Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengenal Badai Sitokin yang Hampir Membuat Deddy Corbuzier Meninggal, Ini Dampaknya ke Paru-paru

Deddy Corbuzier mengatakan meski sudah negatif Covid-19, kondisinya makin parah oleh badai cytokine storm atau badai sitokin.

Editor: Sakinah Sudin
Tribunnews/Herudin
Presenter Deddy Corbuzier saat menggelar jumpa pers terkait pelaksanaan seminar kebangsaan, di Jakarta, Selasa (6/8/2019). Seminar yang diadakan Kementerian Perhubungan dan Lemhanas bertajuk Bergandengan Tangan Membangun Negeri, Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan akan digelar di Hall Basket Senayan, Jakarta Pusat, pada Rabu (7/8/2019). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Setelah menghilang dari media sosial selama dua pekan, Deddy Corbuzier akhirnya muncul.

Deddy Corbuzier mengumumkan bahwa selama dua minggu itu, dirinya antara berjuang melawan Covid-19.

Deddy Corbuzier mengatakan meski sudah negatif Covid-19, kondisinya makin parah oleh badai cytokine storm atau badai sitokin.

Bahkan, dia mengatakan hampir meninggal karena badai sitokin tersebut.

Hal itu diungkapkan Deddy Corbuzier lewat postingan Instagram @mastercorbuzier, seperti dilansir Tribun-timur.com.

"Mohon maaf saya baru bisa memberitahu keadaan sebenarnya pada masyarakat,

Intinya dua minggu saya break semua nya karena saya Hrs konsentrasi pada kesehatan saya.

Saya sakit.. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucu nya dengan keadaan sudah negatif.

Yes it's covid.

Tanpa gejala apapun tiba tiba saya masuk ke dalam badai Cytokine dengan keadaan paru paru rusak 60% dalam dua hari..

Jendral Lukman Waka RSPAD, Dr Wenny Tan hingga Dr Gunawan turun tangan semaksimal mungkin tuk menstabilkan keadaan saya keluar dr masa kritis.

Yes it's a life and death situation.

Hebat nya Oksigen darah saya tidak turun bahkan diam di 97-99 karena pola hidup sehat saya selama ini...

hingga saya bisa selamat walau dengan kerusakan paru yg parah.

Bayangkan kerusakan sebesar itu tanpa penurunan oksigen..

That's and the doctor help..

Make me pass my critical time...

Life and death.

But then.. Kisah saya berlanjut...

Dokter Gunawan yang merawat saya ternyata memiliki kisah luar biasa..

Yang saya dengar langsung dari pasien2 nya disana...

Dia mengeluarkan banyak uang pribadi untuk obat obat dan biaya lainnya untuk banyak pasien.. Krn dia tahu kalau tidak dibantu.. Mereka mati..

Maka sampai kendaraan pun ia relakan tuk membantu puluhan pasien nya...

Tanpa memikirkan keadaan ekonomi nya sendiri.

This is my story and his story...

And this is our appreciation from me and @indonesiapastibisaofficial to him for saving many lives.

Dan yang terakhir... Thank you @indonesiapastibisaofficial

Thank u for helping all people... Incl me. U ROCK

NOW!! #CLOSETHEDOOR

And FAK ppl who said endorse covid, don't go to hospital etc... U PEOPLE LIKE THAT... KILL OTHER PEOPLE!," Deddy Corbuzier, Minggu (22/8/2021).

Tentang Badai Sitokin

Lantas apa itu Bapa itu Badai Sitokin pasca Covid?

Dilansir dari Kompas.com, virus corona baru yang memiliki nama resmi SARS-CoV-2 dianggap dapat menyebabkan badai sitokin pada paru-paru pasien yang terinfeksi virus tersebut.

Kondisi itulah yang disebut-sebut dapat menyebabkan kematian pada pasien Covid-19.

Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan badai sitokin atau cytokine strom merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Untuk dipahami, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaks peradangan.

“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2,” jelas Mahirsyah saat menjadi pemateri dalam Webinar tentang Upaya Pengobatan Covid-19 di Indonesia yang diadakan Politeknik Indonusa Surakarta bekerja sama dengan PC PAFI Surakarta, Sabtu (16/5/2020).

  • Paru-paru mengalami peradangan

Dia menjelaskan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.

Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

Paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.

Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai.

Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.

Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas.

Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tak bisa bertahan.

“Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan,” jelas Mahirsyah.

Dia menerangkan, interleukin-6 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat pada proses inflamasi dan kanker.

Untuk pengobatan, Mahirsyah menyebut, obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasian Covid-19.

Selain itu, vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19.

Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin.

Jadi, badai sitokin ini tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.

Apabila daya tahan tubuh kuat, virus yang masuk bisa dikalahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh. (Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin, Kompas.com/ Irawan Sapto Adhi)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved