Tribun Luwu Utara
10 Sabo Dam Akan Dibangun di Sungai Masamba dan Sungai Radda Luwu Utara
Untuk jangka panjang, pembangunan sabo dam menjadi salah satu solusi mengatasi masalah sungai.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Upaya penanganan recovery pasca banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan terus berlanjut.
Untuk jangka panjang, pembangunan sabo dam menjadi salah satu solusi mengatasi masalah sungai.
Secara teknis, sabo mempunyai fungsi menjaga erosi permukaan tanah, menstabilkan dasar dan tebing sungai, mengurangi kecepatan banjir serta menampung aliran sedimen.
Kepala Balai Teknik Sabo Direktorat Jenderal SDA Kementerian PUPR, Yunitta Chandra Sari, mengatakan, penanganan pasca banjir dilakukan secara komprehensif.
Yakni secara teknis dan non teknis, juga darurat dan permanen.
"Sekitar tujuh hari setelah kejadian kami mengidentifikasi dan memetakan masalah, membawa berbagai peralatan juga berdiskusi dengan semua pihak termasuk ibu bupati terkait penentuan letak, jenis, dan berapa banyak sabo dam yang akan kita bangun," kata Chandra via rilis Humas Pemkab Luwu Utara, Sabtu (21/8/2021) malam.
Hal itu dikatakan Chandra saat menjadi narasumber Webinar Masamba (Masalah, Solusi, dan Eksekusi) yang digelar Ditjen SDA PUPR, Jumat kemarin.
Kegiatan itu juga diikuti Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani via virtual zoom dari ruang kerjanya.
Lebih detail, Chandra menyebut untuk Sungai Masamba akan dibangun tujuh sabo dam dengan model empat konvensional dan tiga modular.
"Dari tujuh sabo, dua tipe terbuka dan lima tertutup, dengan asumsi 25% material pasir masih terbawa hingga ke hilir," katanya.
Sementara untuk Sungai Radda direncanakan tiga sabo dam, dua konvensional dan satu modular.
"Tipe semua tertutup, karena kondisi palung sungai cukup terjal dan tebing-tebingnya, sehingga kita optimalkan jumlah sedimen yang tertinggal di atas," katanya.
"Kenapa kita pakai konvensional dan modular karena lebih tinggi kekuatannya dan cepat pelaksanaannya, hanya 3-5 bulan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ), Adenan Rasyid, menyebutkan, ada tujuh rencana penanganan jangka panjang yang akan dilaksanakan mulai tahun depan hingga 2025.
"Kita masih dan akan terus melanjutkan penanganan pengendalian banjir berupa normalisasi sungai dan penguatan tebing di tiga sungai, yakni Masamba, Radda, dan Rongkong," ujarnya.
Pada kesempatan itu, ia juga meminta kesabaran semua pihak, sebab upaya penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas dan efektivitas.
"Penanganan jangka menengah sekarang sedang kita lakukan, saya memahami keluhan teman-teman terkait tingginya sedimentasi di Sungai Masamba namun saya mohon saudara bersabar karena ini sementara berproses," katanya.
"Semua akan di sentuh sampai ke pembangunan sabo, sudah didesain dan akan dilaksanakan. Normalisasi dan pembuatan tanggul tetap kita laksanakan sampai tahun 2025, termasuk dengan pemeliharaan," paparnya.
Terkait drainase perkotaan, Adenan menyebut itu masuk dalam kewenangan cipta karya.
"Maka dari itu, mohon ijin ibu bupati, kita harus duduk bersama siapa berbuat apa sebab kami tidak bisa melampaui tugas dan wewenang," pintanya.
"Kondisi drainase di kota itu dampaknya, jadi intinya kita harus menyelesaikan penyebabnya dengan pembangunan sabo dam, sebab jika sedimentasi berkurang maka sistem tata air di kota juga bisa terkendali," paparnya.(*)