Lois Owien
Jejak Digital dr Lois, Sebut IDI Kerasukan Setan:yang Merasuki IDI ini Pangkatnya Jenderal Bintang 7
dr Lois menyebut IDI kerasukan setan yang pangkatnya Jenderal bintang 7. Pasalnya, semua yang dikatakan IDI diikuti oleh Presiden Jokowi.
Sejumlah capture postingan dr Lois diposting ulang dr Tirta.
"Semua postingan bu lois saya jadikan sini, biar ga nyampah. Saya bahas dikit superficial
•
Akun ig dia ada 3, 1 deactive , 1 dah ga akrif sejak februari , 1 lagi sudah diprivat
•
1. Slide 1-3 masih didapatkan dari twitternya (masih aktif) tidak nampak unsur hack. Karena beberapa kalo dari awal twit konsisten begini hehe .
Lagipula untungnya apa hack akun ga jelas begini (emoji).
2. Slide 4-6 didapatkan dari facebooknya
•
Slide 1. Jelas itu hoax, ga perlu di debat, usulan dia mengenai vit c 1 g / jam itu dah ngasal. Bisa rentan membuat kegagalan ginjal. Virus covid19 ada. Di seluruh dunia ada. Dan dibuktikan jelas via jurnal, presentas ilmiah, pasien, gejala klinis, dokumentasi
•
Slide 2. Bisa banget dijelasin. Semua obat asal diberikan tepat dosis, tepat guna, tidak masalah. Ini materi kuliah dasar di FK.
Bahkan ada web khusus yg mengecek interaksi obat. Metformin anyway sangat berguna untuk diabetes. Dan ini obat sudah menyelamatkan banyak banget penderita diabetes ! Jadi twit ini ngawur
•
Debat ilmiah merupakan sidang terbuka yg dilakukan dengan pengawasan publik. Sudah disediakan tempat klarifikasi dengan para ahli di IDI.
Sidang terbuka biasa dilakukan untuk meraih gelar s3 dan profesor. Jadi gas tu bu lois. Sekalian gelar prof
•
Slide 3. Jelas bu lois menantang debat, tapi mengagung2 kan diri, dan membawa beberapa tokoh. Ini sudah dilarang dalam sumpah dokter yakni “mengagunkan diri”
•
Slide 4-6 indikasi niat membubarkan idi (entah sadar / halusinasi entahlah. Kategori waham delusional
•
•
Jika anda fans bu LOIS, cukup suru dia hadir ke kantor pb IDI PUSAT untuk debat ilmiah dan sidang terbuka bareng ahli. Jika dirasa kurang ada @mastercorbuzier siap mewadahi
•
Kenapa ga di debat dari dulu? Sudah. Oleh @drningz dan prof @ba.tejo dan dr pandu riono (ahli epidemiologi UI) tapi mreka mendapat maki2 an sebagai balesan dan dicap “dokter bodoh” oleh bu lois
•
Fans nya kalo mau dukung. Ga masalah. Kenapa kami ladenin? Krena info dia sudah sangat bablas bisa bahaya buat pasien apaalgi beberapa resepnya yg ngawur," tulis dr Tirta, Minggu (11/7/2021).
dr Tirta juga meminta dr Lois pertanggungjawabkan pernyataan-pernyataannya.
"Ibu lois, pertanggungjawabkan statement anda
Termasuk postingan ini yg sudah anda delete, tapi sayangnya saya sempet capture
Negara ini menjamin kebebasan berpendapat, tapi tidak untuk seperti ini. Ingat gunakan hak anda secara baik
Buat pihak pihak yg menyiarkan berita kematian akibat interaksi obat yg jelas bohong itu, kami juga sudah capture.
Untuk dimintai pertanggungjawaban jika ibu lois tidak hadir ke @ikatandokterindonesia
Tolong ibu lois hadir ke @ikatandokterindonesia , kami beri kesempatan anda menyampaikan pendapat secara ilmiah
Tolongnetizen, hati2 dalam menyiarkan berita, apalagi kalo sudah false information
:) kasi emot api dulu (emoji)," tulis dr Tirta.
Lalu siapakah dr Lois Owien?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjawab hal tersebut.
IDI tegaskan dokter Lois Owien sudah tidak terdaftar dalam keanggotaan IDI.
Terkait hal ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memanggil dokter Lois.
Namun, dalam penelusuran awal, PB IDI menyatakan keanggotaan dokter Lois sudah lama kedaluwarsa di IDI.
"Keanggotaannya sudah lama kedaluwarsa," ujar Ketua Ikatan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih Daeng kepada Kompas.com, Minggu (11/7/2021), dilansir dari artikel Kompas.com dengan judul "IDI Panggil Dokter Lois yang Tak Percaya Covid-19 dan Sebut Pasien Meninggal Bukan karena Virus"
Selain itu, dikutip dari akun Instagram pribadi dr Tirta Mandira Hudhi menyebut bahwa dr Lois tidak terdaftar sebagai anggota IDI.
Di mana, seperti diketahui semua dokter di Indonesia harus tergabung dan terdaftar sebagai anggota IDI.
"Ya memang benar, ibu Lois ini telah mengontak saya. Dan memang menyebarkan info-info yang menurut saya tidak masuk akal.
Ibu Lois ini mengaku sebagai dokter. Setelah dikonfirmasi ke Ketua IDI Pusat dan Ketua MKEK. Beliau mengatakan bahwa dokter Lois tidak terdaftar di anggota IDI," ujar Tirta.
Tirta juga mengatakan bahwa surat tanda registrasi (STR) milik dr Lois sudah tidak aktif sejak 2017.
"Status dokternya dipertanyakan. STR beliau tidak aktif sejak 2017," ujar Tirta.
Seperti diketahui, surat tanda registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan.
Penjelasan ahli
Apakah benar interaksi obat, seperti disampaikan dr Lois, dapat menyebabkan kematian pada pasien Covid-19?
Hal ini dijelaskan oleh Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/7/2021).
Prof Zullies menjelaskan bahwa interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain, ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.
"Interaksi obat itu memang sangat mungkin dijumpai. Bahkan, orang dengan satu penyakit saja, rata-rata ada yang membutuhkan lebih dari satu macam obat," kata Prof Zullies.
Terkait pernyataan dr Lois yang menyebut interaksi obat menjadi penyebab kematian pasien Covid-19, Prof Zullies menekankan bahwa tidak semua interaksi obat itu berbahaya atau merugikan.
Karena sifat interaksi itu bisa bersifat sinergis atau antagonis, bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain.
"Interaksi obat juga ada yang menguntungkan, dan ada yang merugikan. Jadi tidak bisa digeneralisir, dan harus dikaji secara individual," ucap Prof Zullies.
Pada pasien dengan hipertensi, misalnya.
Meski merupakan satu jenis penyakit, namun terkadang membutuhkan lebih dari satu obat, apabila satu obat tidak dapat memberi efek kontrol pada penyakit tersebut. Seringkali penderita hipertensi menerima dua atau tiga jenis obat anti hipertensi.
"Artinya, ini ada interaksi obat yang terjadi, tetapi yang terjadi itu adalah interaksi obat yang menguntungkan. Tapi tentu, pilihan obat yang akan dikombinasikan juga ada dasarnya, paling tidak mekanismenya mungkin berbeda," papar Prof Zullies.
Kendati demikian, Prof Zullies mengatakan bahwa ketika tambahan obat yang diberikan semakin banyak, maka masing-masing akan memiliki risiko efek samping obat.
Sehingga, hal ini pun akan selalu menjadi pertimbangan dokter dalam meresepkan obat pada pasiennya. Artinya, bahwa dengan semakin banyak obat, maka akan semakin meningkat juga risiko efek sampingnya.
Kapan interaksi obat bisa merugikan?
Lebih lanjut, Prof Zullies mengatakan interaksi obat dapat merugikan apabila suatu obat menyebabkan obat lain tidak berefek saat digunakan bersama, atau memiliki efek samping yang sama.
Seperti obat hidroksiklorokuin yang sempat diajukan sebagai terapi pengobatan pasien Covid-19.
Efek samping obat ini dapat memengaruhi ritme jantung, jika digunakan dan dikombinasikan dengan obat yang juga sama-sama memiliki efek serupa, maka itu akan merugikan.
"Ada juga obat yang memberi interaksi dengan meningkatkan efek dari obat lain. Itu bagus, tetapi kalau peningkatan efeknya berlebihan, maka itu akan berbahaya," imbuh Prof Zullies.
Demikian juga obat untuk pasien Covid-19. Pada pasien Covid-19 dengan sakit ringan, biasanya akan diberikan obat antivirus, vitamin atau obat anti gejala.
"Akan tetapi, interaksi obat-obat ini bisa dihindari dengan mengatur cara penggunaan, misal diminum pagi dan sore, atau mengurangi dosis. Masing-masing interaksi obat itu ada mekanismenya sendiri-sendiri," jelas Prof Zullies. (WartaKotalive.comYaspen Martinus/ Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin/ Kompas.com/ Djati Waluyo)