Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Woman Talk

Cerita Misnah M Attas, Dilema Antara Jadi PNS dan Ketua KPU Makassar

Cerita Misnah M Attas di Women Talk, Dilema Antara Jadi PNS dan Ketua KPU Makassar

Penulis: Siti Aminah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/AMINAH
Women Talk yang diselenggarakan Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) disiarkan lewat YouTube Tribun Timur menghadirkan Komisioner KPU Sulsel Misnah M Attas, Selasa (15/6/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Women Talk kali ini menghadirkan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Misnah M Attas, Selasa (15/6/2021).

Lewat kegiatan Women Talk yang diselenggarakan Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP), Misnah menceritakan perjalanan kariernya selama menjadi anggota KPU.

Ia sempat dihadapkan dengan pilihan yang berat. Kala itu, tahun 2018 ia terpilih sebagai Ketua KPU Makassar setelah melewati proses seleksi dan persaingan yang ketat. 

Beberapa jam pasca mendengar kabar bahagia tersebut, ia dinyatakan lulus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di bidang pertanian. Antara mundur jadi ketua KPU Makassar atau tetap mempertahankan jabatan barunya.

"Kalau saya mundur saya merasakan beratnya bersaing di KPU saat itu, saya berpikir akan ada gonjang ganjing, makanya saya meminta ijin ke keluarga," sebutnya.

Mengingat perjuangannya yang sangat keras, Misnah akhirnya memutuskan untuk menjadi Ketu KPU Makassar. Keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak utamanya keluarga.

"Padahal CPNS memang menjadi dorongan orang tua untuk sejak lama," ungkapnya 

Untungnya, pihak keluarga selalu memberi dukungan terhadap pilihan yang diambil. 

Menjadi seroang ASN merupakan pekerjaan yang menjanjikan kata Misnah, punya insentif yang aman bahkan tunjangan-tunjangannya didapatkan hingga akhir hayat.

Dibandingkan sebagai komisioner KPU yang jenjang karirnya berdasarkan periodik.

Hanya saja, Misnah tak mau dianggap mencari pilihan yang aman. Ia merasa tertantang untuk menyelami dunia kepemiluan lebih jauh lagi. 

"Kalau PNS hampir bisa dipastikan sampai akhir hayat kalau diberikan umur panjang akan terus bekerja hingga pensiun, pesangonnya lebih menjamin dibandingkan jadi anggota KPU. Dan saat itu tidak ada tunjangan apapun dari negara hanya berupa uang kehormatan," jelasnya.

Begitulah hidup kata dia, setiap orang punya cara untuk menapakkan jejaknya. Punya eksistensi yang berbeda-beda.

Menjadi seorang komisioner adalah pilihannya, dan itulah takdir yang dijalankan dengan sepenuh hati.

"Pekerjaan ini saya jalani dengan rasa nyaman dan dijiwai, ada kebahagiaan tersendiri menyelesaikan pemilu. Kalau saya tidak cinta pekerja tidak mungkin sampai saat ini saya di KPU," tuturnya.

Sekadar informasi, sesi woman talk ini disiarkan secara langsung lewat YouTube Tribun Timur.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved