Kisah Pahlawan
Kisah Andi Djemma, Berani Ultimatum Belanda Agar Pergi dari Palopo
Pada 1906, Belanda berhasil menaklukkan Kerajaan Luwu. Djemma kecil pun hanya sempat bersekolah hingga tingkat sekolah dasar.
TRIBUNTIMUR.COM - Salah satu pahlawan asal Sulawesi Selatan adalah, Andi Djemma. Andi Djemma lahir di Palopo 15 Januari 1901.
Ibunya bernama Andi Kombo, pemimpin Kerajaan Luwu.
Pada 1906, Belanda berhasil menaklukkan Kerajaan Luwu. Djemma kecil pun hanya sempat bersekolah hingga tingkat sekolah dasar.
Andi Djemma memperoleh pendidikan formal di Inlandsche School (sekolah dasar lima tahun) di Palopo.
Ia tamat dari sekolah ini pada tahun 1915. Sebagai seorang calon datu (raja), Andi Djemma belajar tentang pemerintahan dari sang ibu dan para pejabat istana.
Pada 1919 hingga 1923, Andi Djemma memegang jabatan Sulewatang (setingkat wedana) di Kolaka.
Setelah itu, ia diminta kembali ke Palopo untuk dipersiapkan sebagai Datu. Ternyata Andi Djemma yang cerdas juga mulai mempelajari dan mengenal tentang nasionalisme.
Andi Djemma pun akhirnya dipercaya menjadi pemimpin sebuah cabang partai politik di Jawa. Hal ini tak luput dari pengawasan Belanda.
Mereka takut kiprah politik Andi Djemma akan meruntuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia.
Pada 1935, Djemma naik tahta menggantikan ibunya yang telah wafat. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, Djemma langsung mengeluarkan pernyataan, bahwa Kerajaan Luwu merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai seorang raja, Djemma juga mengijinkan pembentukan badan-badan perjuangan di Palopo, seperti Pemuda Nasional Indonesia, dan Pemuda Republik Indonesia.
Pada November 1945, pasukan Australia yang mewakili negara sekutu datang ke Palopo untuk memulangkan pasukan Jepang ke negaranya.
Namun, Belanda memanfaatkan kedatangan pasukan Australia dengan menentang aksi pengibaran bendera merah putih di Palopo.
Hal tersebut membuat Djemma marah lalu mengultimatum Belanda untuk pergi dari daerah tersebut dalam waktu 2 X 24 jam. Tapi rupanya hal itu tidak diindahkan Belanda.
Maka pada tanggal 23 Januari 1946, setelah batas waktu ultimatum itu berakhir, para pemuda melancarkan serangan serentak terhadap kedudukan pasukan Belanda di Kota Palopo.