Virus Corona
Jangan Oleskan Minyak Kayu Putih di Masker, Bahaya!
Ternyata penggunaan masker tidak boleh sembarang, terutama bagi masyarakat yang kerap mengoleskan minyak kayu putih ke masker.
TRIBUN-TIMUR.COM - Pandemi Covid-19 tak kunjung usai di Indonesia. Setiap warga diminta menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah.
Tidak nyaman memang, tapi dengan cara ini, Anda dapat menghindar dari virus corona dan menjaga orang di sekitar Anda dari tularan virus mematikan tersebut.
Ternyata penggunaan masker tidak boleh sembarang, terutama bagi masyarakat yang kerap mengoleskan minyak kayu putih ke masker.
Mengoleskan minyak kayu putih ke masker bagi sebagian orang dianggap untuk membuat masker dan penciuman tetap segar.
Ternyata, hal itu sangat salah dan tidak diperbolehkan.
Mengoleskan minyak kayu putih ke masker risikonya cukup besar bagi kesehatan.
Ada bahaya mengintai mengoleskan minyak kayu putih atau minyak lainnya, bahkan kadang menyemprot disinfektan di bagian dalam masker
Hal itu diterangkan Ketua PMI Sumatera Utara, Rahmat Shah lewat video singkat menerangkan bahayanya pakai minyak kayu putih di kain masker.
"Ini hal sepele tapi berbahaya bagi yang memakainya," tutur Rahmat, seperti dilansir dari WartaKotaLive.com berjudul Bahaya! Jangan Pernah Oleskan Minyak Kayu Putih atau
Disinfektan ke Permukaan Masker Bedah.
Minyak kayu putih memang punya manfaaat yang sangat baik, namun harusnya dipakai langsung ke hidung bukan di kain masker.
Mengapa demikian?
Karena, jika langsung menuangkan minyak kayu putih atau disinfektan ke permukaan masker, maka masker yang kualitasnya bagus sekalipun akan langsung bocor.
Hal itu diperagakan Rahmat, dengan menuangkan minyak kayu putih di masker.
Lalu dituangkan lagi dengan air biasa.
Ternyata masker itu jadi bocor.
Sementara itu, masker yang tidak diberi kayu putih, langsung dituangkan air putih ternyata tidak bocor.
Begitu juga dengan menyemprotkan disinfektan pada masker ternyata bernasib sama dengan minyak kayu putih itu.
Kesimpulannya bahwa jangan pernah semprotkan cairan apapun ke permukaan masker, karena akan membuat masker tak bisa lagi menghalau virus Corona atau virus lain dari luar.
Ganti setiap 4 jam sekali
Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (Gugus Tugas Nasional), Dokter Reisa Broto Asmoro mengingatkan agar penggunaan masker penutup hidung dan mulut diganti setelah empat jam pemakaian.
"Penggunaan masker disarankan maksimal hanya 4 jam, dan harus diganti dengan yang baru, atau yang bersih,” ungkap Dokter Reisa dilansir dari laman Covid19.go.id
Selain itu, masker juga wajib diganti apabila sudah basah atau terlalu lembab.
Ketika masker basah, berarti barier masker rusak dan masker tidak efektif lagi menghalau virus.
"Jadi, ketika masker itu basah, pori-porinya rusak dan yang terjadi virus malah masuk, terhirup saat Anda bernapas," ungkapnya
Oleh sebab itu, dia menganjurkan agar masyarakat membawa persediaan masker apabila harus pergi keluar rumah.
“Masyarakat disarankan untuk membawa beberapa buah masker ketika harus pergi keluar rumah untuk beraktivitas,” jelasnya.
Penggunaan masker harus tepat. Masker harus dipastikan benar-benar menutupi hidung, mulut hingga dagu.
"Penggunaan masker pun harus tepat, misalnya menutupi hidung sampai dengan dagu,” jelasnya.
Selain itu, sebaiknya tidak menarik atau menurunkan masker dan tidak menyentuh bagian depan masker setelah digunakan beberapa saat.
Untuk melepaskannya, cukup dengan memegang bagian tali atau pengait tanpa menyentuh bagian kain dan kemudian dibuang atau dicuci kembai untuk jenis masker kain.
"Cukup pegang bagian tali masker tanpa menyentuh bagian kain,” jelas Dokter Reisa.
Kemudian, penggunaan masker ini hanya dapat efektif apabila seseorang yang memakainya juga menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
“Cuci tangan sebelum menggunakan masker, hindari memegang area wajah, terutama mata, hidung, dan mulut. Jangan megang kain bagian depan masker, ketika digunakan,” katanya.
Dokter Reisa juga mengimbau bahwa dalam konteks pandemi Covid-19, semua orang meskipun menggunakan masker, tetap harus menghindari kerumunan dan tempat ramai serta menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain.
"Terutama, dari mereka yang bergejala, atau mengalami gangguan pernapasan, seperti batuk, bersin, demam, dan lain-lain. Sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan bila tidak ada, gunakanlah hand rub berbasis alkohol,” jelas Reisa.
Pakai 2 masker
Penggunaan dua masker sekaligus direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Sehingga, bisa dibilang bagus digunakan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Menurut dr Ayu Ratna Sari, penggunaan masker bedah saja memiliki tingkat keamanan hingga 56%.
Sedangkan pada masker kain 51%. Dan kalau keduanya digabung, tingkat efektifitasnya naik menjadi 80%.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan dua masker sekaligus.
Pertama, gunakan masker bedah sebagai lapisan pertama.
Pastikan pemasangan pasangan masker bedah tidak longgar. Tekan kawat pada wajah sehingga mengikuti bentuk hidung.
Lalu setelah itu lapisi masker bedak dengan masker kain.
Pastikan masker kain tebal dan memiliki tiga lapisan, sehingga percikan atau droplet tidak menembus masker.
Tidak dianjurkan menggunakan masker terbuat dari kulit atau plastik, karena dapat mengganggu sistim pernapasan, sehingga napas menjadi sesak, juga tidak nyaman saat digunakan.
Di sisi lain, tidak dianjurkan menggunakan masker KN95 dengan masker kain secara bersamaan.
"Masker double tidak dianjurkan KN95 untuk ditumpuk."
"Itu tidak efektif, karena sudah dimodifikasi menutup hidung dengan mulut kita."
"Sehingga sudah cukup ketat. karenanya tidak disarankan untuk dilapis," jelasnya dalam acara webinar, Sabtu (10/4/2021).
Berikut ini jenis masker yang direkomendasikan WHO:
1. Masker Kain Tiga Lapis
Masker jenis ini sebelumnya hadir sebagai antisipasi kelangkaan masker yang terjadi di apotek dan toko-toko kesehatan pada awal pandemi lalu.
Masker kain yang dibuat harus memiliki tiga lapisan, yaitu lapisan non-anyaman tahan air (depan).
Lalu, microfibre melt-blown kain non-anyaman (tengah), dan kain biasa non-tenunan (belakang).
Masker kain harus dicuci setelah digunakan dan dapat dipakai berkali-kali.
Bahan yang biasa digunakan untuk masker kain adalah bahan kain katun, scarf, dan sebagainya.
2. Masker Bedah 2 Ply atau Surgical Mask 2 Ply
Masker bedah 2 Ply atau urgical Mask 2 Ply ini hanya terdiri dari 2 lapisan (layers), yaitu lapisan luar dan lapisan dalam tanpa lapisan tengah yang berfungsi sebagai filter.
Karena tidak memiliki lapisan filter pada bagian tengah, maka tipe masker ini kurang efektif untuk menyaring droplet atau percikan dari mulut dan hidug pemakai saat batuk atau bersin.
Masker jenis ini hanya direkomendasikan untuk pemakaian masyarakat sehari-hari yang tidak menunjukan gejala-gejala flu atau influenza.
Yang disertai dengan batuk, bersin-bersin, hidung berair, demam, dan nyeri tenggorokan.
3. Masker Bedah 3 Ply atau Surgical Mask 3 Ply
Masker bedah memiliki tiga lapisan (layers) atau masker bedah ini efektif untuk menyaring droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin.
Masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang menunjukkan gejala-gejala flu atau influenza, yakni batuk, bersin-bersin, hidung berair, demam, dan nyeri tenggorokan.
Masker ini juga bisa digunakan oleh tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan.
Berdasarkan rekomendasi WHO, masker seperti ini harus digunakan oleh orang yang berusia 60 tahun ke atas, atau mereka yang memiliki kondisi penyakit mendasar.
Masker medis harus digunakan oleh orang yang merawat pasien yang terinfeksi Covid-19 di rumah, atau orang yang berada di ruangan yang sama.
4. Masker N95
Masker N95 dalam kelompok masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai (disposable).
Masker ini memiliki kelebihan tidak hanya melindungi pemakai dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga cairan hingga berukuran aerosol.
Kelompok masker ini direkomendasikan terutama untuk tenaga kesehatan yang harus kontak erat langsung menangani kasus dengan tingkat infeksi tinggi, seperti pasien positif Covid-19. (*)