Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Covid 19

Sudah Menginfeksi Ratusan Orang di Indonesia, Gejala Covid-19 Varian Delta Mirip Pilek Musiman

Sudah Menginfeksi Ratusan Orang di Indonesia, Gejala Covid-19 Varian Delta Mirip Pilek Musiman

Editor: Ilham Arsyam
tribunnews
Ilustrasi - Gejala Virus Corona Varian Delta Mirip Pilek Musiman 

Serta berpotensi kebal terhadap terapi antibodi monoklonal juga infus antibotik intravena untuk menetralisir virus.

Setidaknya 16 sampel tersebut ditemukan di Maharasthra, satu dari negara bagian yang paling terdampak pandemi Covid-19, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Kamis (24/6/2021).

Varian Delta plus juga telah ditemukan di 9 negara lainnya, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Portugal, Swiss, Jepang, Polandia, Nepal, Rusia dan China.

Namun, ahli terkemuka virologi mempertanyakan pengkategorian Delta plus sebagai "varian yang mengkhawatirkan".

Mereka mengatakan belum ada data yang membuktikan bahwa varian tersebut lebih mudah menyebar atau lebih mematikan dibandingkan varian lainnya.

"Belum ada data yang mendukung klaim varian yang mengkhawatirkan ini," kata Dr Gagandeep Kang, virolog dan perempuan India pertama yang dipilih sebagai anggota Royal Society of London, kepada koresponden BBC India, Soutik Biswas.

"Anda memerlukan informasi biologis dan klinis untuk mempertimbangkan apakah ini benar-benar varian yang mengkhawatirkan."

Ini artinya, pemerintah India perlu lebih banyak data untuk menentukan apakah varian ini bisa dinetralisir oleh antibodi yang dihasilkan oleh vaksin yang saat ini tersedia dengan varian lain dari Covid-19.

Data yang lebih luas juga dibutuhkan mengenai peningkatan penularan, kegagalan diagnostik, tes rutin yang tidak menangkap adanya varian, dan apakah varian Delta plus ini menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Varian Delta plus mengandung mutasi tambahan yang disebut K417N pada duri virus corona, yang ditemukan pada varian Beta dan Gamma, yang masing-masing pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan Brasil.

Bahkan dengan 166 contoh Delta plus yang dibagikan di GISAID, sebuah basis data terbuka global, menurut Dr Jeremy Kamil, virolog dari Pusat Ilmu Kesehatan, Louisiana State University di Shreveport, mengatakan:

"Kita tidak punya banyak alasan untuk percaya ini lebih berbahaya dibandingkan dengan varian Delta asli."

"Saya akan tetap tenang. Saya tidak berpikir pemerintah India atau pemerintah di negara lainnya telah merilis atau mengumpulkan data yang cukup untuk membedakan risiko dari apa yang disebut varian Delta plus, ini lebih berbahaya atau mengkhawatirkan dibandingkan dengan varian Delta yang asli," katanya. (Intisari Online)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved