Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TNI

Kisah Panglima ABRI Jenderal M Jusuf Diam-diam Beli Jet Tempur dari Israel Demi Hormati Umat Islam

Panglima ABRI, Jenderal M Jusuf menceritakan pernah membeli jet tempur dari Israel namun secara diam-diam.

Editor: Muh Hasim Arfah
Wikipedia
Mantan Panglima TNI, Jenderal M Jusuf dan Benny Moerdani. 

TRIBUN-TIMUR.COM- Apakah semua kebijakan dan langkah pemerintah harus diketahui publik?

Apakah semua kebijakan dan langkah-langkah negara harus dipublikasikan.

Pada era Menteri Pertahanan sekaligus Panglima ABRI, Jenderal M Jusuf, tak semua kebenaran harus diketahui publik.

Jenderal Asal Makassar ini beralasan keutuhan, ketahanan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia adalah dasar pengambilan keputusan pejabat negara.

Itulah prinsip Jenderal M Jusuf (1928-2004) kala mengemban rangkaian amanah di militer dan jabatan publik.

Rangkaian tiga kisah berikut, mengkonfirmasikan kebijaksanaan Sang Jenderal, saat memanggul amanah sebagai Menteri Perindustrian RI (1964-1974), lalu Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) sekaligus Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Republik Indonesia (1978-1983) dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (1983-1993).

Baca juga: Kisah Jenderal M Jusuf, Ditunjuk Jadi Panglima ABRI Meski Lama Tak Aktif di Militer

Jet Tempur Israel

Tak ingin menyakiti emosi umat Muslim Indonesia, Jenderal M Jusuf pernah merahasiakan transaksi pembelian 32 unit jet tempur eks militer Israel.

Namun, dari rangkaian negosiasi pembelian pesawat inilah, Jenderal M Jusuf pernah bertemu langsung dengan Presiden Amerika Ronald Reagen, Wakil Presiden AS Walter Mondale, serta Sekretaris Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Caspar Willard “Cap” Weinberger.

Pertemuan dengan Ronald Reagen, justru dinilai tak biasa dalam protokoler kenegaraan.

Kisah berikut sebagian dinukilkan dari biografi Jenderal M Jusuf; Panglima Para Prajurit ( Sumarkidjo; 2006), Hendri F Isnaeni (Juli 2015 di Historia) dan dari sebuah blog pertahanan (2010).

Dikisahkan, di awal masa jabatan Menhankam/Pangab, 1978, M Jusuf mendapat informasi dari Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan, Jenderal Leonardus Benjamin (LB) Moerdani (1932- 29 Agustus 2004).

L Benny Moerdani kala itu masih bintang tiga. Sedangkan M Jusuf sudah dua tahun memanggul pangkat bintang empat, setelah jadi Panglima ABRI.

Baca juga: Salim Said Singgung Panglima TNI Orde Baru M Jusuf dan Benny Moerdani Sembara Orang Bisa

“L.B. Moerdani, yang mempunyai jaringan baik dengan pihak Israel,” tulis Atmadji Sumarkidjo di biografi sang jenderal.

LB Moerdani menyebut, penawaran pembelian pesawat tempur jenis A-4E dan A-4F Skyhawk milik Angkatan Udara Israel itu ‘cukup murah’.

Setelah melaporkan informasi itu ke Presiden Soeharto, yang juga Panglima Tertinggi ABRI kala itu, dari 32 yang ditawarkan, Indonesia memutuskan membeli 16 unit.

“Israel mau melepas 32 pesawat itu karena akan menggantinya dengan pesawat tempur lebih canggih jenis F-16 Fighting Falcon, buatan Amerika.”

Mendapat sinyal OK dari Soeharto, Jusuf menyetujui pembelian pesawat tempur itu dengan catatan tebal.

M Jusuf berpesan agar LB Moerdani merancang skenario baik, rapi dan rahasia sehingga asal usul pembelian pesawat itu tidak diketahui masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim, dan pasti menentangnya.

Baca juga: Kisah Jusuf Manggabarani, Perwira Polri yang Terlalu Cinta pada Brimob dan Tolak Jabatan Kapolres

Belakangan, tulis Atmadji, informasi itu baru dirilis resmi oleh Penerangan Mabes TNI-AU tahun 1979, setahun kemudian.

Penulis isu penerbangan dan militer Amerika, Jim Winchester dalam Douglas A-4 Skyhawk: Attack & Close-Support Fighter Bomber, menulis, saat transaksi itu rampung dan tak ada kontroversi, Wakil Presiden Amerika Serikat, Walter Mondale, menyerahkan 16 Skyhawk saat berkunjung ke Jakarta pada Mei 1978.

M Jusuf bertemu, berjabat tangan, dan ikut menjamu Mondale di Jakarta.

Sisanya, 14 Skayhawk (kursi tunggal) dan dua Skayhawk (dua kursi) diserahkan pada November 1979, pesawat ini tipe A-4E dan TA-4H dari Israel.

“Ada kemungkinan bahwa Israel yang memulai penjualan, tetapi penjualan itu diperantarai oleh Amerika Serikat untuk menghindari kepekaan Muslim Indonesia,” tulis Jim Winchester.

Strategi M Jusuf menjaga perasaan umat Muslim Indonesia dengan sentimen kebencian ke Yahudi dan Israel, bahkan diatur detail hingga pelatihan para pilot.

Di medio 1980, sejumlah perwira penerbang Indonesia dipilih ketat untuk dilatih menerbangkan Skyhawk selama hampir setahun di Israel.

Baca juga: KRI Nanggala Sudah Tua? Jenderal Asal Makassar M Jusuf Resmikan 39 Tahun Lalu Saat Era Soeharto

Dalam buku My Home, My Base, Letnan Satu F. Djoko Poerwoko, menceritakan bahwa sebelum sampai ke Israel untuk berlatih, mereka harus melakukan usaha “penyesatan”.

Mereka tidak memakai paspor Indonesia sehingga tidak bisa dilacak memasuki Israel.

Djoko jadi perwira pilot di masa Jenderal M Jusuf jadi panglima ABRI.

Djoko adalah adik kandung dari wartawan senior Kompas, Julius Poer. Jabatan terakhirnya sebelum meninggal (2006) adalah Komandan Danlanud Iswahyudi Madiun (1999-2002) dan Pangkohanudnas (2003-2006), dan pernah bertugas sebagai Komandan Operasi di Lanud Hasanuddin Makassar. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved