Inspirasi Bisnis
Jalan Terjal Nurlinda Dwi Sukti, Dulu Dihina dan Dicap Gila, Kini Pengusaha Sukses
Mimpi Nurlinda Dwi Sukti jadi pengusaha sukses rupanya dianggap hal mustahil oleh orang tuanya.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Mimpi Nurlinda Dwi Sukti jadi pengusaha sukses rupanya dianggap hal mustahil oleh orang tuanya.
Jebolan SMAN 2 Takalar itu dicap gula oleh kedua orang tuanya.
Bahkan sedikit tidak sedikit tetangganya menghina Dwi karena pernah bekerja berjualan air mineral dan jadi sales di tepi jalan.
Dwi muda memutuskan meninggalkan bangku kuliah demi mencari uang dan membangun usaha.
Hal itu diceritakan Dwi dalam Ngobrol Tribun VIP berjudul From Zero to Hero di Kantor Tribun Timur Jl Cendrawasih Nomor 430 Kota Makassar, Rabu (28/7/2021) kemarin.
Ngobrol Tribun VIP dipandu oleh jurnalis Tribun Timur Muh Hasim Arfah.
"Dulu saya sering dihina di masa lalu, tapi sekarang dan masa depan tidak boleh, saya sudah lebih baik dari sebelumnya," kata Dwi di kantor Tribun Timur, Rabu (28/7/2021) kemarin.
Dwi membangun usaha kosmetik sejak tahun 2018 lalu. Pada awalnya Dwi usaha Dwi tidak berbentuk PT. Ia juga lebih banyak mengandalkan berjualan online dari rumah.
Hal itulah yang membuat sejumlah orang memandang sebelah mata Dwi.
Selain tetangga, Dwi dicap gila oleh orang tuanya. Hal itu dikarenakan mimpi Dwi ingin berpenghasilan Rp100 juta perbulan.
Hal itu terbilang mustahil di mata orang tua Dwi. Sebab perempuan kelahiran 20 Desember 1993 itu tidak menyelesaikan pendidikan tinggi.
Ibu Dwi bahkan berkelakar nanti ketika giginya tumbuh kembali baru Dwi bisa wujudkan mimpinya. Padahal ibu Dwi yang sudah berusia lanjut sudah tidak bisa lagi tumbuh gigi.
"Kamu gila nak, tumbuh pi gigiku baru bisa hasilkan Rp100 juta perbulan," kata Dwi menirukan kata-kata ibunya.
Tak hanya itu, Dwi juga pernah ditolak oleh bank saat hendak membeli rumah secara kredit. Dwi dinilai tidak masuk kategori untuk mengkredit rumah.
"Saya pernah mau kredit rumah ditolak, dianggap tidak ada uangnya, tidak masuk kategori tidak bisa dibiayai, statusnya tidak jelas, itulah saya harus punya PT, terjamin atas namanya," ujarnya.