Sejarah G30S PKI
Rekam Jejak Agum Gumelar Eks Kopassus Tuding Gatot Nurmantyo Bikin Gaduh, Pendukung Jenderal Andika
Dulu Agum Gumelar sempat muncul saat menyatakan mendukung KSAD Jenderal Andika Perkasa jadi Panglima TNI.
Satu tahun kemudian, Agum Gumelar dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Barat oleh PDIP namun gagal.
Pada 2011, Agum Gumelar menjabat sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI dan sebelumnya Agum menjabat sebagai Ketua umum KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) pada 2003 hingga 2007. (1)
Pada Rabu (17/1/2018), Presiden Joko Widodo melantik Agum Gumelar sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Karier Militer
- Ketua Sekretaris Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda)
- Dan Ton Yonif 323/Siliwangi (1969-1970)
- Dan Ton 1 KI-121 Grup 1 Kopassandha (1971-1972)
- Dan Prayudha (1972-1974)
- Staf Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen Negara (1973-1976)
- Wadan Team Khusus Satgas Intel (1974-1975)
- Sprin Ka Bakin Dbp. D-III (1975-1980)
- Waka Perwakilan Taipei (1976-1980)
- Dan Karsa Yudha-1 Grup-2 (1981)
- Pgs. Pa Penjarah (1981)
- Dan Karsa Yudha-5 Grup-4 (1982)
- Wadan Grup-4 (1983)
- Waas Intel (1986)
- Pgs. Waas Intel (1986)
- Wakil Asisten Intelijen Komando Pasukan Khusus (Kopassus) (1987-1988)
- Asisten Intelijen Kopassus (1988-1990)
- Asisten Intelijen I Kasdam Jaya (1989)
- Komandan Korem 043/Garuda Hitam (1992-1993)
- Danrem 043/Gatam Kodam II Sriwijaya (1992)
- Direktur A Badan Intelijen dan Strategis (Bais) ABRI (1993-1994)
- Komandan Kopassus ke-13 (1993-1994)
- Kasdam I/Bukit Barisan (1994-1996)
- Staf Ahli Pangab Bidang Polkam (1996-1996)
- Pangdam VII/Wirabuana (1996-1998)
- Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) (1998-1999)
Dukung Jenderal Andika Perkasa jadi Panglima TNI
Agum Gumelar mendukung Jenderal Andika Perkasa untuk jadi Panglima TNI.
Ada beberapa alasan yang membuat Agum Gumelar mendukung menantu AM Hendropriyono tersebut.
Dalam wawancara di tayangan Kompas TV, Agum Gumelar berharap Presiden Joko Widodo memilih Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.
Ketua Umum DPP PEPABRI tersebut melihat Jenderal Andika Perkasa sangat tepat menjadi Panglima TNI sesuai dengan kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini.
Agum mengaku mengenal dekat Jenderal Andika Perkasa dan mengetahui perjalanan kariernya yang cemerlang.
Jenderal Andika Perkasa dulu pernah menajdi salah satu anak buah Agum Gumelar, sehingga Agum tahu persis kapasitasnya.
"Karena dia pernah menjadi anak buah saya. Jadi saya tahu persis kapasitas Jenderal Andika," kata Agum dengan penuh semangat.
Ditanya soal Laksamana Yudo Margono, Agum Gumelar menyebut sebaiknya Laksamana Yudo ditempatkan sebagai Wakil Panglima TNI.
"Agar dia mendapat kesempatan lebih memahami permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia," lanjut Agum.
Sejarah G30S PKI
Tragedi kemanusiaan peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.
Gerakan 30 September 1965 adalah peristiwa penculikan 6 Jenderal dan 1 Perwira yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menyebut diri mereka "Gerakan 30 September" pada dini hari 1 Oktober 1965.
Kronologi peristiwa G30S tersebut melibatkan banyak tokoh, baik sebagai pelaku maupun korban, di antaranya: anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), internal anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan sebagainya.
Satu di antara jenderal militer yang menjadi target penculikan adalah Letnan Jenderal (Letjen) Ahmad Yani.

Berikut kronologis penculikan Letjen Ahmad Yani yang Tribunnewswiki.com himpun dari beberapa sumber.
Penulisan ini adalah bagian dari kajian data yang dimaksudkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Tidak ada niatan untuk membuka aib atau menyudutkan orang-orang atau organisasi yang terlibat.
Sampai tulisan ini diterbitkan, Tribunnewswiki.com masih terus melakukan validasi data.

Kronologi
Pada pagi hari, 1 Oktober 1965, Komandan Satuan Tugas (Satgas) Pasopati, Letnan (Inf) Doel Arif membentuk tujuh pasukan dari Satgas Pasopati di Lubang Buaya untuk menculik ketujuh jenderal.
Satu di antara tujuh jenderal yang akan diculik adalah Letnan Jenderal (Letjen) Ahmad Yani .
Dalam buku Julius Pour, G30S Fakta atau Rekayasa, Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2013, hlm.2-6, pasukan yang bertugas menangkap Ahmad Yani dipimpin oleh Peltu Mukidjan dan Brigade Infantri I/Djaja Sakti.
Pasukan ini terdiri dari satu peleton Yin 530/Para Brawidjaja, satu Regu PPP AURI dan dua regu sukarelawan organisasi pemuda bernama Pemuda Rakyat, salah satu organisasi afiliasi dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Setelah selesai briefing, pasukan yang akan menangkap Letjen Ahmad Yani dilaporkan telah berada di rumah target di Jalan Lembang.

Pemimpin regu Aisten Letnan Satu Mukidjan yang membawahi sekira satu setengah kompi pasukan yang dibawa dengan dua truk dan dua bus.
Mukidjan kemudian membagi regunya menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama menjaga bagian belakang, kelompok kedua menjaga bagian depan rumah, dan kelompok ketiga yang dipimpin langsung oleh Mukidjan dan Sersan II Raswad masuk ke halaman utama dan masuk rumah.
Mereka langsung berbincang-bincang dengan paa pengawal Yani dan mengatakan bahwa ada pesan penting dari presiden.
Saat para pengawal lengah, mereka kemudian disekap dan senjatanya dilucuti.
Saat Letjen Ahmad Yani muncul, Ruswad segera memberitahu bahwa Presiden Sukarno sangat membutuhkan Letjen Ahmad Yani sekarang juga.

Yani kemudian minta izin untuk mandi dan berganti pakaian, namun permintaannya ditolak.
Ketika Yani meminca izin untuk berganti pakaian, hal ini juga ditolak.
Letjan Yani geram dan memukul salah seorang di antara mereka. Yani kembali ke kamar dan langsung menutup pintu kaca.
Saat itulah, Raswad memerintahkan Sersan Dua Gijadi untuk menembak.
Tujuh peluru menembus kaca dan akhirnya membunuh Yani.
Jenasah Letjen Ahmad Yani kemudian diseret dengan pososo badan dan kepalanya berada di lantai.
Sumber:
Benedict Anderson dan Ruth McVey, A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia, a.b. Galuh HE Akoso dan Yeri Ekomunajat, Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Analisis Awal, Yogyakarta: LKPSM, 2001, hlm. 23-24
Amelia A. Yani, Achmad Yani Tumbal Revolusi, Yogyakarta: Galangpress, 2007, hlm. 18
(Sumber pustaka dan arsip diterbitkan dalam Kuncoro Hadi, dkk, Kronik'65 (Yogyakarta: Media Pressindo, 2017), hlm. 237-239)
Tribunnewswiki.com terbuka dengan data baru dan usulan perubahan untuk memperkaya informasi.
(Surya/Kompas.tv/TribunnewsWiki)
Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Biodata Agum Gumelar Mantan Danjen Kopassus yang Dukung Jenderal Andika Perkasa Jadi Panglima TNI