Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Abu Sayyaf

Awal Mula Anak Makassar Aisyah Jadi ‘Pengantin’ Bom Bunuh Diri Jaringan Teroris Abu Sayyaf

Anak Makassar bernama Aisyah adalah calon 'pengantin' bom bunuh diri di Filipina. Ia adalah putri dari Rullie Rian Zeke dan Ulfa Handayani Saleh.

Editor: Muh Hasim Arfah
AFP / NICKEE BUTLANGAN
Aparat Filipina memeriksa lokasi ledakan bom di dalam gereja Katolik di Jolo, Provinsi Sulu, sehari setelah insiden, Senin (28/1/2019). 

TRIBUN-TIMUR.COM- Calon 'pengantin' bom bunuh diri di Filipina, Aisyah adalah adik dari Cici yang sudah ditahan pihak berwenang Filipina terkait kegiatan terorisme.

Sebelumnya, milter dan polisi Filipina menyelamatkan seorang Anak Makassar bernama Siti Aisyah Rullie alias Maryam Israni di Kota Patikul, Sulu, Filipina Selatan, Rabu (23/6/2021).

Dalam laporan Surat kabar Manila Bulletin dikutip Tribun Timur, Jumat (7/2/2021), Aisyah tergabung dalam kelompok separatis Abu Sayyaf.

Aisyah ini adalah putri dari pasangan Rullie Rian Zeke dan Ulfa Handayani Saleh.

Kedua orang itu merupakan pengebom bunuh diri gereja katedral di Pulau Jolo, selatan Filipina pada 2019.

Aisyah dilaporkan sudah kawin dengan anggota militan Abu Sayyap, Rudymar Habib Jihiiran alias Gulam.

Baca juga: Militer Filipina Amankan Anak Makassar Saat Dipersiapkan Kelompok Teroris Abu Sayyaf Jadi Pengebom

Saat ditangkap, mereka pun sedang melangsukan pencucian otak untuk menjadi pengebom berani mati seperti ibu bapaknya di tempat persembunyian itu.

Sementara itu, Cici mengaku sebagai warga negara Malaysia kepada militer Filipina,

Namun, pihak keamanan merasa yakin Cici merupakan warga negara Indonesia.

Dicky menambahkan dirinya sudah bertemu Cici di Kota Zamboanga.

“Dia mengaku orang Indonesia. Dia membenarkan bahwa orang tuanya, yaitu Rullie Rian Zeke dan Ulfa Handayani Saleh, adalah pelaku bom bunuh diri di katedral di Jolo dua tahun lalu,” kata Dicky.

Ulfa Handayani Saleh dari Makassar dan ayahnya bernama Rullie Rian Zeke dari Padang.

Kepada Dicky, Cici bercerita bahwa ibunya mengajaknya bersama dua adiknya, Aisyah dan Abdullah, ke Filipina untuk bertemu ayah mereka.

Cici sekarang ini berumur 17 tahun.

Mereka berempat pergi ke Filipina sekitar 2017 atau 2018 dan transit lebih dulu di Malaysia.

Di negara jiran itu, Cici dipaksa menikah dengan pria Indonesia bernama Andi Baso.

Mereka berlima lantas pergi ke Filipina Selatan melalui jalur tidak resmi dan tiba di Jolo.

Di sanalah Cici bersama ibu dan dua adiknya, Aisyah serta Abdullah, bertemu ayah mereka.

Namun Cici dan suaminya, Andi Baso, tinggal terpisah dengan orang tua Cici.

Ayah dan ibu Cici bersama Aisyah dan Abdullah menetap di lokasi lain.

Dengan alasan ingin mengambil uang untuk pulang ke Indonesia, orang tua bersama kedua adiknya pergi meninggalkan Cici dan suaminya.

Itulah kali terakhir Cici bertemu mereka hingga mendapat kabar orang tuanya tewas setelah melakukan serangan bom bunuh diri di Jolo.

Dicky mengaku belum mengetahui nasib Abdullah, adik bungsu dari Aisyah.

Penangkapan anak dari makassar menambah daftar panjang aktivitas terorisme dari Makassar.

Saat ini, Densus 88 Antiteror Makassar sudah menangkap 58 terduga teroris yang berhasil ditangkap di wilayah Sulawesi Selatan ke Jakarta, Kamis (1/7).

Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol E Zulpan menyebut 58 terduga teroris itu terdiri dari 51 pria dan tujuh orang wanita.

Puluhan terduga teroris ini bagian dari Kelompok Villa Mutiara, yang merupakan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sulsel.

Mereka juga diduga terkait bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar atau bom Makassar.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan jajarannya telah menangkap sebanyak 217 orang terkait kasus tindak pidana terorisme pada periode Januari hingga Mei 2021.

Hasil itu termasuk dari tersangka pengeboman Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan pada 28 Maret 2021.(tribunnews.com/hasim arfah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved