Tribun Wajo
Curhat Pengemudi Ojek Perahu di Danau Tempe: Dulu 30 Penumpang, Sekarang Hanya 10 Per Hari
Sebelum pandemi Covid-19, ada banyak sekali perahu-perahu yang dijadikan ojek perahu di aliran Sungai Walennae itu.
Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Saldy Irawan
TRIBUNWAJO.COM, SENGKANG - Ojek perahu masih menjadi andalan masyarakat pesisir Danau Tempe untuk beraktivitas, khususnya yang berada di Kelurahan Salomenraleng dan Kelurahan Laelo, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.
Akses jalan di dua kelurahan itu, memang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Selain sebagai transportasi, ojek perahu juga dimanfaatkan untuk mengangkut wisatawan ke Danau Tempe.
Di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 45 Tempe, ojek perahu itu mangkal.
Sebelum pandemi Covid-19, ada banyak sekali perahu-perahu yang dijadikan ojek perahu di aliran Sungai Walennae itu.
Namun, saat ini tersisa 3 orang saja yang silih berganti mengantar warga dengan beragam urusan itu.
Ada yang hendak berkunjung ke rumah kerabatnya di seberang sungai, ada yang pulang dari pasar, serta ada yang sekadar ingin ke Danau Tempe.
Salah satu tukang ojek perahu yang bertahan, Ruslan (50), mengaku sudah 20 tahun lebih menekuni pekerjaannya.
"Sudah 20 tahun lebih jadi ojek perahu," katanya, saat ditemui tribun-timur.com, Sabtu (13/11/2021).
Namun, selama pandemi ini, Sellang, sapaan akrabnya menyebutkan bahwa jumlah penumpang turun drastis.
"Kalau biasanya dalam sehari bisa mengantar sampai 30 orang, sekarang paling banyak 10 orang," katanya.
Tarif per orang Rp5.000, bila jaraknya dekat. Lain lagi bagi wisatawan yang hendak ke Danau Tempe. Biasanya, para tukang ojek perahu membanderolnya Rp150.000 per perahu, yang biasanya muat 3 sampai 4 orang.
Bermula dari nelayan ke ojek perahu
Sebenarnya, sebelum menekuni ojek perahu, Sellang adalah nelayan di Danau Tempe.
Kondisi Danau Tempe yang mengalami krisis belakangan ini, jadi persoalan pelik bagi nelayan.
Jumlah ikan tangkapan kian berkurang. Berbagai faktor penyebab, mulai dari degradasi lingkungan, invasi ikan predator, dan pendangkalan permukaan danau.
Olehnya, untuk menutupi kebutuhan harian yang kian meningkat, nyambi jadi ojek perahu adalah pilihan.
Pada musim-musim tertentu sebelum pandemi, wisatawan cukup melonjak. Seperti, ketika momentum Festival Danau Tempe, acara Maccera' Tappareng, serta lomba perahu naga.
Hal itulah yang membuat Sellang lebih mengutamakan menjadi ojek perahu, dan sesekali tetap mencari ikan di Danau Tempe.
Namun, setelah pandemi melanda awal 2020 lalu, penumpang berkurang drastis. Untuk menutupi kebutuhan harian, nyambi jadi nelayan adalah satu-satunya pilihan.
"Kalau kurang penumpang, itu saya jadi nelayan. Ambil ikan di Danau," katanya.
Sellang, yang sehari-hari melintas di Sungai Walennae, dan sesekali mengantar wisatawan ke Danau Tempe tentu punya berbagai pengalaman.
Beberapa kali saat memuat wisatawan mancanegara, mesin perahunya mati.
"Ada (pengalaman), biasa itu mesin macet, mogok, kehujanan di perjalanan. Turisnya baik, tidak marah," katanya.
Bantuan selama pandemi
Selama pandemi, Ruslan, dan beberapa tukang ojek perahu di TPI 45 Tempe mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
"Ada bantuan dari pemerintah, ada uang, beras, sama itu indomie," katanya.
Namun, Ruslan menyebutkan, bantuan berupa uang tunai sangatlah bermanfaat. Mengingat ada banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi.