Tribun Gowa
Babinsa Gantarang Sempat Lihat Jenazah Kakak Korban Pesugihan, 'Mukanya Habis Digebukin Begitu'
Sempat saya lihat kondisi (DS) tapi saya tidak ambil dokumentasi karena menjaga perasaan pihak keluarga yang berduka.
Penulis: Sayyid Zulfadli Saleh Wahab | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, GOWA - Penyebab kematian DS (22), kakak dari AP korban kekerasan oleh orangtuanya di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan belum terungkap.
DS meninggal dunia di Lingkungan Lembang Panai, Kelurahan Gantarang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa pada 31 Agustus 2021.
Babinsa Kelurahan Gantarang 1409-04 Koramil Tinggimoncong, Serda Murdani mengaku sempat melihat kondisi wajah jenazah almarhum DS.
"Kakak korban itu meninggal dunia pada malam hari. Tidak tahu itu penyebabnya kenapa saya cuman datang melayat. Sempat saya lihat kondisi (DS) tapi saya tidak ambil dokumentasi karena menjaga perasaan pihak keluarga yang berduka," jelasnya saat ditemui tribun-timur.com di Makodim Gowa, Rabu (8/9/2021).
Ketika itu ia melihat muka almarhum DS telah menghitam dan lebam.
Namun, dia mengaku tidak mengetahui penyebab pasti penyebab kematian almarhum.
"Kondisi wajahnya lebam, hitam, mukanya kayak habis digebukin begitu," bebernya.
"Kalau matanya saya tidak sempat lihat, saya sempat bertanya kepada kedua orangtuanya, saya bilang apa akibatnya sampai meninggal dunia. Kata orangtuanya dia bilang tidak tahu tadi malam dia (DS) mengamuk sampai dia gigit tangannya ibunya. Itu kata bapaknya (DS)," sambung dia.
Kemudian, Murdani menutup kain yang menutupi jenazah almarhum DS.
Dia pun berinisiatif kembali bertanya kepada bapak DS.
"Saya menanyakan siapa disamping almarhum. Bapaknya menjawab itu adiknya (AP) dan tidur karena kelelahan," ucapnya.
Lalu, kata dia, bapak DS dan AP kembali menyampaikan bahwa AP sempat dicekik oleh kakaknya namun diselamatkan.
"Terus saya garis bawahi omongan orangtunya korban ini, bahwa ada kata-kata bahwa ini saja yang diambil, si AP ini yang masih kecil. Pas keluar dari situ saya curiga," ungkapnya.
Lalu, Murdani bertanya kepada warga sekitar yang disegani di sana dan meminta tolong agar AP yang masih berusia enam tahun ini diamankan.
"Tapi warga di situ belum percaya bahwa adanya makhluk begitu (gaib)," ujarnya.
Pasca mendengar pernyataan orangtua korban, Murdani berprasangka bahwa AP akan menyusul menjadi korban selanjutnya.
"Itu perkiraan saya sendiri, naluri saya sendiri," kata dia.
Murdani membeberkan semasa hidup DS hanya membantu orangtuanya bertani.
Dikatakan, (DS) sempat mendaftar seleksi masuk tentara kurang lebih tiga kali namun belum beruntung.
Polisi Selidiki Sebab Kematian
Penyebab meninggalnya DS (22), kakak dari gadis belia berinisial AP (6) yang menjadi korban kekerasan oleh orangtuanya sendiri masih misteri.
Pasalnya, banyak kejanggalan penyebab meninggalnya DS.
Bahkan beredar kabar bahwa beberapa bagian tubuh almarhum mengalami luka.
Menurut keluarga korban Bayu (27), dari informasi yang diperolehnya diduga DS meninggal karena dicekoki air garam 2 liter.
"Ada informasi yang didapat bahwa seperti begitu. Iya informasi dari pihak keluarga," bebernya.
Namun, dugaan DS dicekoki air garam tersebut, Bayu menyerahkan kepada pihak kepolisian agar menyelidiki penyebab kematian DS.
Terkait dugaan pesugihan atau perdukunan di sana, Bayu mengaku baru mengetahui hal tersebut setelah kejadian yang menimpa AP.
"Kalau dugaan seperti itu (pesugihan) kami serahkan kepada pihak kepolisian, biarkan mengembangkan kasus ini," ujarnya.
"Kalau praktik perdukunan saya baru tahu sesudah kejadian ini, ujarnya.
Ia menuturkan bahwa sebelumnya keluarga korban terbilang harmonis.
Dia mengaku tidak menyangka atas kejadian kekerasan yang menimpa gadis belia tersebut.
Dia menyebut keseharian orangtua korban dan kakeknya bekerja sebagai petani.
"Keseharian orangtua dan kakeknya petani, kalau pamannya saya tidak tahu. Pendidikan terakhirnya juga saya kurang tahu," jelasnya.
Sekadar informasi, DS meninggal dunia sehari sebelum adik perempuannya AP dianiaya oleh kedua orangtuanya.
Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Boby Rachman mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan penyelidikan terkait penyebab kematian kakak AP, DS.
"Kita masih melakukan pendalaman dan penyelidikan," bebernya, Rabu (8/9/2021).
Selain itu, Ajun Komisaris Polisi ini akan memeriksa saksi-saksi untuk mengungkap kematian DS.
"Kita akan memeriksa saksi-saksi yang mengetahui, apa penyebab kematian kakak korban," ujarnya.
Dari hasil penyidikan sementara, pihaknya mendapatkan informasi bahwa kakak AP pernah dibawa ke salah satu dukun atau paranormal yang ada disekitar lokasi tempat tinggal kedua orangtuanya.
Ia disebut-sebut dibawa untuk berobat kepada dukun itu.
Sehingga, kasus ini akan didalami lebih lanjut.
"Korban DS sempat ditangani dukun. Sempat dibawa dukun untuk pengobatan," jelasnya.
Sejauh ini penyidik telah memeriksa sembilan saksi atas kasus yang menimpa AP.
Empat orang di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka.
Mereka adalah bapak, ibu, kakek dan paman korban sendiri.
Bapak dan ibu korban masih menjalani observasi di Rumah Sakit Dadi Makassar.
Sedangkan dua orang tersangka lainnya telah ditahan di Rutan Polres Gowa.
Dia menyebut, lima orang yang telah diperiksa tiga orang berjenis kelamin laki-laki dan dua orang lainnya perempuan.
Satu orang saksi lelaki yang telah diperiksa merupakan dukun.
Kondisi Terkini AP
Pasca dua hari operasi, mata bocah berinisial (6) yang menjadi korban kekerasan oleh orangtuanya sendiri mulai membaik.
Saat ini, AP masih menjalani masa pemulihan di RSUD Syekh Yusuf, Jl Dr Wahidin Sudirohusodo Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Gadis balia itu dirawat ruangan VIP di lantai 5 kamar 510.
Spesialis mata RSUD Syekh Yusuf Gowa, dr Yusuf Bachmid mengatakan kondisi mata kanan pasien berangsung membaik.
"Kondisi mata AP mulai membaik, sambil kita melihat banyak sisi istilahnya kita percepatan, hari pertama setelah operasi kita buka perbannya, kita lihat bagus ini," bebernya, saat ditemui tribun-timur.com, Rabu (8/9/2021).
Dikatakan, ada sekitar enam jahitan di sekitar mata korban.
"Saya lihat kondisi mata lumayan baik, tidak banyak air mata keluar, dia bisa enjoy, saya optimis InsyaAllah recover jauh lebih bagus pada umumnya," jelasnya.
"Memang bagian bawah pada kelopak mata kanan ini kita tidak bisa jahit lagi, karena banyak jaringan yang hilang, tapi kita tetap berusaha dengan pengobatan dan kita berharap bisa sembuh juga," sambungnya.
Obat yang diberikan pada pasien ada salep oles yang digunakan tiga kali sehari.
Pasca operasi juga mata kanan korban sudah tidak bengkak lagi.
Begitupula dengan infus juga telah dilepas.
"Kalau misalnya di kelopak mata bawah ada perlengketan yang buat mata, space kelopak matanya kurang maka kita lakukan bedah plastik, tapi kalau bagus hasilnya, terjadi kantong tidak perlu dilakukan," ungkapnya.
Dikatakan, meski mata kanan belum terbuka betul, AP mulai bisa bermain.
"Rawat jalan rencananya hari jumat sudah bisa pulang, diperkirakan (AP) bisa sembuh total sekitar sebulan, tapi mentalnya kita harus terapi, ungkapnya.
"Saya menawarkan terapi di klinik saya bisa, free. Jadi dia datang terapi dua jam dan pulang. Kan sekarang yang tangani Bayu dan pemerintah setempat," lanjutnya.
Interaksi pasien juga mulai membaik, hanya saja interaksinya cenderung kepada orang yang lebih muda atau sebayanya.
"Pokoknya yang dihindari hal-hal yang kemarin terjadi, orang lebih tua, kerumunan terlalu banyak, hindari rumahnya, daerahnya kalau perlu agar ingatannya yang lama tidak muncul kembali," pungkasnya.(*)
Laporan Kontributor TribunGowa.com, Sayyid Zulfadli
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/babinsa-keluarahan-gantarang-1409-04-koramil-tinggimoncong-serda-murdani.jpg)