Pantas Australia Mati-matian Bela Taiwan, Rupanya Mau Menghalangi China untuk Capai Tujuan Ini
Perang zona abu-abu' saat ini antara China dan Taiwan adalah sinyal bahwa Beijing adalah risiko bagi keamanan dunia.
Tetapi Presiden Xi Jinping berulang kali menyatakan rencana untuk mengambil alih Taiwan pada 2027, sebagai bagian dari 'peremajaan besar China'. Bahkan dengan menggunakan kekuatan militer jika perlu.
Presiden AS Joe Biden bulan lalu bersumpah pasukan Amerika akan menghalangi jalan China jika ada upaya yang dilakukan untuk menaklukkan pulau itu.
“Mereka yang ingin memblokir penyatuan akan ditakdirkan untuk gagal,” kata Gao kepada 60 Minutes melansir Daily Mail pada Minggu (14/11/2021).
“Jika Australia pergi berperang bersama dengan tentara AS dalam upaya China untuk reunifikasi antara daratan China dan Taiwan China, maka Anda berbicara tentang hal terburuk yang dapat Anda impikan - perang antara China dan AS.”
“Itu akan segera meningkat di luar kendali dan itu akan menjadi Armagedon, Armagedon, dan Armagedon,” tegasnya.
Pria yang juga merupakan Wakil Presiden lembaga pemikir The Centre for China and Globalisation menambahkan, kesepakatan baru-baru ini Australia dengan Inggris dan AS untuk mencapai kapal selam bertenaga nuklir akan menjadikan negara itu target senjata pemusnah massal oleh Beijing.
"Kesepakatan AUKUS akan memiliki satu konsekuensi besar bagi Australia, karena tidak akan lagi menikmati manfaat dan hak istimewa yang sangat langka untuk tidak menjadi sasaran senjata nuklir di masa mendatang," kata Gao.
“Inilah yang saya harap orang-orang Australia akan sadari, bahwa Anda perlu berurusan dengan China dengan hormat, sebanyak yang Anda berikan kepada AS.”
Senator Jim Molan, yang juga naik ke pangkat Mayor Jenderal di Angkatan Darat Australia, menjelaskan ada tiga kemungkinan skenario bagaimana China dapat mengambil alih Taiwan, sebuah negara yang secara strategis penting untuk produksi massal microchip semikonduktor.
Satu kemungkinan adalah bahwa angkatan laut China yang luas dapat membuat blokade larangan terbang di sekitar Taiwan, memperlambat ekonomi pulau itu hingga mati sebelum merebut kendali.
Pilihan lainnya adalah serangan mendadak tipe 'Pearl Harbour' dan kemungkinan ketiga adalah kombinasi simultan dari kedua strategi.
Jika salah satu dari situasi ini terjadi, dia memperingatkan Australia akan 'sangat rentan'. Sebab “Negeri Kanguru” secara naif yakin bahwa kekuatan militer Amerika tidak terbatas dan (padahal) itu tidak”.
“Perang berikutnya tidak akan 10 atau 20 tahun lagi. Itu akan terjadi dalam tiga sampai 10 tahun ke depan," katanya.
Dia mengatakan Australia harus memperluas kekuatan pertahanannya 'secara signifikan' dalam menghadapi China, sehingga tidak mengalami potensi nasib yang sama seperti Taiwan.
(Intisari-online/mentari/kompas.com)