Tribun Bisnis
30 Tahun Jadi Petani Madu Hutan di Cindakko, Kini Dg Lajju Dapat Pendampingan Pertamina
30 Tahun Jadi Petani Madu Hutan di Cindakko, Kini Dg Lajju Dapat Pendampingan Pertamina
Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Hasriyani Latif
Selama 30 tahun menjadi Petani Madu, Dg Lajju masih menggunakan metode panen tradisional.
Panen tradisional yang dimaksud dengan cara diasapi. Saat Lebahnya terbang Dg Lajju lalu mengambil seluruh struktur saran.
"Lau dibersihkan, diperas lalu masukkan ke cergen," katanya.
Hanya saja, melalui cara penen ini Dg Lajju hanya bisa memanennya sekali. Sementara Lebah Hutan tersebut akan berpindah dan membuat saran baru.
"Biasa carimi lagi yang lain, puncaknya itu kalau bulan 8," katanya.
Siklus tersebut lah yang terus dilakukan Dg Lajju demi memenuhi kebutuhan anak istrinya.
Hanya sebatas biaya hidup. Untuk menyekolahkan 7 anaknya Dg Lajju belum mampu.
Terlebih jarak rumahnya dengan sekolah sekiranya 30 sampai 40 kilometer.
Itupun medannya sulit. Tak ada kendaraan umum yang bisa melintas kecuali mobil off-road.
Di sana hanya ada kelas jauh untuk Sekolah Dasar (SD). Itupun kondisinya jauh dari kata Relevansi Pendidikan.
Atas dasar itulah PT Pertamina (Persero) melalui Depot Pengisian Pesawat Udara menghadirkan program Corporate Social Responsibility (CSR) di Dusun Ciddako ini.
Mengusung Cindakko Menyala, deretan program pemberdayaan dihadirkan bagi masyarakat.
Salah satunya, menggandeng Inspiratur Lebah Madu Indonesia (ILMI) Region Sulawesi Selatan (Sulsel).
Orang-orang yang tergabung di ILMI pun mengajari metode aman memanen Madu Hutan.
"Kami ajari dan dampingi Petani Cindakko ini cara panen lestari," katanya Ketua ILMI Sulsel, Kaimuddin Amin (34).
