Tribun Maros
LPM ITB Kalla Edukasi Warga Tanralili Maros Cara Membangun Desa Melek Digital
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Kalla, melaksanakan pengabdian di Desa Sudirman, Kecamatan Tanralili
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Kalla, melaksanakan pengabdian di Desa Sudirman, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
Kegiatan dilakukan selama dua hari mulai 21-22 Agustus diikuti kurang lebih 25 peserta dari unsur pengurus Bumdes, koperasi dan Karang Taruna.
Ketua LPPM ITB Kalla, Andi Tenri mengatakan, kegiatan ini sekaligus memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peserta.
"Semoga ini bisa menjadi motivasi bagi pemerintah desa dalam mendorong kebijakan dan keberpihakannya, juga menyemangati dosen untuk terus produktif menjalankan fungsi tri darma perguruan tinggi," ucap Andi Tenri dalam rilisnya, Senin (23/8/2021) malam.
Lanjut Andi Tenri, PKM ini merupakan kolaborasi antar dosen dari program studi kewirausahaan, bisnis digital, manajemen retail dan sistem informasi.
Temanya terkait "Membangun Desa Tangguh berbasis Kewirausahaan dan Melek Digital”.
Pelatihan yang diberikan berupa pendampingan manajemen keuangan, pembuatan blog berbasis google site.
Pelatihan copywriting dan foto produk serta pengenalan pemasaran melalui media social dan marketplace.
Menurutnya, PKM adalah bukti kepedulian dan tanggung jawab seorang dosen.
Dosen diharapkan dari proses pelatihan yang diberikan dapat terjadi sebuah transfer pengetahuan yang berorientasi pada solusi terhadap permasalahan nyata yang terjadi pada masyarakat.
Sementara Desa Sudirman sendiri adalah sebuah desa yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tanralili, Maros.
Selama ini cukup dikenal dengan keberadaan Bumdes Dinaril yang mengembangkan beberapa produk handmade ecoprint, sibori dan kain perca serta usaha jamur tiram yang dibina oleh Bumdes.
Berdasarkan analisis potensi masalah yang dilakukan Tim LPPM, pandemi Covid-19 mematikan berbagai kegiatan ekonomi kreatif masyarakat desa.
Tingkat kunjungan ke desa berkurang dan beberapa produk kreatif hanya tersimpan di etalase karena pameran dan penjualan langsung menjadi terhambat.
Karena itu, perlu dukungan pelatihan manajemen pengelolaan yang lebih profesional namun tetap kekinian.