Pesawat Kepresidenan
Polemik Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, Arteria Dahlan: Di Zaman Pak SBY, Kok Pesannya Warnanya Biru
Banyak pihak yang mengeritik apalagi pengecatan ulang pesawat kepresidenan memakan biaya hingga Rp 2,1 miliar
TRIBUN-TIMUR.COM - Pengecatan ulang Pesawat Kepresidenan era Jokowi di tengah krisis pandemi Covid-19 menuai polemik.
Banyak pihak yang mengeritik hal itu dari segi urgensitas apalagi pengecatan ulang itu memakan biaya hingga Rp 2,1 miliar.
Namun Politikus PDIP Arteria Dahlan punya pandangan berbeda.
Menurutnya, jangan sampai publik terbawa permainan politik pihak-pihak yang merasakan 'post colour syndrome', pelesetan dari postpower syndrome, atau sindrom pasca-kekuasan karena tak bisa melepaskan diri dari kekuasaan yang sudah hilang.
Menurutnya, tak ada yang salah dengan pengecatan pesawat kepresidenan menjadi warna merah putih.
"Justru kalau mau kita jujur dan hadirkan perdebatan, yang harusnya dipermasalahkan itu dulu zamannya Pak SBY."
"Kok pesannya warnanya biru, padahal memungkinkan untuk memesan warna merah putih."
"Tapi kami beradab dan berpikiran positif saja," kata Arteria kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).
Sebab, warna bendera NKRI adalah merah putih, bukan warna biru.
"Justru kita bertanya, kok dulu tak sejak awal pesawat itu diwarnai merah putih?"
"Lalu apa yang salah dengan warna pesawat kepresidenan jika diubah menjadi merah putih sesuai warna bendera negara kita?" Tuturnya.

Arteria lalu menegaskan sebagaimana Mensesneg Pratikno yang mengatakan hal ini sudah direncanakan sejal 2019, dan merupakan satu paket pengerjaan pengecatan dengan Helikopter Kepresidenan Super Puma yang lebih dahulu dikerjakan.
"Kalau terkait anggaran, kita ini kan negara hukum dan ada prosedur administrasi hukum yang telah dilalui dan bahkan disetujui oleh Partai Demokrat."
"Tentu saja anggaran untuk pengerjaan ini sudah dibahas dengan DPR, dan disetujui tahun 2019."
"Aneh saja kalau sekarang ada anggota DPR atau parpol di DPR yang mengkritiknya."
"Lah, dulu saat dibahas, kenapa tak ditolak, bahkan mereka tidak ada mempermasalahkan sedikitpun kala itu?" Papar Arteria.
Dia menilai masyarakat justru harus waspada, jangan sampai terjerat dengan logika yang dibangun pihak tertentu, yang tak bisa menerima warna bendera partainya tak lagi identik dengan warna pesawat kepresidenan yang lama.
Padahal, justru warna pesawat kepresidenan saat ini, merah putih, adalah perwujudan simbol negara sesuai warna bendera nasional Indonesia.
"Mari berhati-hati dengan yang post power syndrome."
"Mungkin saja ini nanti jadinya post colour syndrome, hanya karena tak bisa menerima bahwa warna pesawat kepresidenan tak lagi sama dengan warna bendera partainya," ucap Arteria.
Sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan, pesawat kepresidenan yang dicat ulang adalah pesawat BBJ2 alias Boeing Business Jet 2 tipe 737-800.
Pengecetan pesawat tersebut sudah direncanakan sejak 2019, terkait perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun lalu.
"Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ," kata Heru kepada wartawan, Selasa (3/8/2021).
Namun, kata Heru, pengecetan pesawat BBJ2 pada 2019 urung dilakukan karena belum masuk jadwal perawatan rutin.
Heru mengatakan, perawatan pesawat kepresidenan harus sesuai interval waktu yang telah ditetapkan.
Pesawat BBJ2 baru dicat ulang pada tahun ini berbarengan dengan jadwal perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik.
"Waktunya pun lebih efisien, karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan," ujarnya.
Heru membantah pengecatan pesawat tersebut merupakan bentuk foya-foya keuangan negara.
Ia mengatakan, anggaran pengecatan pesawat telah dialokasikan dalam APBN.
Lagi pula, Kementerian Sekretariat Negara telah melakukan refocusing anggaran APBN 2020-2021 untuk penanganan Covid-19, sesuai yang telah ditetapkan Menteri Keuangan.
"Selain itu, proses perawatan dan pengecatan dilakukan di dalam negeri."
"Sehingga secara tidak langsung, mendukung industri penerbangan dalam negeri, yang terdampak pandemi," jelasnya.
Heru menambahkan, pengecatan pesawat BBJ 2 bernuansa merah putih.
Ia berharap dengan pengecetan ulang pesawat kepresidenan, dapat memberikan kebanggan tersendiri bagi Indonesia.
"Diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara," harapnya.
Heru mengatakan, pesawat yang dicat ulang hanya BBJ2.
Pengecatan ulang pesawat dilakukan sekaligus perawatan berkala.
"Pesawat itu sudah 7 tahun, secara teknis memang harus memasuki perawatan besar, overhaul."
"Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan," terangnya.
Heru mengatakan, pengeceaan dilakukan karena ada sebagian cat yang terkelupas sehingga harus diperbarui.
Warna pesawat dibuat merah putih sesuai bendera merah putih.
"Mengenai cat, memang sekalian diperbarui, karena sudah waktunya untuk diperbaharui."
"Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan, merah putih, warna bendera nasional," tuturnya.
Sumber di Istana membenarkan anggaran untuk mengecat ulang pesawat mencapai Rp 2 miliar.
Harga tersebut hanya untuk satu pesawat saja, yakni BBJ 2.
"Iya plus-minus segitu (Rp 2 miliar), pesawat BBJ saja," ungkap sumber tersebut.
Berikut ini spesifikasi pesawat kepresiden RI sebelum dicat ulang:
Nama Pesawat: Boeing Bussines Jet 2/BBJ 2.
Mesin: 2 Mesin CFM56-7
Sejarah pesawat: pembuatan dilakukan sejak tahun 2013 (Date Manufacture)
Kemampuan Terbang:
Ketinggian maksimum: 41.000 Feet.
Endurance (Daya Jelajah): 10 Jam.
Kecepatan jelajah maksimum: 0,785 Mach.
Kecepatan maksimum: 0,85 Mach
Jangkauan jelajah maksimum: 4.620 Nm / 8.556 Km
Ukuran pesawat
Rentang sayap : 35,79 Meter
Panjang badan : 38 Meter
Tinggi pesawat : 12,50 Meter
Ukuran lain-lain
Data muat: 4 VVIP Class Meeting Room,
2 VVIP Class (State Room)
12 Executive Area
44 Staff Area.
(Tribun Timur / WartaKotalive.com )