Cewek Lulusan S2 Kampus Mentereng Ini Pasrah Dijodohkan Ayah Lewat Sayembara, Hadiah Fantastis
Cewek lulusan S2 dari kampus mentereng in pasrah dijodohkan ayah lewat sayembara. Hadiah yang ditawarkan ke calon mantu fantastis.
Selain itu, sang ayah ingin mendapatkan calon menantu yang pekerja keras dan benar-benar mencintai putrinya itu.
"Pria yang akan menjadi keluargaku harus baik dan tidak suka berjudi.
Selain itu, dia juga harus selalu bekerja keras dan benar-benar mencintai putriku," ucap juragan durian itu.
Seakan membuka lebar pintu jodoh untuk sang putri, Anont tidak akan memandang status, harta, dan pendidikan sang calon menantu.
"Aku tak akan meminta uang sepeserpun dari dia, tapi aku akan memberinya 10 juta Baht (Rp 4,4 miliar), 10 mobil, 1 unit rumah, 2 toko durian, dan putriku yang merupakan lulusan Master dari Universitas di Tiongkok," ungkap pria yang telah berjualan durian selama 20 tahun lebih itu.
Awalnya sang putri, Kansita Rotthong, hanya menganggap hal itu sebagai gurauan ayahnya saja.
Namun, setelah melihat keseriusan dari ayahnya, Kansita pun tak akan melawan keputusan sang ayah.
"Pertama, aku kira ayahku cuma bercanda.
Namun ternyata dia benar-benar serius ingin mencari menantu,"
"Aku dan saudara-saudaraku menghormati keputusannya," ucap Kansita.
Beberapa orang tua memang masih melakukan sistem perjodohan di zaman sekarang.
DIlansir dari laman kompas.com, siapa sangka pernikahan hasil perjodohan lebih mampu bertahan meski sering terjadi bentrokan ego dan perbedaan pendapat.
Namun, ironis, pernikahan perjodohan lebih lama bertahan karena ada tekanan sosial. Uraian tersebut di atas dipresentasikan pada Indian Association of the Social Psychiatry.
Sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh World Psychiatry Association dan dikampanyekan oleh Chhatrapati Shahuji Maharaj Medical University.
“Pernikahan yang dilandasi cinta bisa berkembang, begitu juga dengan pernikahan hasil perjodohan. Perbedaannya terletak pada besarnya peranan keluarga. Dalam pernikahan yang dilandasi cinta, keluarga tidak banyak ikut campur dan membiarkan keputusan ditentukan oleh pasangan tersebut. Hal seperti ini tidak terjadi pada pernikahan hasil perjodohan," jelas Profesor Harjeet Singhs, Co-Chairman Indian Association of the Social Psychiatry.
Lalu, Singhs menambahkan bahwa pernikahan hasil perjodohan memiliki tekanan sosial yang tinggi ketimbang berdasarkan cinta.