Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Bantaeng

Lahannya Terdampak Kemarau, Petani Bantaeng Dapat Rp 111 Juta

Bakhtiar Kr Talli menjadi salah satu contoh petani di Kabupaten Bantaeng yang terlindungi berkat asuransi pertanian.

Penulis: Achmad Nasution | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM/ACHMAD NASUTION
Petani di Desa Nipa-nipa, Kabupaten Bantaeng, Bakhtiar Kr Talli. 

TRIBUNBANTAENG.COM, BANTAENG - Bakhtiar Kr Talli menjadi salah satu contoh petani di Kabupaten Bantaeng yang terlindungi berkat asuransi pertanian.

Pada musim tanam kedua di pertengahan 2020, sawah milik Bakhtiar terdampak Elnino.

Sedikitnya ada 20 hektare lahan sawah yang berada di kelompok tani Nipa-nipa Mandiri mengalami puso akibat kekeringan.

Desa Nipa-nipa memang menjadi salah satu desa di Kabupaten Bantaeng yang setiap tahun selalu mengalami kekeringan.

Daerah yang tidak begitu jauh dari pesisir pantai ini kerap tidak berproduksi saat musim kemarau.

"Awalnya setiap tahun kita mengalami kekeringan dan gagal panen. Tetapi, kali ini gagal panennya tidak membuat rugi. Petani kita terlindungi asuransi pertanian," kata Bakhtiar Kr Talli kepada TribunBantaeng.com, Rabu, (1/9/2021).

Bakhtiar mengaku tidak membayar premi apapun untuk asuransi ini.

Dia hanya mendaftarkan kelompok taninya ke Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng.

Bakhtiar masuk dalam kelompok tani yang terdiri dari 30 orang. Semuanya mendapatkan asuransi pertanian.

Total klaim asuransi pertanian akibat kekeringan itu mencapai Rp. 111 juta.

"Berkat bantuan ini kita tidak mengalami kerugian. Kita petani menjadi terlindungi," ujarnya.

Menurutnya, proses klaim asuransi sangat mudah. Petani hanya mengadukan gagal panen yang terjadi ke Dinas Pertanian dan Peternakan, selanjutnya sisa menunggu proses verifikasi dari PT Jasindo.

"Tidak sampai sebulan. Tim melakukan survei, melakukan cek ke lokasi sesuai dengan titik koordinat dalam SPT (Sistem Pertanian Terpadu)," tuturnya.

Dia menambahkan, berkat asuransi ini, petani di Desa Nipa-nipa tidak lagi ragu untuk menanam.
Mereka tetap berusaha menanam, dan tidak lagi ragu jika mengalami gagal panen.

Tidak hanya itu, petani juga berusaha untuk mencari solusi dari penyebab gagal panen ini.

Sebab, klaim asuransi tidak bisa dilakukan untuk gagal panen akibat satu masalah yang berulang.

"Karena kemarin kita gagal panen akibat kekeringan, maka tahun ini petani secara swadaya menyediakan air irigasi. Kami juga sudah laporkan ke Dinas pertanian untuk segera mungkin dibangunkan irigasi permanen," ucapnya.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng menyebut ketersediaan pupuk subsidi di Kabupaten Bantaeng masih mencukupi jelang musim tanam Oktober-Maret ini.

Sejauh ini, realisasi pemakaian pupuk di Bantaeng belum mencapai 50 persen dari kuota yang telah tersedia.

Data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng, saat ini, realisasi pemakaian pupuk subsidi di Bantaeng, hingga akhir Juli mencapai 4.816 ton.

Dari jumlah itu, masih ada sisa sekitar 5.758 ton. Sedangkan kuota yang tersedia untuk Bantaeng mencapai 10.575 ton.

"Stok yang tersedia ini, cukup. Apalagi di musim tanam ini, tidak semua lahan berproduksi akibat kemarau. Hanya lahan-lahan dengan irigasi yang baik yang tentu membutuhkan pupuk," jelas Kepala Seksi Pupuk dan Pestisida Dinas Pertanian Bantaeng, Nursalam.

Nursalam mengaku, penyuluh pertanian juga akan terus berusaha memberikan penyuluhan terhadap komposisi pupuk untuk petani di Bantaeng.

Ia berharap petani memberikan komposisi pupuk yang tepat untuk mengurangi pemborosan pupuk subsidi.

"Asumsinya itu, satu tanaman hanya membutuhkan 5 gram pupuk kimia. Jika petani memberikan lebih dari ini, maka hanya akan menguap atau malah merusak tanah," terangnya.

Laporan wartawan TribunBantaeng.com, Achmad Nasution

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved