Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PON XX Papua

Faktor Nonmedis Menimpa Atlet Sulsel

Achmad Mauluddin, terus membaca ayat-ayat Alquran yang dihafalnya untuk membuat putrinya siuman. Pandangan Najwa Achmad menerawang tanpa suara.

Editor: AS Kambie
Courtesy: Wardy Wirawan/Ajudan Kadispora Sulsel
Atlet Renang Perairan Terbuka 6.000 Meter Sulsel, Najwa Achmad, dirawat di RSU Jayapura, Papua, Senin (11/10/2021). 

Laporan M.Dahlan Abubakar
Dari Arena PON XX Papua.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Aneh, Najwa Achmad, atlet renang perairan terbuka 6.000m Sulawesi Selatan baru saja menyelesaikan satu putaran dalam lomba Renang PON XX di Teluk Yos Sudarso, Senin (11/10/2021) pagi menjelang siang, ketika kakinya tidak bisa lagi digerakkan.

Anggota Panitia PON XX/PON XX Papua yang mengawal setiap perenang dengan menggunakan speedboat warna oranye menyala segera menyerbu ke arah atlet putri Sulawesi Selatan yang cukup diandalkan pada nomornya ini.

Dia segera dibawa ke pinggir, tempat panitia dan tim medis memantau jalannya perlombaan.

Dari kejauhan sekitar 100m, tampak tim medis berusaha memberikan pertolongan selagi di dalam speedboat guna membantu Najwa Achmad dapat mengembalikan kesadarannya.

Atlet Sulsel Najwa Achmad mendapat perawatan di RSU Jayapura, Papua, Senin (11/10/2021).
Atlet Sulsel Najwa Achmad mendapat perawatan di RSU Jayapura, Papua, Senin (11/10/2021). (Courtesy: M Dahlan Abubakar/Humas KONI Sulsel)

Namun karena fisik Najwa Achmad yang agak berisi tim medis segera menaikkannya ke tandu yang diturunkan ke speedboat.

Tubuh Najwa Achmad diangkat dan digotong menuju bilik Tim Medis PB PON XX Papua/2021 yang dibangun bagaikan kontainer yang berjejer di sepanjang jalan di depan Kantor Gubernur Provinsi Papua.

Tim medis berusaha mengembalikan kesadaran Najwa Achmad di bilik kecil, yang cukup nyaman karena ada pendinginnya. Najwa Achmad belum juga siuman.

Komite Pengawas Satgas PON XX Sulsel Ariady Arlsal, Bidang Pembinaan Satgas PON XX Sulsel Andi Ihsan dan Syamsuddin Umar juga sempat menyaksikan Najwa Achmad yang terus diberikan pertolongan medis oleh tim kesehatan.

Seorang anggota tim medis tampak berlari keluar dari bilik yang bercat biru putih dan tidak lama muncul seorang perempuan yang kemungkinannya dokter.

Saat perempuan yang ditengarai dokter itu muncul dari bilik dan tidak lama muncul kereta dorong. Najwa Achmad yang sudah diberi alat bantu oksigen harus segera dilarikan ke rumah sakit.

Yang dituju adalah RSU Jayapura yang terletak di atas ketinggian dari bukit yang di lereng sebelah baratnya terdapat kantor Lukas Enembe, Gubernur Papua.

Ambulans sembari membunyikan sirene darurat meluncur ke RSU Jayapura. Pak Ariady Arsal, Andi Ihsan, dan Syamsuddin Umar membuntuti ambulans yang di atasnya terdapat Achmad Mauluddin, ayah Najwa, yang dengan setiap mengawal anaknya.

Saya yang dibonceng Wardy Wirawan, ajudan Kadispora Sulsel memburu dari belakang. Menaklukkan tanjakan menuju RSU Jayapura di lokasi ketinggian ibu kota Provinsi Papua yang berbukit tersebut.

Pak Asriadi Arsal, Pak Andi Ihsan dan Pak Syamsuddin Umar meninggalkan RSU Jayapura setelah memastikan Najwa Achmad sudah ditangani tim medis rumah sakit.

Saya dan Wardy, panggilan akrab pria gagah ini, juga berusaha memasuki kamar tempat Najwa ditangani, meskipun tim medis setempat menyarankan agar kami tidak boleh terlalu banyak di dekat pasien.

Rasa penasaran saya memaksa masuk ke lokasi Najwa Achmad dirawat. Achmad Mauluddin, terus membaca ayat-ayat Alquran yang dihafalnya untuk membuat putrinya siuman. Pandangan Najwa Achmad menerawang tanpa suara.

Beberapa anggota tim medis dan ofisial Sulsel terus berusaha menyapa gadis ini tanpa henti agar kembali siuman. Mereka terus memanggil namanya.

Melihat situasinya yang rada mengkhawatirkan, saya keluar kamar. Tetapi beberapa saat kemudian, saya kembali masuk setelah mendengar suara Najwa yang menangis,diikuti rasa gembira orang tua dan ofisial lainnya. Perkembangan kondisinya mulai membaik karena sudah terdengar dia bersuara.

“Ayo semangat, Najwa. Semangat,” seru mereka dan Najwa masih terdengar menangis.

Tak tega melihat dan mendengarnya menangis, saya langsung keluar ke ruang tunggu di depan resepsionis RSU Jayapura dan duduk di kursi besi.

Hanya beberapa menit meletakkan pantat di salah satu dari tiga tempat tersedia di kursi bersambung ini, tiba-tiba terdengar suara Najwa tertawa. Saya pun mengintip melalui pintu. Suaranya masih terus terdengar. Benak saya menangkap satu keanehan dan sebuah pertanyaan.

“Tadi Najwa mematung, lalu menangis, kini tertawa. Ada apa?,” saya membatin.

“Fan, saya menangkap ada gangguan nonmedis menimpa Najwa. Mengapa dia tiba-tiba tertawa, padahal tadi dia membeku, diam, dan menangis.

Ada hal yang aneh,” kata saya kepada Ifan, putra Pak Abubakar, pensiunan Kantor Gubernur Sulsel yang juga tenaga medis PON XX Sulsel. Ifan mengiyakan, setelah saya jelaskan.

Saya sering melihat orang “pintar” sedang merawat pasiennya. Perilakunya sama dengan yang saya lihat pada Najwa Achmad.

Saya kemudian mencoba menelepon H Anwar Ahmad di Makassar, pria berjanggut putih yang kerap mengobati pasien yang mengalami gangguan nonmedis seperti ini.

Saya pun menjelaskan rincian kejadian yang menimpa Najwa Achmad melalui telepon. Pak Haji, yang juga kerap diminta tolong oleh tokoh penting negara ini beberapa waktu lalu menjelaskan, ada yang ganggu yang bersangkutan secara psikis.

“Jika pun belum baik, apa yang harus dilakukan?,” tanya saya kepada pensiunan perawat ini yang juga termasuk teman baik itu.

“Nanti kalau muncul lagi, video call saja. Biar saya yang berbicara dengan pasiennya,” jawab pria kelahiran Karumbu Bima NTB ini.

Saya pun memberitahu teman-teman kontingen mengenai hasil pembicaraan dengan H.Anwar barusan. Bersamaan dengan itu, Najwa sudah mulai membaik.

Teman-teman yang lain juga sudah menghubungi salah seorang pintar yang ada di Jayapura untuk menangani Najwa secara nonmedis.

Setelah Najwa Achmad membaik, ayahnya kemudian bercerita bahwa dia sudah mengantisipasi kejadian seperti ini karena lawan-lawannya tahu dia sangat andal di nomor tersebut.

Oleh sebab itu, ketika mengawal anaknya, dia sama sekali tidak mengenakan atribut yang menandakan dia berasal dari Sulsel. Kepada Najwa Achmad Mauluddin mengingatkan anaknya tidak menyentuh siapa pun saat akan berlomba.

Ayahnya menduga, orang tersebut mengetahui nomor start Najwa pada nomor tersebut. Najwa memang sedang berlomba dalam nomor andalannya.

Pada saat hendak pamit menuju Politeknik Penerbangan Jayapura, tempat pertandingan Karate PON XX berlangsung dan Sulsel kemudian berhasil menyabet medali emas melalui Krisda Putri Aprilia yang turun di nomor Kata Perorangan Putri, saya dan Wardy masuk kembali ke kamar tempat Najwa Achmad dirawat.

Dia sudah duduk dan sedang menghadapi nasi di kotak.

“Najwa sudah mi makan,” salah seorang yang mendampinginya memberitahu saya dan Wardy.

“Najwa, ayo, tetap semangat, ya. Kami pamit dulu,” kata saya dan Wardi.

Najwa tersenyum sambil mengangkat dua jarinya setelah menutup kotak nasi yang isinya sudah dia nikmati. (*).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved