Konten Dewasa
Hindari 6 Hal Ini Jika Anda Pergoki Anak Usia di Bawah 10 Tahun, Gunakan Ponsel Nonton Konten Dewasa
Hanya saja, salah satu tantangan berat dari orang tua untuk anaknya yang memakai gadget adalah dipakai berselancar ke konten dewasa.
Mungkin banyak orangtua yang berpikir bahwa membuat anak sadar dengan kesalahan yang dilakukan akan membuatnya berhenti melakukan kesalahan itu.
Termasuk dalam hal mengakses konten dewasa. Misalnya, dengan mengatakan pada anak kalimat seperti "ibu tidak percaya kamu akan melakukan ini!".
Namun, menurut Protect Young Minds, kalimat semacam itu ternyata sama berbahayanya dengan apa yang anak lakukan pertama kali.
"Kenapa demikian? Karena seiring berjalannya waktu, anak akan melihat dirinya sebagai anak yang nakal, bukan anak baik yang membuat pilihan buruk," tulis laman tersebut.
Rasa malu hanya akan membuat anak bersembunyi dan mencegah mereka untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan.
Kebanyakan anak secara otomatis akan merasa malu jika ketahuan menonton sesuatu yang tidak pantas.
Untuk membantunya melewati rasa malu tersebut dan berbicara dengan kita sebagai orangtuanya dengan bebas, bicaralah dengan cara yang membantu anak mengetahui bahwa dirinya dicintai tanpa syarat, apa pun pilihan yang mereka buat.
4. Mengabaikan kejadian ini
Sebagian orangtua mungkin memilih mengabaikannya ketika memergoki anak mengakses konten dewasa dan menganggap pornografi adalah hal normal dalam proses dewasa anak.
Padahal, pornografi juga mengandung praktik kekerasan dan anak bisa saja mempelajari hal berbahaya dari apa yang disaksikannya.
Sebagian orangtua lainnya tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana anak mereka akan bereaksi.
Ketahuilah, bahwa anak-anak butuh orangtuanya untuk membantu menjelaskan mengapa gambar-gambar yang dilihat anak dianggap tidak realistis, tidak sopan dan manipulatif.
Itulah sebabnya, lebih baik membicarakan topik tersebut sedini mungkin dengan anak daripada membiarkannya berlarut dan anak mendapatkan informasi dari sumber yang salah.
Mulai dari percakapan sesederhana mengenali alat kelamin ketika anak masih kecil.
"Semuanya akan jauh lebih mudah jika ini (membicarakan tentang akses konten dewasa) bukan percakapan pertama orangtua dan anak tentang seks, tetapi sudah merupakan diskusi yang kesekian kalinya," ungkap terapis seks dan keluarga di Palo Alto, California, Marty Klein.