Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

GeNose Kembali Dipakai untuk Evaluasi Siswa Makassar yang Ikut Pembelajaran Tatap Muka

Untuk memastikan siswa steril dari virus Corona, mereka diikutkan swab antigen sebelum masuk kelas.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/SITI AMINAH
Wali Kota Makassar, Danny Pomanto meninjau PTM di SMPN 6 Makassar, Senin (4/10/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pemerintah Kota Makassar kembali menggunakan alat tes covid-19 GeNose produksi Universitas Gajah Mada (UGM).

Padahal, pemerintah pusat tidak lagi merekomendasikan alat tersebut untuk melakukan tracing atau deteksi covid-19.

Diketahui, Pemkot Makassar masih punya stok 400 ribu picis yang didatangkan sejak Juni 2021.

Penggunaan GeNose ditunjang dengan alat khusus, pengadaan alatnya seharga Rp 62 juta per unit.

Sebanyak 163 alat yang dibeli, total anggaran yang dikeluarkan senilai Rp 9,4 milliar.

Hanya saja, penggunaan alat ini tak sesuai ekspektasi wali Kota Makassar. 

GeNose dicabut izinnya usai Pemkot Makassar memborong alat tersebut.

Tak ingin mubassir, GeNose tersebut akan digunakan untuk mengecek kesehatan paru-paru peserta didik yang telah menjalani pembelajaran tatap muka (PTM).

Hal itu untuk memastikan kondisi kesehatan siswa yang ikut pembelajaran tatap muka.

Wali Kota Makassar, Danny Pomanto mengatakan kesehatan siswa dilakukan secara berkala.

"Dua Minggu kita akan tes paru-parunya lewat GeNose. Apakah paru-parunya sehat atau tidak," ucap Danny Pomanto usai meninjau PTM di SMPN 6 Makassar.

Selanjutnya, pemeriksaan kesehatan siswa akan dilakukan secara berkala.

"Apakah nanti kita lihat sistem kesehatan per bulan kah, apakah random atau total lagi," tuturnya.

Namun untuk memastikan siswa steril dari virus Corona, mereka diikutkan swab antigen sebelum masuk kelas.

"Kami tidak mau seperti beberapa daerah nanti masuk baru dirandom ternyata ada yang positif. jadinya klaster. Kalau disini ada yang positif langsung tidak dikasi masuk. Artinya tidak boleh dikatakan klaster karena itu dari luar," sebutnya.

PTM SMP dilakukan bertahap, setelah simulasi pertama dianggap efektif, pihaknya akan menambah sekolah.

"Kalau ini sudah oke, ditambah sekolahnya. Mekanismenya sama. Kita kan lagi menguji mekanisme," tuturnya.

Sebelumnya, Danny berdalih penggunaan GeNose dilakukan lantaran biayanya lebih murah.

Sehingga dapat digunakan bagi masyarakat yang tidak memiliki gejala signifikan.

"Kenapa kami pakai GeNose sebagai screening, supaya murah. Karena nda mungkin saya PCR semua orang. Tidak cukup duitnya," katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Makassar, Nursaidah Sirajuddin mengatakan 200 ribu GeNose disiapkan untuk siswa SMP.

"Kita punya 400 ribu picis, 200 ribu picis kita siapkan untuk anak sekolah. Kalau pun kekurangan masih bisa diakomodir semua," jelasnya.

Ia mengklaim, GeNose digunakan untuk menscreening siswa, bukan untuk proses tracing apalagi testing.

GeNose digunakan untuk mengoptimalkan proses monitoring peserta didik.

Mau tidak mau, GeNose harus digunakan karena alatnya sudah tersedia.

"Harus dipakai karena alat itu ada, harus dioptimalkan untuk memonitoring," tegasnya.

Dokter Ida-sapaannya, menilai GeNose efektif digunakan untuk sekadar screening.

Nanti akan ada pemeriksaan lanjutan jika terjadi gejala covid oleh siswa bersangkutan.

"Hanya untuk screening, kita lihat juga kondisi si anak. Kemarin efektivitasnya efektif juga ini GeNose," terangnya.

Selain untuk screening siswa, GeNose akan digunakan oleh petugas container Recover Centre di masing-masing kelurahan.

Sebelumnya, Pakar Kesehatan Universitas Hasanuddin, Idrus Paturusi mengatakan sangat tidak setuju jika Makassar menggunakan GeNose untuk deteksi Covid-19.

"Saya terang-terangan tidak setuju dengan GeNose, kalau antigen lumayan lah," ucap Idrus Paturusi.

Menurutnya, penggunaan GeNose akan buang-buang anggaran.

Apalagi, pemerintah tidak lagi merekomendasikan alat tersebut untuk melakukan tracing atau deteksi covid-19.

"Kalau GeNose dari dulu saya tidak setuju, buang-buang itu. Dari awal sudah bilang, ternyata kan sekarang pemerintah tidak pakai lagi," ujarnya.

Kelemahan dari GeNose karena tidak akurat.

Berpotensi menghasilkan hasil positif atau negatif palsu.

Ini berbahaya jika diterapkan di masyarakat.

Karena orang positif bisa saja dinyatakan negatif dari hasil tersebut. 

Sehingga yang bersangkutan tanpa sadar menyebar virus di lingkungannya.

"Ini bisa celaka karena hasilnya diragukan. Dulu kan memang kalau naik pesawat atau kereta ini dipakai, tapi sekarang tidak lagi," tegasnya.

GeNose adalah salah satu alat pendeteksi virus corona.

Bekerja melalui embusan napas, dibuat oleh sivitas Univeristas Gajah Mada.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved