Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dulu Posisi Ketiga Dunia, Kini Produksi Kakao Sulsel Diurutan Keenam

Produksi kakao di Sulsel tidak produktif disebabkan oleh banyaknya hama tanaman yang menyerang kakao.

Penulis: Kasdar Kasau | Editor: Saldy Irawan
Tangkapan layar youtube
Ketua Perhimpunan Penyakit Tanaman Sulsel/Member World Science Forum, Ayu Kartini Parawansa menjadi pembicara Live Tribun VIP seri 34 : Pertanian Sulsel Terbebas Penyakit, Sabtu (16/10/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Produksi tanaman kakao pernah berjaya.

Bahkan pernah menempati posisi ketiga dunia.

Predikat ini bertahan hingga tahun 2016 sebagai tanaman penghasil kakao dunia.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Penyakit Tanaman Sulsel/Member World Science Forum, DR Ir Ayu Kartini Parawansa, MP.

"Kita berada pada posisi ketiga dari Pantai Gading dan Ghana," tutur Ayu.

Namun, setelah tahun 2016, produksinya terus menurun dan berada posisi keenam.

"Padahal produksi kakao kita disenangi di luar negeri," katanya.

Kakao Indonesia memiliki ciri khas yakni aroma yang beda dari negara lain.

"Saya harap pemerintah memperhatikan juga karena Sulsel ini penghasil produksi kakao tertinggi di Indonesia," ujarnya.

Produksi kakao di Sulsel tidak produktif disebabkan oleh banyaknya hama tanaman yang menyerang kakao.

Sehingga petani kini banyak beralih ke tanaman jagung.

Perubahan iklim menjadi penyebab utama datangnya penyakit hama dan penyakit.

Hal ini diutarakan oleh Ketua Perhimpunan Penyakit Tanaman Sulsel/Member World Science Forum, DR Ir Ayu Kartini Parawansa, MP.

Ia menjadi pembicara Live Tribun VIP seri 34 : Pertanian Sulsel Terbebas Penyakit.

Dipandu oleh Jurnalis Tribun Timur, Hasim Arfah, Sabtu, (16/10/2021).

Berlangsung daring di Lt 2 Studio Redaksi Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Kelurahan Sambung Jawa, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

"Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kakao," ungkap Ayu.

Ia meneneliti penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) pada kakao.

"Penyakit ini menyerang pada jaringan xilem dan perjalanannya lambat karena disebabkan oleh patogen jamur," jelasnya.

Penelitian ini mengantar Ayu Kartini Parawansa mencapai gelar doktor tahun 2012.

"Penyakit ini menjangkit dan lama-kelamaan kakao akan mati," tutur Ayu.

Selain VSD ada lagi penyakit sering menyerang tanaman kakao yakni busuk buah. 

Menurutnya, hampir semua tanaman terpengaruh dengan perubahan iklim.

"Tentu perubahan iklim ini akan berdampak bagi seluruh negara di dunia," kata Ayu.

Curah hujan yang tinggi inilah yang menimbulkan banyak penyakit karena tinggi pula kelembaban udara. 

"Seperti halnya pada manusia, jika musim hujan sistem imun kita mudah terserang penyakit disebabkan oleh jamur," katanya.

Begitu juga pada musim kemarau pasti ada penyakit baru yang muncul.

"Jadi kita harus siap dari segala situasi dan kondisi," tuturnya. (*)

Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com - Kasdar
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved