Success Story Haji Wagus Hidayat
Haji Wagus Hidayat Gagal Jadi Mahasiswa Ekonomi Unhas, tapi Sukses di Bisnis Maskapai
Home base SAM Air, maskapai miliknya, memang masih di Bandara Internasional Dortheys Hiyo Eluay, Sentani, Jayapura.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Dia mengakui, kini beberapa elite Partai Demokrat di Jakarta dan Papua, kembali “merayunya” untuk kembali ke partai awalnya.
“Kita lihatlah nanti, inti dari politik itukan bagaimana mengabdi untuk rakyat,” ujarnya sambil tersenyum.
Meski kedua orangtuanya adalah perantau Bugis, namun saat pemilihan lalu, hampir 80 persen raihan suara dari kantong-kantong penduduk asli.
Memasuki tahun ketiga merintis maskapai penerbangan di Tanah Papua, Presiden Direktur SAM Air ini mulai membagun rencana jangka panjang.
Dia tak mau lagi mengalir begitu saja.
Baginya maskapai penerbangan perintis adalah upaya terbaik menghubungkan wilayah terpencil dan pedalaman di Indonesia.
Putra sulungnya dimasukkan di Sekolah Pilot Curug, Jawa Barat.
Perlahan-lahan, putranya diajari mendalami seluk-beluk bisnis jasa penerbangan.
Dia mulai meminta putranya, ikuti business process mengoperasikan dua pesawat perintis di sembilan gugus di Maluku.
Bagaimana tidak, 24 tahun lalu, ia gagal jadi mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
“Padahal hasil ujian sistem komputerisasi di SMA 157 Rappang, dari 150 siswa, hanya saya dan teman dari Ambon yang lulus.”
Tak jadi menyandang status mahasiswa Unhas, bukan mengeculkan hatinya.
Setelah minta petunjuk dari orangtuanya, Haji Thamrin Lani dan ibunya Hajjah Hadawiyah, dia memutuskan kembali ke Papua.
“Bapak saya itu, sejak tahun 1970-an sudah jadi levaransir, bangun sekolah, puskesmas di pegunungan tinggi, jadi punya pengalaman dan banyak temanlah.”(*)