terlipat Manusia Sulawesi 7.500 tahun Lampau".
Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari yang disiarkan langsung melalu kanal youtube Balai Arkeologi Sulawesi Selatan.
Laporan Wartawan Magang Tribun Timur, Faqih Imtiyaaz