Tribun Bisnis
30 Tahun Jadi Petani Madu Hutan di Cindakko, Kini Dg Lajju Dapat Pendampingan Pertamina
30 Tahun Jadi Petani Madu Hutan di Cindakko, Kini Dg Lajju Dapat Pendampingan Pertamina
Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Hasriyani Latif
Ia mengatakan, Lebah Madu yang dipanen Dg Lajju merupakan jenis Apis Dorsata.
Sampai saat ini belum bisa dibudidayakan.
Olehnya itu, metode paling tepat ialah Panen Lestari.
"Selama ini panen tradisional dengan cara mengambil seluruh struktur saran. Tetapi dengan dikenalkan panen lestari hanya mengambil 3/4 kantong madu dan menyisahkan 1/4 untuk cadangan makanan lebah," jelasnya.
Dengan begitu, Lebah tetap bisa menempati sarangnya dan kelak bisa dipanen lagi.
Ia juga menekankan pentingnya menggunakan APD saat panen.
"Tempat madu harus bersih, gunakan pisau stenlis. Jadi madunya pasti lebih bagus dan harganya bisa lebih tinggi," katanya.
Senior Supervisor Communication & Relation PT Pertamina Regional Sulawesi, Taufik Kurniawan mengatakan, tak hanya mengedukasi cara memanen madu hutan.
Untuk mendapatkan hasil yang banyak dan bernilai jual tinggi, Pertamina juga memfasilitasi Petani dalam membudidayakan madu di rumah masing-masing.
Fokusnya, membantu masyarakat Cindakko ini khususnya Petani Madu naik kelas.
"Jadi ada kotak budidaya yang terbuat dari kayu. Masing-masing rumah dapat sehingga mereka tak mesti ke hutan lagi, cukup di rumah saja," katanya.
Dalam pendampingan ini, terdapat dua jenis lebah yang dibudidayakan di rumah.
Pertama, Apis Cerana menggunakan metode stup (memindahkan dari sarang liar) ke Kotak Budidaya.
"Biasanya butuh waktu 4 bulan (proses awal) baru bisa diambil madunya atau saat koloni sudah beradaptasi maka bisa diambil secara terus menerus," kata Taufik.
Kedua, Triguna (Stingles bee) atau jenis lebah yang tak memiliki sengat tetapi kaya kandungan propolis bee bread.
