Denny Siregar Sentil Ibas yang Bilang 'Lelahmu Jadi Lelahku Juga': Berarti Lebaran Kuda Sudah Dekat
Denny Siregar sentil Ibas Yudhoyono putra SBY soal cuitan 'Lelahmu Jadi lelahku juga'. "Kalau Ibas sudah lelah, berarti lebaran kuda sudah dekat"
Di Indonesia, istilah itu makin ramai karena beberapa pejabat pernah membaca bukunya yang berjudul "Why Nations Fail". Buku yang diterbitkan pada 2012 ditulis oleh dua profesor ilmu ekonomi, Daron Acemoglu dan James A Robinson.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat debat calon presiden 2019 silam, pernah membawa buku ini di forum debat.
Buku tersebut dibawa Prabowo ke atas panggung debat dan ditaruh di meja sehingga menarik perhatian penonton.
Menurut Prabowo, buku itu sedang ia pelajari karena menceritakan tentang negara yang gagal akibat korupsi.
"Ini menarik sekali, jadi rupanya negara-negara gagal itu lembaga-lembaganya rusak, korupsinya terlalu banyak. Kita harus waspada. Bukan saya pesimis. Waspada," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri juga pernah membaca buku ini. Dia mengaku sudah membaca buku ini sejak 2012 ketika jadi ajudan wakil presiden Budiono.
Firli menjelaskan, buku tersebut berisi pemberantasan korupsi yang menjadi perhatian khusus seluruh negara di dunia. Menurutnya, banyak negara yang gagal karena maraknya tindak pidana korupsi yang terjadi.
"Seluruh dunia memberikan perhatian terhadap korupsi karena kejahatan ini adalah kejahatan yang luar biasa makanya penanganan secara luar biasa. Banyak negara bisa gagal mewujudkan tujuan negara karena banyaknya korupsi," kata Firli.
Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul "Mengapa Negara Gagal : Awal Mula Kekuasaan, Kemakmuran, dan Kemiskinan", diterbitkan Elex Media Komputindo. Buku ini menyodorkan tesis, tentang negara disebut gagal atau mengalami keterpurukan ekonomi meskipun dilimpahi sumber daya alam yang melimpah.
Letak kegagalan karena pemerintah negara bersangkutan tidak membuka ruang ekonomi dan politik yang inklusif. Hal ini sekaligus menjadi jawaban atas pertanyaan mengenai asal mula kesenjangan kemakmuran antar bangsa yang selama ini diyakini disebabkan oleh kondisi geografi, kebudayaan dan kebodohan.
AHY dan Negara Turun Kelas
Jika Ibas membahas Negara Gagal, kakaknya AHY yang juga Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat mengomentari pemberitaan bahwa Indonesia turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.
“Idealnya, kita selalu naik kelas. Jangan tinggal kelas, apalagi turun kelas. Masalah gentingnya, bukan di mana status kelas kita saat ini, tapi mampukah negara ini menyelamatkan rakyatnya dari Covid?,” cuit AHY dalam akun pribadinya @AgusYudhoyono, Rabu (7/7/2021) malam.
“Hampir sekian menit sekali terdengar sirine kencang ambulans. Hampir sekian jam sekali terima berita duka dari yang kita kenal. Ini mengonfirmasi, setiap hari ada rekor baru, baik jumlah yang positif terpapar, maupun yang meninggal dunia. Sampai kapan Indonesia?,” tulis AHY.
Tulisan di atas juga mengenai sikap pemerintah menangani Pandemi Covid-19 apakah berhasil atau tidak.
Pernyataan dua anak SBY ini pun jadi pembahasan.
Pihak yang pro dan kontra menanggapi termasuk reaksi dari PDIP parpol utama pendukung pemerintahan Jokowi saat ini. (Tribun-timur.com)