Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ruang Publik LSKP

Diskusi LSKP, Luna Vidya: Jadilah Seperti yang Kamu Mau,Jangan Berkutan Gender Terjerat Diskriminasi

Ruang Publik LSKP Edisi #1 bahas masalahan sosial kontemporer dengan prespektif gender yang apik. Diskusi dikemas interaktif dan komprehensif.

Editor: AS Kambie
COURTESY: A Yani
Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) didukung oleh Women’s Democracy Network dan International Republican Institute dan kerjasama dengan Kaukus Perempuan Sulawesi Selatan serta Kaukus Perempuan Politik Sulawesi Selatan gelar Ruang Publik LSKP Edisi #1, Jumat 18 Juni 2021 
Andi Ahmad Yani
Andi Ahmad Yani (dok.tribun)

Andi Ahmad Yani
Pengurus LSKP Sulsel
Melaporkan dari Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Lembaga Studi kebijakan publik (LSKP) didukung oleh  Women’s Democracy Network dan International Republican Institute dan kerjasama dengan Kaukus Perempuan Sulawesi Selatan serta Kaukus Perempuan Politik Sulawesi Selatan melaksanakan Ruang Publik, Jumat, 18 Juni 2021.

Kegiatan Ruang Publik adalah diskusi online yang inspiratif dan edukatif yang dihadirkan oleh Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) bekerjasama dengan Women Democracy Network (WDN). Dalam pelaksanaanya akan menghadirkan pembicara hebat dari kalangan politisi, pemimpin daerah, akademisi, dan aktivis.

Membahas permasalahan sosial kontemporer dengan prespektif gender yang apik. Diskusi dikemas dengan cara interaktif dan komprehensif.

Edisi #1 Ruang Publik LSKP dimulai pada pukul 16.30 WITA dipandu oleh Luna Vidya sebagai host dan menghadirkan beberapa narasumber.

Mereka adalah Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Unhas Prof Nurhayati Rahman, dan aktivis perempuan dan trainer pendidikan politik Aflina Mustafaina.

Ruang Publik LSKP dilaksanakan secara virtual melalui live streaming di YouTube Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) serta zoom meeting.

Sesuai jadwal, kegiatan dimulai dengan agenda memperkenalkan kegiatan kepada peserta diskusi oleh direktur Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) Andi Yudha Yunus.

“LSKP senantiasa memberikan ruang kepada publik untuk membahas isu kontemporer yang berkenaan dengan kesetaraan gende dalam konteks kebijakan publik. LSKP senantiasa hadir dengan berbagai program dan inovasi untuk memperjuangkan kesetaraan gender, utamanya perempuan dan disabilitas,” ungkap Yudha Yunus selaku Direktur Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP).

Ruang Publik LSKP Edisi #1 diikuti oleh berbagai komunitas kepemudaan, sosial dan pendidikan.

Banyak juga tokoh publik yang ikut hadir dalam Ruang Publik Edisi #1. Peserta diskusi yang akrab disebut Sahabat Publik Yang Kritis sangat antusias dalam mengikuti Ruang Publik LSKP Edisi #1.

Luna Vidya membuka bahasan dialog dengan perkenalan perkenalan Ruang Publik, dilanjutkan dengan pemaparan profil narasumber dan dialog interaktif Bersama narasumber.

Prof Nurhayati Rahman membongkar dan banyak mengeksplorasi terkait konsep gender yang berkembang dalam budaya lokal.

Ikut diutarakan Prof Nurhayati Rahman terkait bentuk dan sistem keluarga.

“Konsep gender dan budaya lokal kaitannya sangat erat. Tiga bentuk konsep kekeluargaan yang berkembang yaitu matrinear, patrilineal dan bilateral. Indonesia menganut sistem kekeluargaan bilateral,” jelas Prof Nurhayati Rahman, yang selama ini konsen dalam bidang riset terkait gender dan kaitannya dengan sejarah.

Pandangan dari Prof Nurhayati Rahman disambut baik dan ditambahkan oleh Aflina yang akrab disapa Kak Pino, aktivis perempuan.

Juga Aflina banyak berbicara tentang kekeliruan yang berkembang terkait perbedaan seks dan pembagian gender yang hadir ditengah masyarakat. Serta, situasi krisis gender dan pemaknaan fasilitas publik yang kurang aksesibel.

“Sebenarnya seks, orientasi seksual, ekspresi gender dan ragam seks saling berkolesi dalam bentuk ketidakadilan gender dengan akar penindasan yaitu patiarki. Terlebih lagi peradaban Bugis terkait dengan ragam gender yaitu pria (orane), wanita (makunrai) calalai, calabai dan bissu. Situasi kritis gender saat ini yaitu pemaknaan ruang publik di dunia nyata dan dunia maya, berkaitan dengan akses perempuan dalam mewujudkan keadilan gender dan mengekspresikan representasi politiknya,” jelas Aflina Mustafaina.

Edisi #1 Ruang Publik LSKP semakin menarik ketika Andi Ina Kartika Sari selaku Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2019-2024 yang bergabung kedalam aplikasi zoom meeting melalui Studio di Kantor Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP).

Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari hadir memberikan gambaran terkait aktivis dan motivasi Ina Kartika dalam menjalankan sebagai sosok pemimpin perempuan dan perwakilan masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan.

“Saya terjun ke dunia politik merupakan tirah politik yang mendorong saya hadir di DPRD dan menjadi representasi perempuan. Saya mengawali peran sebagai anggota DPRD Sulawesi Selatan sejak tahun 2009 hingga saat ini. Motivasi terbesar saya yaitu perjuangan almarhuma ibunda saya yang juga berada di dunia politik. Beliau menanamkan nilai bagi saya bahwa hak-hak yang harus didapatkan oleh perempuan yang perlu diperjuangkan oleh perempuan juga,” jelas Andi Ina Kartika Sari.

Ungkapan Andi Ina Kartika Sari disambut dengan penuh antusias.

Ditambah ulasan kritis dari Luna Vidya selaku host.

Pertanyaan yang hadir dari peserta zoom meeting disampaikan kepada ketiga narasumber dengan bahasan singkat, padat dan jelas, serta langsung mengarah pada poin bahasan.

Salah satu pertanyaan hadir dari seorang peserta perwakilan dari organisasi kepemudaan yang juga konsen di isu gender.

“Bagaimana solusi atas hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh milenial, utamnya perempuan. Sehingga, partisipasi kita lebih kuat?, serta bagaimana milenial mampu memberikan pemahaman masyarakat global tentang hal ini?” ungkap Dian, anggota komunitas Indonesian Future Leader Chapter Sulsel.

Kedua narasumber dan Andi Ina Kartika Sari menyambut dengan baik pertanyaan dan tanggapan kritis dari peserta Ruang Publik LSKP Edisi #1.

Selaku aktivis perempuan, Aflina Mustafaina mengangkat bahasan terkait pentingnya informasi dan data yang berkaitan dengan gender, supaya tidak lagi hadir bias oleh masyarakat.

“Perlunya penyajian data untuk mengangkat kembali informasi-informasi yang berkaitan engan gender. Solusinya yakni milenial dapat memperoleh informasi melalui e-book untuk dijadikan konten yang memiliki pesan positif agar bisa diterima di masyarakat,” jelas Aflina Mustafaina yang saat ini aktif juga sebagai trainer pendidikan politik.

Dialog panjang yang dihadirkan oleh host dan narasumber Ruang Publik Edisi #1 membuka banyak insight baru bagi peserta Ruang Publik LSKP Edisi #1. Tepat pukul 18.10, ketiga narasumber memberikan closing statemen Ruang Publik LSKP Edisi #1.

“Milenial harus banyak mengambil peran dalam dunia politik. Jabatan sebagai amanah yang dipercayakan kepada saya saat ini akan menjadi kekuatan dan jalan bagi saya untuk memperjuangkan hak-hak dan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang adil. Palu yang menjadi amanh bagi saya akan saya gunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentigan rakyat Sulawesi Selatan,” Andi Ina Kartika Sari.

Pandangan Andi Ina Kartika Sari untuk memantik partisipasi dari milenial ditambahkan pula dengan pandangan Aflina terkait nilai lampau dan budaya patriarki yang harus ditinggalkan.

“Nilai yang sdah lampau yaitu budaya patriarki harus ditinggalkan dan menjadikan pandemi ini sebagai momen tolong menolong seperti budaya kita di Sulawesi selatan,” kata Aflina Mustafaina.

Edisi #1Ruang Publik LSKP juga ditutup dengan closing statemen dari Prof Nurhayati Rahman yang mengharapkan peserta dan masyarakat luas untuk mau menghargai budaya lokal. Tidak hanya bangga dengan budaya barat, tetapi segala kultural dan adat yang ada harusnya dapat dilestarikan.

Ditegaskan Prof Nurhayati Rahman, milenial harus bangga dengan budaya lokal daerahnya.

“Milenial tidak gampang untuk menerima budaya luar, sehingga kita semua harus kembali ke akar, tidak perlu kearah barat, korea ataupun cina tetaplah bangga atas apa yang ada pada dirimu dan apa yang kamu punya. Tetaplah menjadi dirimu agar kamu punya sesuatu yang kamu banggakan,” kata Prof Nurhayati Rahman

Sebagai moderator, Luna vidya memberikan gambaran umum mengenai apa yang telah dibahas oleh ketiga narasumber dan memberikan sebuah pesan bahwa kita saat ini sedang berhadapan dengan satu tirai tentang masa lalu dan masa depan.

“Mari kita menjadikan diri kita sebagai apa yang kita mau tanpa melihat latar belakang, berkutan dengan persoalan gender dan terkungkung dengan jerat diskriminasi,” ujar Luna Vidya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved