Virus Corona
Ini yang Akan Dirasakan Orang yang Terinfeksi Covid-19 Meski Telah Divaksin
Bagi Anda yang belum dibaksin dan tertular Covid-19, Anda kemungkinan akan merasakan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan sesak napas.
TRIBUN-TIMUR.COM - Meski Anda telah menjalani vaksinasi, peluang untuk tertular Covid-19 tetap terbuka. Vaksin tidak membuat tubuh Anda kebal dari Covid-19. Oleh karena itu, perlu bagi Anda untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.
Bagi Anda yang belum dibaksin dan tertular Covid-19, Anda kemungkinan akan merasakan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan sesak napas.
Namun, bagi Anda yang telah menjalani vaksinasi Anda akan merasakan gejala seperti sakit kepala, pilek, bersin, sakit tenggorokan, dan menurunnya fungsi indra penciuman. Menurut penelitian, demam jadi salah satu gejala Covid-19 yang tidak banyak dialami oleh mereka yang sudah mendapat suntikan vaksin.
Di sisi lain, bersin jadi salah satu kondisi yang tidak terprediksi sebelumnya. Jika sudah divaksin tapi bersin terus-menerus, Best Life merekomendasikan untuk melakukan tes Covid-19. Apalagi, jika Anda baru saja pergi ke tempat dengan risiko penularan yang tinggi.
Meski masih bisa terinfeksi virus corona, bukan berarti Anda harus membatalkan jadwal vaksinasi, ya. Mendapat suntikan vaksin Covid-19 bisa menurunkan tingkat keparah infeksi Virus Corona. Selain itu, risiko dirawat di rumahsakit dan kematian juga bisa berkurang.
Biar tubuh tetap terhindar dari Covid-19, jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Usahakan untuk tidak pergi ke tempat dengan risiko penularan tinggi. Jika terpaksa, selalu jaga jarak dengan orang lain, pakai masker yang benar, dan rajin menjaga kebersihan tangan.
Kapan Tak Lagi Menularkan Covid-19?
Seseorang dapat menjalani isolasi mandiri jika terkonfirmasi positif Covid-19 namun tak bergejala atau hanya bergejala ringan. Namun, mereka yang melakukan isoman terkadang masih bertanya-tanya, kapan tubuh mereka dikatakan aman dan tidak lagi berpotensi menularkan virus pada orang lain?
Menjawab pertanyaan tersebut, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menjelaskan, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bersifat self-limiting disease. Artinya, penyakit ini sebetulnya dapat sembuh sendiri setelah periode infeksi selesai.
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi ini memang bisa berlangsung lama. Beberapa penyintas bahkan mengalami long covid atau gejala yang berkepanjangan hingga tiga bulan. Namun, periode penularan sebetulnya tak sepanjang itu.
"Biasanya berlangsung 10-14 hari. Makanya kalau ada orang yang terinfeksi SARS CoV-2 ini dan mendapatkan hasil positif, diputuskan oleh dokter melakukan isolasi mandiri."
Hal itu dipaparkannya dalam Siaran Sehat Radio Kesehatan yang bertajuk "Sambut Idul Adha #DiRumahAja", Senin (19/7/2021).
Seseorang yang positif tanpa gejala dapat mengakhiri masa isoman setelah 10 hari, sementara jika gejalanya ringan maka 10 hari ditambah tiga hari bebas gejala. Setelah itu, pasien dinyatakan sembuh tanpa perlu melakukan tes PCR.
Sekalipun pasien tersebut melakukan tes PCR dan mendapatkan hasil positif Reisa meminta untuk tidak khawatir. Sebab, PCR hanya mendeteksi virus dalam tubuh, tetapi tidak bisa membedakan apakah virus tersebut aktif atau dalam masa penyembuhan.
Jadi, selama kita sudah menjalani isoman selama waktu yang ditnetukan dan tak menunjukkan gejala, maka tak perlu berpatokan pada hasil tes PCR. Saat itu, kita sudah aman untuk berkumpul bersama keluarga tanpa berpotensi menularkan.
"Jadi, paling aman tidak berpatokan pada PCR, tapi lama waktunya (isoman). Selesaikan isoman 10 hari, kalau ada gejala 10 hari tambah tiga hari."
"PCR hanya standar diagnosis, bukan penanda kesembuhan," tuturnya.(*)
