Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pengalaman Terpapar Covid

Catatan Hikmah dan Pengalaman Terpapar Covid-19: Vaksin, Jika Tubuh Mau Imun!

Setiap saat sejak terpapar, tidak boleh perut kosong,makan apapun termasuk buah-buahan, minum air hangat,menjaga tidur dan istirahat, serta berjemur

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Catatan Hikmah dan Pengalaman Terpapar Covid-19: Vaksin, Jika Tubuh Mau Imun!
dok.tribun
Dr Adi Suryadi Culla, Dosen Fisipol Unhas

Belakangan baru ketahuan : terpapar Covid-19. Ada hasil foto roentgen, gambaran bercak di sekitar paru-paru. Itu tanda serangan Covid yang sebenarnya sudah berlangsung beberapa hari sehingga bermanifestasi menjadi pneumonia, kata dokter yang menangani.

Saat mengalami tekanan sakit fisik selama sekian hari terpapar, baru pemeriksaan diri dan roentgen di rumah sakit.

Kali kedua, sumber terinfeksi Covid kemungkinan dari sejumlah acara keluarga khususnya perkawinan.

Terasa semua wajar, menghadiri acara perkawinan beberapa keluarga dan kerabat dekat yang sulit ditolak.

Kembali pasti teledor, meskipun berusaha tidak abai disiplin. Tetapi alhasil: terpapar kembali. Dengan gejala terasa jauh lebih berat daripada pengalaman terpapar sebelumnya. Namun dengan isyarat serupa: panas dari dalam, kepala sangat berat, demam, batuk, persendian seluruh tubuh sakit, suara parau, nafas terganggu, dan mengalami hilang penciuman bau. Gejala lainnya sulit tidur, rasa cemas di malam hari. 

Menyesal, pasti. Bukan salah bunda mengandung.

Pengalaman kedua terpapar adalah di tengah merebaknya kembali angka masyarakat Indonesia terpapar virus Covid, setelah gelombang virus varian Delta dari India yang ramai dibicarakan menyerang.

Namun, di tengah gencarnya proses vaksinasi masyarakat juga digalakkkan di hampir semua daerah.

Antigen Negatif

Pengalaman kedua terpapar Covid, ada yang menarik. Perbedaan antara hasil test antigen dengan test PCR. Test antigen, negative, sedangkan test PCR positif. Tetapi, hal tersebut saya angap wajar, pun hal biasa saya dengar berbeda. 

Namun, menurut medis test PCR dianggap dan diakui lebih sensitif akurasinya daripada pemeriksaan test antigen.

Cerita awalnya, saya pikir hanya penyakit demam biasa. Namun berlangsung sampai hari ke dua makin berat, barulah memutuskan untuk melakukan test antigen di sebuah klinik yang dapat dipercaya lebih terjamin akurasinya.

Alhamdulilllah, hasilnya negatif! Tetapi, kemudian belum yakin juga! Apalagi dengan kondisi yang terus memberat. Maka, saya memutuskan, untuk lebih meyakinkan memeriksakan diri ke dokter ahli paru-paru.

Kebetulan dokter ahli yang memeriksa sudah akrab. Dokter Jamal, bekerja di Rumah Sakit Labuang Baji, yang mengobati saat pengalaman pertama. Tidak perlu roentgen  seperti dulu, katanya, itu Covid!

Meskipun,  belum ada bukti dengan test PCR. Itu pengalaman beliau selama menangani banyak kasus Covid. Meski begitu, tetap merekomendasikan, saat itu sebenarnya sudah sekitar pukul 23.00 menjelang tengah malam, agar segera mencari klinik yang masih terbuka. Untuk test PCR.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved