Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Pahlawan

Kisah Andi Makkasau, Pejuang Gigih yang Dibunuh dengan Cara Keji di Lautan Suppa

Ia keturunan langsung dari dua kerajaan utama di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Sidenreng di kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan saat ini.

Editor: Muh. Irham
int
Andi Makkasau, Pahlawan dari Kota Parepare, Sulawesi Selatan 

TRIBUNTIMUR.COM - Andi Makkasau putera kedua Parenrengi Daeng Pabeso Karaengta Tinggimae adalah seorang bangsawan tinggi. Ayahnya Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe Arung Matoa Wajo, Datu Pammana, KaraEng Pabbicara Gowa, Jenderal Bone,Tellu Lattena Sidenreng.

Ia keturunan langsung dari dua kerajaan utama di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Sidenreng di kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan saat ini.

Andi Makkasau dibesarkan dan dididik dalam lingkugan keluarga istana kerajaan Datu Suppa di Pinrang Sulawesi Selatan, terutama pendidikan agama Islam serta pendidikan etika, moral dan lainnya sebagaimana layaknya seorang putera raja.

Pada tahun 1926, Andi Makkasau dinobatkan sebagai Datu Suppa yang kemudian diberi gelar sebagai Datu Suppa Toa.

Penobatan rakyat kepada Andi Makkasau tampaknya amat membawa pengaruh yang amat besar terhadap rakyatnya.

Masyarakat Suppa semakin merasakan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan di kalangan mereka terutama dalam usaha mereka menentang kekuasaan pemerintah Hindia Belanda di Parepare dan sekitarnya.

Andi Makkasau membentuk dan mempelopori organisasi kemasyarakatan dengan tujuan menggembleng kesadaran nasional dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat menuju Indonesia merdeka.

Organisasi yang dibentuk diantaranya, Partai Sarikat Islam di Parepare dibentuk pada tahun 1927, Sumber Darah Rakyat (SUDARA) dibentuk tahun 1944, Penunjang Republik Indonesia (PRI) dan pada tanggal 28 Agustus 1945 dibentuk Pandu Nasional atau Pemuda Nasional Indonesia (PNI).

Andi Makkasau selama hidupnya diisi untuk berjuang melawan penjajah. Ia tidak mau melihat kebebasan dan kemerdekaan rakyat diinjak-injak oleh kekuasaan penjajah.

Andi Makkasau juga ikut membuat deklarasi Jongayya pada 15 Oktober 1945, yang menyatakan mendukung Indonesia merdeka.

Ketika pasukan Sekutu dan NICA datang kembali (masa Revolusi Nasional Indonesia), Andi Makkasau mengadakan Konferensi Parapare pada 1 Desember 1945.

Dalam konfrensi tersebut, dibuat suatu keputusan untuk mendukung Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi dan menolak kembalinya Belanda di Indonesia.

Pembantaian Westerling 1946–1947

Perjuangan Andi Makkasau dalam merebut kemerdekaan Indonesia, juga terkait dengan peristiwa keji yang dilakukan Raymond Westerling dari 11 Desember 1946 hingga Februari 1947.

Serbuan Westerling ke Asuppo dihadang oleh pasukan Andi Makkasau. Namun, senjata yang terbatas dan personel yang kurang membuat laskar Andi Makkasau tidak bisa lama bertahan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved