BLK Makassar
Cerita Youries Bulo, Instruktur Perempuan Mengajar Teknik Las di BLK Makassar
Menjadi instruktur perempuan Kejuruan Teknik Mesin di Balai Latihan Kerja (BLK) Makassar merupakan tantangan bagi Youries Bulo.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menjadi instruktur perempuan Kejuruan Teknik Mesin di Balai Latihan Kerja (BLK) Makassar merupakan tantangan bagi Youries Bulo.
Sebelas tahun lamanya ia menjadi bagian dari Kementerian Tenaga Kerja, bertugas sebagai tenaga pendidik atau instruktur.
Tahun 2009, Youries lulus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenaker.
Perempuan asal Toraja ini mulanya ditempatkan di Ternate sebagai instruktur teknologi mekanik atau manufaktur konvensional.
Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Youries merupakan lulusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin.
"Dulu waktu di Ternate saya masih mengajar dengan konsentrasi yang sama, teknik mesin," ucapnya kepada tribun-timur.com
Hanya saja, saat dipindahtugaskan di Makassar, Youries diamanahkan menangani kejuruan teknik pengelasan.
"Ini mungkin karena saya sempat ikut upgarading welding (pengelasan) makanya saya diamanahkan di sini," ujarnya.
Alumnus Unhas ini masuk di BLK Makassar pada tahun 2013.
Kata Youries menjadi instruktur perempuan di Kejuruan Teknik acapkali dianggap remeh, apalagi para peserta pelatihan 100 persen laki-laki.
Tapi itu tidak menyurutkan semangatnya, sebab sudah menjadi kewajibannya untuk membina dan melatih peserta agar menjadi calon tenaga kerja berdaya saing tinggi.
"Kita harus menunjukkan profesionalisme sebagai instruktur, memberikan yang terbaik untuk calon tenaga kerja," tuturnya.
Untuk kejuruan teknik las, butuh praktik langsung untuk mengenalkan siswa dengan alat-alat pengelasan.
Usai diberi penguatan teori, peserta pelatihan juga diajarkan pola dan teknik pengelasan secara bertahap.
Disebutkan Yories, praktik teknik las sedikit berbahaya bagi ibu hamil.
Saat sedang mengandung, ia mengaku membatasi aktivitas untuk bersentuhan langsung dengan sarana prasarana bengkel pengelasan.
"Jadi dulu lebih banyak melakukan pengawasan saja, memantau siswa apakah ikut pelatihan kerja atau tidak," tuturnya. (*)