Headline Tribun Timur
Solar Langka, Sopir Nginap di SPBU Tunggu BBM
Kelangkaan ini setelah aktivitas masyarakat berangsur normal pasca Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ke level 2.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar langka di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tengah.
Kelangkaan ini terjadi setelah BBM jenis premium ‘hilang’ di tengah-tengah krisis kesehatan pandemi Covid-19.
Dari pantauan Tribun Timur, Sabtu (16/10/2021), akibat kelangkaan ini, antrean mengular di SPBU Perintis Kemerdekaan depan pintu masuk kampus Universitas Hasanuddin.
Selain itu, para sopir truk asal Gowa pun harus ke Makassar untuk mengisi solar. Harga solar saat ini sebesar Rp 5.150.
Kemudian, pada SPBU Jalan Jenderal Sudirman Sidrap, antrean truk terjadi sejak siang, Jumat (15/10/2021).
Sejumlah sopir truk mengaku sudah bermalam tunggu BBM.
Di sepanjang jalan poros Makassar-Parepare, Jl Poros Parepare-Palopo, sejak Jumat lalu, antrean truk terjadi di semua SPBU.
Pertamina menyampaikan, kelangkaan ini setelah aktivitas masyarakat berangsur normal pasca Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ke level 2.
Akibat kelangkaan ini, Pertamina menyarankan untuk membeli Dexlite yang margin solar mencapai Rp 4.550.
Selain itu, Senior Supervisor Communication & Relation PT Pertamina Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan menyampaikan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi mengatur kuota solar sehingga cukup hingga akhir tahun.
Tahun 2021 ini, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat serapan solar subsidi sampai dengan semester I 2021 sudah mencapai 7,26 juta kilo liter (kl), atau mencapai 45,99 persen dari kuota tahun ini sebesar 15,8 juta kl.
Selain itu, minyak tanah 500 ribu kl dan dan Premium 10 juta kl.
Terkait kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), menurut Taufiq dipengaruhi oleh turunnya level PPKM Makassar menjadi level 2.
Sehingga, mobilisasi orang dan barang pun meningkat.
"Tadinya bus-bus kan tidak beroperasi, sekarang sudah beroperasi karena PPKM sudah di level 2," ujarnya.
Kelangkaan tersebut juga dipengaruhi oleh aktivitas industri yang mulai berjalan.
Pergerakan barang juga sangat banyak, meningkat drastis.
Pertamina pun dihadapkan kuota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) yang harus dijaga.
Sebab, Pertamina hanya berperan sebagai operator saja yang menyalurkan.
Sedangkan wewenang penetapan kuota BBM berada di BPH Migas.
Untuk triwulan 4 2021 ini kuota yang ditetapkan oleh BPH Migas itu memang turun signifikan.
"Hal itulah yang mengakibatkan kami harus harus melakukan pembatasan distribusi agar cukup sampai akhir tahun," katanya.
Pertamina pun mengimbau masyarakat untuk menggunakan BBM non subsidi.
"Itu kan ada Dexlite, yang jelas-jelas tidak mengantre dan stoknya sangat melimpah. Tetapi kenapa mereka masih menggunakan solar yang bersubsidi," jelasnya.
Truk dan perusahaan logistik dan proyek seharusnya pakai non subsidi karena mereka badan usaha.
Reaksi Parlemen Sulsel
Legislator Sulawesi Selatan Selle KS Dalle bereaksi keras menyikap keluhan masyarakat soal langkanya BBM jenis solar.
Politisi Partai Demokrat itu menilai, aktivitas masyarakat sudah mulai menggeliat. Namun hal itu rupanya tidak diikuti stok kebutuhan warga soal solar oleh pemerintah.
“Ini sangat disayangkan ini, karena aktivitas warga sudah mulai kembali bergeliat pasca pandemi. Tapi sangat tidak didukung dengan kesiapan suplai BBM yang memadai, khususnya solar,” kata Selle saat dihubungi Sabtu (16/10/2021).
Selle meminta Pemprov Sulsel segera berkoordinasi dengan pertamina pastikan setiap SPBU di 24 kabupaten kota tidak langkah solar.
Ia mengungkapkan banyaknya aspirasi dan sejumlah masyarakat di daerah yang mengalir deras.
Banyak dari berbagai daerah masyarakat menelepon soal kelangkaan solar.
“Tadi saya keliling luar biasa antrean panjang. Sangat disayangkan pemerintah tidak persiapkan dengan baik, pada akhirnya terjadi penumpukan,” tegas Selle.
Bahkan Selle curiga jangan-jangan kelangkaan BBM solar ini dikarenakan ada pihak yang mencoba bermain. Atau ada dugaan keterlibatan mafia BBM.
“Itu perlu kita waspadai jangan sampai ini bagian mafia selama ini main di bahan bakar. Main-main di situasi seperti ini,” katanya.
“Kalau itu terjadi aparat harus ambi tindakan tegas. Dengan situasi pandemi, jangan sampai masih ada pihak main-main kebutuhan dasar warga,” kata Selle.
Selle meminta aparat keamanan harus memastikan tidak ada permainan mafia BBM.
Apalagi ini akhir pekan. Kasian orang di daerah. Di mana-mana terjadi antrean panjang.
“Jawabannya sama hilang solar. Setelah mafia tanah mengancam sulsel, kini mafia BBM lagi mengancam,” kata Selle.
Sementara itu, Wakil Ketua I DPRD Sulsel Syaharuddin Alrif bereaksi keras soal kelangkaan BBM di beberapa kabupaten kota Sulsel.
Politisi Partai Nasdem itu menilai, BBM langka di Sulsel mempengaruhi perputaran uang rakyat.
Ia mengaku menerima banyak aspirasi masyarakat hari ini. Untuk itu ia meminta Pertamina menaruh perhatian atas kelangkaan BBM ini.
“Kami NasDem Sulsel meminta Pertamina perlancar distribusi BBM ke SPBU-SPBU Sulsel. Jangan sampai berpengaruh pada perputaran ekonomi masyarakat,” kata Syahar kepada wartawan Sabtu (16/10/2021).
Syahar meminta Pertamina wilayah Sulsel mempercepat distribusi kiriman BBM ke SPBU di 24 kabupaten kota.
Kedua, Syahar mendesak disiplinkan supaya BBM untuk tujuan masyarakt jangan sampai lari ke kepentingan industri.
“Hari ini laporan masuk cukup besar, maka dari itu mohon perhatian GM Pertamina agak ini bisa dituntaskan, agar alur perputaran uang di Sulsel bisa normal kembali,” katanya.
Syahar mengingatkan, tugas pertamina agar layanan masyarakat atas BBM adalah kebutuhan dasar.(*)