Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Forum Dosen Tribun Timur

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan Petakan Potensi Bakal Calon Maju Pilpres 2024

Mengenai potensi bakal calon, ada dua karakteristik utama sementara yang bisa dilihat.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Hasriyani Latif
Tangkapan layar youtube
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bincang seputar pemilihan umum presiden dibahas dalam webilog virtual Forum Dosen.

Tema kali ini mengangkat 'Proyeksi Pasca Pandemi Peta Jalan Pemilu-Pilpres 2024.

Disiarkan lewat YouTube Tribun Timur dan Facebook Tribun Timur Berita Online Makassar.

Menghadirkan pelbagai pembicara dari kalangan akademisi dan pakar.

Mereka adalah Guru Besar Hukum Tata Negara Unhas, Prof Aminuddin Ilmar, Guru Besar Hukum Tata Negara UMI, Prof Dr Muin Fahmal.

Guru Besar Ilmu Hukum Unibos Prof Marwan Mas, Staf Ahli KSP RI, Ali Mochtar Ngabalin, dan Dekan Fakultas Dakwah UIN Firdaus Muhammad.

Narasumber lain, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan dan Ketua KPU Sulsel Faisal Amir.

Disebutkan Djayadi Hanan, mengenai potensi bakal calon, ada dua karakteristik utama sementara yang bisa dilihat.

Yakni pada tahun, 2024 tidak ada petahana.

Jika kontestasi tanpa calon petahana maka kompetisi bakal calon akan ketat.

Faktor yang mempengaruhi akan banyak faktor non fundamental.

Karena faktor fundamental menyangkut kondisi ekonomi.

Inilah yang biasanya menguntungkan petahana jika ekonominya positif.

"Karena tidak ada petahana maka faktor fundamental seperti ekonomi, keamanan, tidak akan menguntungkan calon tertentu," ucapnya.

Lalu faktor besar yang akan mempengaruhi potensi bakal calon ialah personaliti masing-masing calon.

Baik rekam jejaknya maupun persepsi masyarakat.

"Apakah dia orang yang memiliki ketegasan, kedekatan dan jaringan luas antar suku lintas agama, sektor, dan lainnya," paparnya.

Kedua, faktor kemampuan melakukan sosialisasi.

Ini membuat pertarungan akan lebih kompetitif. 

Mengacu pada survei dua tahun terakhir, semua lembaga yang kredibel menunjukkan belum ada calon dominan. 

Tiga calon yang selalu masuk survei adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

"Di luar itu ada nama Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan sejumlah nama lain," bebernya.

Namun tiga posisi teratas selisih surveinya tidak jauh beda.

Prabowo 20 persen, Ganjar Pranowo 18 persen, dan 15 persen Anies Baswedan.

"Jarak keunggulan atau kekalahan masih jauh dari peminat dan bisa saling susul menyusul," ungkapnya.

Kata Djayadi, elektabilitas jelang pemilu bisa dikatakan dominan kalau angkanya di atas 30 persen.

Itu jika disimulasi dengan 10 hingga 15 calon.

Sehingga konfigurasi partai yang ada paling mungkin ada tiga atau empat calon yang akan maju sebagai bakal calon.

"Bahkan empat calon saja sulit, sepertinya dua atau tiga," tuturnya.

Menurutnya, elektabilitas tinggi saja tidak menjamin.

Bisa saja elektabilitas tinggi tapi tidak dicalonkan oleh parpol.

Artinya peta pertarungan bisa berubah. 

Dukungan parpol menjadi salah satu penentu.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved