Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PON XX Papua

Membayangkan Mattoanging di Stadion Lukas Enembe

Kapasitas Stadion Mattoanging digadang-gadang 40 ribu sekian tempat duduk, sama dengan Stadion Lukas Enembe yang kapasitasnya 40.000

Editor: AS Kambie
tribun-timur
Wajah baru Stadion Mattoanging 
M Dahlan Abubakar
Ketua IPKB Sulsel 
Melaporkan dari Makassar
M Dahlan Abubakar Ketua IPKB Sulsel Melaporkan dari Makassar (dok.tribun)

Catatan M Dahlan Abubakar
Wartawan Senior
dari Arena PON XX Papua

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketika terakhir berkunjung selama seminggu ke Papua pada tahun 2008, saya belum pernah mendengar nama seorang Lukas Enembe yang kini menjabat Gubernur Papua.

Ketika itu Barnabas Suebu yang menjabat Gubernur Papua, yakni antara 25 Juli 2006 hingga 25 Juli 2011.

Barnabas Suebu sebelumnya pada 1988 hingga 1993 pernah menjabat Gubernur Papua, namun setelah diantarai 4 gubernur, termasuk Fredy Numberi dua periode, dia kembali menjabat Gubernur Papua.

Setelah Barnabas Suebu mengakhiri masa jabatannya, Lukas Enembe pun terpilih dan dilantik sebagai Gubernur Papua pada periode I 9 April 2013 hingga 9 April 2018 dan kini memasuki periode kedua.

Ketika masih di bawah kepemimpinan Barnabas Suebu, Papua terpilih menjadi tuan rumah PON XX/2020 yang kemudian diundur ke tahun 2021 karena alasan Covid-19.

Sulawesi Selatan pada Musornas KONI yang memilih tuan rumah PON XX itu, juga mengajukan diri sebagai tuan rumah.

Namun Papua lebih diprioritaskan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mempersiapkan infrastruktur penyelenggaraan PON XX Papua menjadi tugas Luka Enembe yang dilantik sebagai Gubernur Papua periode kedua pada 5 September 2018.

Gubernur yang dilahirkan 23 September 1956 ini langsung tancap gas membangun fasilitas yang dipersiapkan bagi penyelenggaraan PON XX Papua.

Dia tidak tanggung-tanggung menggelontorkan dana APBDRp 2,37 triliun untuk membangunan sembilan arena PON XX Papua.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Papua Alexander Kapisa merinci, Stadion Lukas Enembe yang oleh Presiden Joko Widodo disebut sebagai stadion termegah di Asia Pasifik menghabiskan dana Rp1,392 trilun.

Stadion itu berada di Kompleks Olahraga Lukas Enembe atau dikenal dengan Kompleks Olahraga Harapan. Ini termasuk sebuah kompleks olahraga serbaguna di Kampung Harapan, Nolokla, Distrik Sentani Timur, Jayapura, Papua,

Kompleks olahraga ini menjadi rumah bagi Stadion Lukas Enembe, Istora Lukas Enembe, Stadion Akuatik Lukas Enembe, dan Arena Menembak Lukas Enembe. Fasilitas olahraga ini dibuka pada Mei 2019. Pembangunannya dimulai sejak akhir 2016 dan selesai pada Mei 2019.

Stadion Lukas Enembe memiliki pemandangan berlatar Pegunungan Cycloop di utara dan Danau Sentani di selatan, dilengkapi dengan ornamen khas Papua serta lampu eksterior berwarna-warni yang menyala pada malam hari.

Dinamai Stadion Lukas Enembe guna menghormati Gubernur Papua ke-13 ini yang juga merupakan tokoh penting di balik terpilihnya Papua sebagai Tuan rumah PON XX Papua.

Selain stadion tersebut, Pemprov Papua juga menggelontorkan dana Rp 113 miliar untuk membangun lapangan tembak “indoor” di Kampung Harapan (di Kompleks Stadion Lukas Enembe) dan lapangan tembak “out door” AURI.

Satu gedung olahraga juga dibangun di Kompleks Sekolah Tinggi Teologia (STT) GIDImelalui APBD 2019 senilai Rp 93 miliar. Masih melalui APBD 2019, juga dibangun lapangan softball dan bisbol di AURI dan di Universitas Cenderawasih (Uncen) senilai Rp 167 miliar.

Gedung Olahraga Voli Koya Koso juga dibangun dengan nilai Rp 357 miliar. Lapangan tenis Wali Kota Jayapura pun mendapat kucuran dana Rp 169 miliar dan GOR Futsal Mimika dengan nilai Rp 76 miliar.

Sembilan sarana olahraga ini diresmikan Lukas Enembe 20 Oktober 2020, pada tanggal yang sedianya PON XX/2020 dilaksanakan, namun kemudian diundur setahun kemudian.

Sama Kapasitas

Setelah menghadiri pembukaan PON XX Papua dan menyempatkan diri menyaksikan pertandingan cabang olahraga Muaythai di STT GIDI, Ahad (3/10/2021), Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman langsung menyanpaikan informasi kepada awak media bahwa Sulawesi Selatan siap menjadi tuan rumah PON pada tahun 2028.

Keinginan Plt Gubernur Sulsel itu wajar-wajar saja karena Makassar (Sulsel) sudah lama merindukan menjadi tuan rumah pesta olahraga nasional itu setelah pertama kali dapat giliran pada tahun 1957.

Membaca komentar Plt Gubernur Sulsel di media daring, saya dan teman-teman pegiat dan pemerhati olahraga yang sedang bertugas pada PON XX Papua mulai membayangkan betapa kerja keras Provinsi Sulawesi Selatan jika benar-benar dipercayakan sebagai tuan rumah PON XXII/2028.

Itu berarti, menghadapi Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas) mendatang Sulawesi Selatan harus mulai melaksanakan “operasi senyap”, melobi provinsi-provinsi lainnya guna mendukung keinginan menjadi tuan rumah.

Daerah lain yang berhajat menjadi tuan rumah setelah Sumatera Utara dan Aceh (penyelenggara kembar) adalah Bali.

Jika benar-benar Bali ngotot ingin menjadi tuan rumah, maka yang dipertaruhkan selain kemampuan melobi dan membujuk daerah lain, juga daya tarik.

Meskipun Bali boleh dikatakan memiliki daya tarik dan magnet yang besar dalam bidang pariwisata, namun Sulawesi Selatan pun tak kalah memiliki daya tarik, terutama dari segi kulinernya.

Pariwisata juga tidak kalah karena kita memiliki Tana Toraja, Tanjung Bira, dan sebagainya.

Dari sekarang kita mencoba memosisikan diri “dipercayakan” sebagai tuan rumah PON mendatang. Konsekuensi penunjukan sebagai tuan rumah adalah kesiapan kita membangun fasilitas olahraga yang diperlukan bagi perhelatan olahraga akbar empat tahunan tersebut.

Merujuk kepada Papua yang membangun sembilan fasilitas pertandingan PON XX Papua hanya dalam hitungan 4-5 tahun, Sulsel pun harus mulai berpikir di mana memperoleh lahan untuk membangun kompleks olahraga seperti itu.

Kompleks Stadion Lukas Enembe ini sebelumnya merupakan tanah kosong yang konon dikuasai adat yang dibebaskan, sehingga masih ada demo yang menuntut pembayaran ganti rugi atas pembangunan fasilitas olahraga tersebut.

Saat ini – ini berandai saja -- jika tahun depan atau dua tahun ke depan ditunjuk sebagai tuan rumah PON, Kota Makassar hanya sangat siap dengan sumber daya manusia penyelenggara dan fasilitas akomodasi yang sama sekali tidak mampu dipenuhi oleh penyelenggara PON XX/2021 Papua.

Soal, fasilitas olahraga, kita harus berkiblat ke Papua, khususnya dengan Kompleks Olahraga Lukas Enembe-nya. Sulsel baru saja menganggarkan dana untuk membangun kembali Mattoanging yang kini sudah diratakan.

Jika Sulsel menjadi tuan rumah, jelas Mattoanging tidak dapat diandalkan sebagai lokasi pembukaan karena tidak memiliki sintelban. Stadion Mattoanging dibangun hanya untuk satu cabang olahraga saja, yakni sepakbola dan juga untuk acara-acara yang non-olahraga, seperti acara musik dan kampanye pemilihan umum. Tetapi jika dimanfaatkan untuk kegiatan yang bukan olahraga sepakbola, tentu akan merusak rumput di lapangan yang jelas mahal harganya.

Meskipun kapasitas Stadion Mattoanging digadang-gadang 40 ribu sekian tempat duduk, sama dengan Stadion Lukas Enembe yang kapasitasnya 40..000, namun pemerintah Sulawesi Selatan harus membangun stadion baru yang memiliki sintelban, tempat para peserta PON mengikuti defile pada saat pembukaan dan penutupan.

Akankah Stadion Barombong menjadi alternatif? Kita perlu kaji ulang aspek akses ke sana dan kemungkinan terjadinya kemacetan saat sebelum dan sesudah acara pembukaan.

Menyikapi keinginan Plt Gubernur Sulsel tersebut, sejak sekarang kita harus kerja keras kalau memang ingin menjadi tuan rumah PON XXII. Jangan sampai keinginan Plt Gubernur tersebut hanyalah sebuah wacana “dalam rangka”. Wassalam. (*).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved