Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Mualaf

Mengenal Taki Takazawa, Mantan Anggota Geng Yakuza yang Kini Jadi Imam Besar di Tokyo

Dahulu Takazawa adalah tukang tato para anggota kelompok mafia paling ditakuti di Jepang, Yakuza.

Editor: Muh. Irham
int
Taki Takazawa 

Pemblokiran rekening bank ini bukan pertama kali. Bulan Desember 2003, Credit Suisse Bank juga mengumumkan pemblokiran dana 52 juta dolar AS milik Tsukasa tersebut.

Jumlah dana kelompok Yamaguchi-gumi dari dua negara itu saja sudah miliaran dolar AS, plus yang disimpan di negara lain, kemungkinan ada, sebagai tempat pencucian uang serta tentu di dalam negeri Jepang yang tak diketahui jumlahnya.

Penghasilan Yamguchi-gumi diakui Tsukasa dari dunia hiburan, kargo, perusahaan konstruksi.

Bahkan strategi barunya untuk ke luar Jepang karena sangat banyak perusahaan Jepang kini berada di luar negerinya.

Dari perjudian saja setiap hari mungkin bisa dapat 100 juta yen atau sekitar Rp 11, 7 miliar (kurs Rp 117 per yen) hasil setoran berbagai pihak, ungkap salah seorang sumber penulis. Belum lagi hasil pemerasan terhadap berbagai perusahaan besar.

Pada 20 November 2012, pengadilan negeri Tokyo melakukan persidangan tuntutan sebuah asosiasi bisnis di Kyoto yang merasa diperas oleh orang nomor dua Yamaguci-gumi, Takayama, sebesar 40 juta yen (Rp 4,6 miliar).

Tentu saja pengacaranya membela dan mengatakan hal itu sama sekali tidak benar. Hasil keputusan sidang yang dipimpin hakim Akihiro Ogura itu baru akan disampaikan tahun ini.

Hasil memeras satu perusahaan saja bisa mendapat 40 juta yen, bisa dibayangkan 1.000 perusahaan yang "menyetor" dengan mudah 40 miliar yen diperoleh income dari berbagai perusahaan Jepang.

Tidak heran Tsukasa gemar menggunakan pakaian mewah dan trendi, termasuk saat dilepas dari penjara 9 April tahun lalu.

Tsukasa, menggunakan topi coklat mahal, dasi ungu, syal oranye tua mirip warna topinya, jaket dengan merek mahal, sepatu kulit mengkilat dengan kaos kaki merah.

Dari penjara dia menuju Stasiun Shinagawa Tokyo menggunakan kereta api peluru Shinkansen, menuju markas besar Yamaguchi-gumi di Kobe dengan pengawalan ketat.

Di markasnya di Kobe disambut dengan menggelar karpet merah ibarat menyambut raja yang baru tiba.

Kelakuannya yang sederhana menggunakan kereta api, tidak menggunakan mobil limousinnya menjadi sangat terkenal di masyarakat Jepang untuk mengubah citra Yakuza di abad teknologi modern saat ini.

Tak heran seorang warga Kobe yang tinggal dekat markas Yamaguchi-gumi memberi komentar yang sangat simpatik.

"Para anggota itu sering membersihkan got-got di sekeling sini, juga membersihkan kuil-kuil di sini," Kazue Shiota, seperti ditulis Japan Times 10 April 2011.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved