Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Sekretaris Bappeda Bone Ajak Remaja Kembali Sekolah

Cerita Sekretaris Bappeda Bone Ajak Remaja Kembali Sekolah lewat program Gerakan Lisu Massikola

Penulis: Siti Aminah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/AMINAH
Sekretaris Bappeda Kabupaten Bone, Samsidar menceritakan suka duka mengajak anak atau remaja yang tidak sekolah ikut program 'Gerakan Masyarakat Lisu Massikola' saat berkunjung ke Kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Senin (21/6/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sekretaris Bappeda Kabupaten Bone, Samsidar menceritakan suka duka mengajak anak atau remaja yang tidak sekolah, putus sekolah dan tidak melanjutkan sekolah untuk ikut program 'Gerakan Masyarakat Lisu Massikola'.

Samsidar menyampaikan, sangat susah untuk membujuk mereka, apalagi bagi remaja yang sudah bergelut di dunia kerja.

Mereka sudah nyaman dengan pekerjaannya di desa/kampung tanpa memikirkan kelanjutan pendidikannya.

Ia melakukan pendekatan persuasif kepada orangtua atau anak dan remaja yang bersangkutan.

"Untuk membujuk mereka harus dari hati ke hati, mesti sabar. Saya rasakan betul bagaimana mereka tidak mau sekolah lagi karena sudah punya pekerjaan," ucap Samsidar disela kunjungannya ke Kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Senin (21/6/2021) sore.

Inspirasi replikasi ini dilalukan dengan pendekatan berbeda.

Pendekatan utama adalah kearifan lokal berbasis data,dimana sentuhan utama ke masyarakat adalah petuah orang tua dan agama.

Data harus siap di desa, dianalisa dan disusun programnya. 

"Gemar Limas dilakukan dengan mendata, perencanaan berbasis peta sosial menetapkan jumlah anak yang akan dikembalikan, konfirmasi kepada anak orang tua untuk kembali bersekolah kemudian dianggarkan melalui dana desa," paparnya.

Desa mengambil peran utama, dimana anak yang akan kembali ke sekolah harus di SK kan oleh desa, anggaran disiapkan oleh desa dan warga masyarakat boleh berpartisipasi. 

Permasalahan pendidikan ditangani oleh desa.

Anak atau remaja diberikan keleluasaan untuk memilih melanjutkan sekolah formal atau nonformal.

Hanya saja kata Samsidar, sekolah nonformal paling banyak diminati, karena para sasaran bisa menyesuaikan kapan waktu mereka untuk mengikuti program tersebut.

Karena itu, keberlanjutan inovasi 'Gemar Limas' ini dimaksimalkan melalui peranan sumberdaya lokal seperti aparat pemerintah kecamatan, desa/kelurahan, pengelola PKBM dan Forkopimcam.

Samsidar mengaku terharu karena diapresiasi banyak masyarakat Bone lewat inovasi tersebut.

Kini, inovasi yang dicetuskan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Provinsi Sulawesi Selatan masuk kategori top 99 inovasi nasional.

Penghargaan itu ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara Reformasi Birokrasi (MenPAN RB) lewat pengumuman bernomor B/112/PP.00/05/2021. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved