Tribun Kampus
Rektor ITB Nobel Serukan Kampus Harus Kolaborasi Wujudkan Program Merdeka Belajar & Kampus Merdeka
Dengan begitu, mahasiswa bisa mengembangkan keilmuannya di kampus lain dengan program pertukaran mahasiswa.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perguruan tinggi diharuskan untuk melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder, termasuk kolaborasi sesama perguruan tinggi.
Hal itu untuk mewujudkan program Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, merdeka belajar-kampus merdeka.
Rektor Institut Teknologi Bisnis (ITB) Nobel Indonesia Makassar, Dr Mashur Razak MM mengatakan, pihaknya telah melakukan revisi kurikulum menyikapi kebijakan tersebut.
"Begitu pemerintah mengeluarkan kebijakan kampus merdeka langsung kita respon, jadi kita sudah melakukan revisi kurikulum setelah itu kita kerjasama dengan PT," ucap Mashur Razak kepada tribun-timur.com, Minggu (22/8/2021).
Tahun ini, ITB Nobel telah berkolaborasi dengan beberapa kampus, yakni UMI, Unibos, dan Unifa.
Dengan begitu, mahasiswa bisa mengembangkan keilmuannya di kampus lain dengan program pertukaran mahasiswa.
"Mahasiswa Nobel bisa belajar di UMI, Unibos, Unifa, begitu juga sebaliknya," jelas Mashur kepada tribun-timur.com, Minggu (22/8/2021).
Menurutnya, salah satu karakteristik dari merdeka belajar-kampus merdeka memberikan Satuan Kredit Semester (SKS) besar yang berhubungan dengan kegiatan mandiri mahasiswa.
Misalnya, mahasiswa yang punya bisnis diberi jatah SKS lebih besar, mencapai 40 SKS.
"Salah satu klaster di kampus merdeka adalah jalur usaha. Jadi mahasiswa bisa tidak mengikuti kuliah hingga dua semester karena dengan bisnisnya sudah ada 40 SKS yang dikantongi," bebernya.
Bisnis rintisan mahasiswa tersebut tetap akan diberikan standar penilaian, misalnya omset hingga jumlah pelanggan.
"Tetap ada standarnya sebagai bahan penilaian," tuturnya.
Program merdeka belajar-kampus merdeka ini juga sebagai kunci menghadapi revolusi industri.
Mashur bilang, mau tidak mau setiap PT harus mendesain kurikulum berbasis teknologi informasi.
"Sekarang bagaimana PT harus mencermati tren perkembangan ilmu di bidang informasi," tuturnya.
Karena itu tenaga pendidik atau dosen diharapkan memberikan bahan ajar yang update agar tidak merugikan mahasiswa. (*)