Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Suriah Menang Sedang Afghanistan Kalah Perang, DS: yang Membedakan Mereka Hanyalah Rasa Nasionalisme

Suriah dan Afghanistan sama-sama dilanda perang. Pemerintah Suriah melawan ISIS, sementara pemerintah Afghanistan melawan kelompik Taliban.

Editor: Sakinah Sudin
AP PHOTO/ABDULLAH SAHIL via Kompas.com
Milisi Taliban berjaga di kota Kunduz, Afghanistan utara, Senin (9/8/2021). Taliban menyerang secara agresif dalam beberapa pekan terakhir, menargetkan sejumlah ibu kota provinsi untuk diduduki setelah menguasi distrik demi distrik.(AP PHOTO/ABDULLAH SAHIL) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar membandingkan pemerintah Suriah dengan Afghanistan dalam menghadapi perang.

Diketahui, Suriah dan Afghanistan sama-sama dilanda perang.

Pemerintah Suriah melawan ISIS, sementara pemerintah Afghanistan melawan kelompik Taliban.

Denny Siregar mengatakan yang membedakan Suriah dan Afghanistan hanyalah rasa nasionalismenya.

Hal tersebut diungkap Denny Siregar lewat postingan berjudul Belajar dari Suriah di laman Facebook pribadinya, Selasa (17/8/2021), seperti dilansir Tribun-timur.com.

Berikut postingan Denny Siregar

"BELAJAR DARI SURIAH..

"Saya lebih baik mati di tanah air saya sendiri, daripada hidup dalam pengasingan di negara orang lain.."

Begitu pidato Bashar Al Assad di depan para pendukungnya, ketika dia mengumpulkan puluhan ribu rakyatnya di Damaskus, ibukota Suriah.

Pidato yang berapi-api ini disambut dengan teriakan perlawanan oleh rakyat Suriah.

Damaskus waktu itu dikepung, ketika beberapa provinsi besar di Suriah direbut oleh ISIS.

Tinggal selangkah lagi, ISIS akan menguasai Suriah.

Mereka dibantu negara2 maju seperti US, Saudi dan Jepang yang memasok senjata.

Teroris diimpor lewat perbatasan Turki.

Rakyat Suriah seperti diujung tanduk.

Bashar al Assad bahkan diminta menyerah, bukan saja oleh negara2 Eropa, tapi juga oleh Indonesia yang waktu itu dipimpin SBY sebagai Presidennya.

Kegigihan Bashar al Assad dan rakyat Suriah, mendapat perhatian serius dari Iran dan Rusia.

Mereka tidak ingin Suriah jatuh ke tangan ISIS karena itu berarti kawasan Timur Tengah akan terancam jadi medan perang besar.

Rusia langsung mengirimkan pesawat tempurnya.

Karena Rusia sudah ikut campur, AS yang awalnya membiayai ISIS, langsung berbalik memerangi utk mendapat simpati.

Bashar berhasil membalikkan keadaan.

Rakyatnya turun ke jalan, bertempur melawan ISIS dan Alqaeda.

Mereka akhirnya menang.

7 tahun pertempuran Suriah, mengajarkan banyak hal ke saya.

Bahwa nasionalisme itu sangat penting.

Pemimpin yang kuat itu sangat penting.

Pada akhirnya saya sadar, seberapa besarpun harta yang saya punya, tidak akan lagi berarti ketika negara hilang.

Beda dengan Afghanistan.

Nasionalisme mereka terhadap negara tidak ada.

Mereka hanya loyal kepada klan mereka.

Tidak ada pemimpin yang kuat, yang ada hanya pemimpin korup dan lemah.
Jadilah ketika Taliban akhirnya menguasai negara, Presidennya lari membawa harta.

Rakyatnya tunggang langgang meminta perlindungan Amerika.

Militernya bersikap oportunis dengan menyerahkan senjata.

Suriah dan Afghanistan sama-sama dilanda perang.

Yang membedakan mereka hanyalah rasa nasionalismenya.

Yang kuat kecintaannya pada tanah air, dialah yang bertahan.

Yang lemah, dia berantakan..

Saya belajar banyak dari Suriah.

Dan saya yakin, pada saatnya, ketika rasa cinta kita diuji, kita akan bangkit bersama mempertahankan negeri ini.

Lebih baik mati di tanah air sendiri, daripada di negara lain jadi pengungsi..

Merdeka, negeriku.

Cintaku padamu tidak akan pernah bisa digadaikan kepada siapapun jua.

Selamat ulang tahun, Indonesia.

Mari kita seruput kopinya.. (emoji)

Denny Siregar,"

Presiden Afghanistan Kabur dengan 4 Mobil dan Helikopter Penuh Uang?

Dilansir dari Kompas.com, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur dengan empat mobil dan helikopter yang penuh dengan uang, demikian klaim Rusia.

"Negeri Beruang Merah" melalui kedutaannya di Kabul menyatakan, Ghani terpaksa meninggalkan uang karena sudah tidak muat, dilaporkan RIA Novosti.

"Keruntuhan rezim Afghanistan ditandai dengan cara Ghani melarikan diri," ujar Nikita Ishchenko, juru bicara Kedutaan Rusia di Kabul.

Ishchenko mengklaim Presiden Afghanistan sejak 2014 itu angkat kaki dari Kabul dengan empat mobil yang penuh dengan uang.

Dilansir Daily Mail Senin (16/8/2021), Ashraf Ghani disebut berusaha memasukkan uang ke dalam helikopter, namun tak muat.

Karena itu, beberapa lembar uangnya tercecer di landasan pacu.

Ishchenko mengulangi lagi komentarnya kepada Reuters.

Utusan khusus Moskwa Zamir Kabulov menerangkan, dia tidak mengetahui berapa banyak harta yang diambil rezim Ghani.

"Saya harap pemerintahan sebelumnya tidak mengambil semua uangnya. Akan jadi masalah jika seluruh anggaran diambil," kata Kabulov.

Ghani, yang keberadaannya tak diketahui, meninggalkan ibu kota Kabul pada Minggu (15/8/2021) di saat Taliban memasukinya.

Dalam pernyataan yang dia unggah di Facebook tak lama kemudian, Ghani menyatakan dia pergi karena ingin mencegah pertumpahan darah.

Dalam unggahannya di Facebook, Ghani mengatakan dia berada dalam dua pilihan, meninggalkan negara atau memilih tetap di ibu kota.

Presiden berusia 72 tahun tersebut berujar Taliban sejak awal sudah berniat menyingkirkannya dengan hendak menyerang Kabul.

"Untuk menghindari terjadinya banjir darah, saya rasa ini langkah yang tepat bagi saya untuk mundur," ucapnya.

Beberapa pengguna media sosial menyebut Ghani, yang tidak mengungkapkan di mana dia berada, pengecut karena kabur dari Afghanistan.

Pemberontak menyatakan, mereka belum mendengar kabar adanya pertempuran lanjutan, dan mengeklaim situasinya kondusif.

Sumber internal milisi mengungkapkan, mereka sudah menguasai 90 persen negara dan diminta menghindari menghancurkan gedung.

Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri Taliban dilaporkan sudah ditunjuk sebagai pemimpin Emir Islam Afghanistan. (Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin) (Kompas.com/ Ardi Priyatno Utomo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved