Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ngovi Tribun Timur

Kenapa Transformasi Sistem Kesehatan Diperlukan? Berikut Penjelasan Prof Abdul Kadir

Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI Prof dr Abdul Kadir menyebut sekarang merupakan waktu tepat untuk melakukan transformasi kesehatan.

Penulis: Rudi Salam | Editor: Suryana Anas
DOK TRIBUN-TIMUR.COM
Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Prof dr Abdul Kadir di Live Ngobrol Virtual (Ngovi) Tribun Timur, Jumat (4/6/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Prof dr Abdul Kadir menyebut sekarang merupakan waktu tepat untuk melakukan transformasi kesehatan.

Hal tersebut disampaikan saat menjadi narasumber di Live Ngobrol Virtual (Ngovi) Tribun Timur, Jumat (4/6/2021).

Ngovi Tribun Timur Seri #44 ini mengangkat tema Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia.

Acara ini dipandu oleh Alfian dan disiarkan secara langsung melalui YouTube dan Facebook Tribun Timur.

"Sekarang lah kita untuk melakukan transformasi kesehatan. Kenapa, karena krisis memberikan kesempatan terbaik untuk berubah," kata Prof Abdul Kadir.

Dirinya mengatakan bahwa pandemi Covid-19 harus dimanfaatkan untuk melakukan transformasi karena telah menjadi prioritas nomor satu.

"Sekarang ini, kesehatan prioritas nomor satu di Indonesia. Karena tanpa kesehatan, maka ekonomi tidak bisa berkembang," katanya.

Pandemi ini pun kata dia telah membuka mata akan masalah sistem yang ada di Indonesia yang harus kita perbaiki.

Dipaparkan pula bahwa ternyata secara global, biaya kesehatan terus meningkat.

Namun sayangnya, kata dia, peningkatan biaya kesehatan ini tidak diikuti GDP.

"Jadi ibaratnya ada suami istri di dalam satu rumah tangga, pengeluaran istrinya jauh lebih besar dari pendapatan suami," katanya.

"Sehingga menjadi mines terus, inilah yang terjadi di Indonesia. Ini dialami beberapa negara seluruh dunia," paparnya.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa layanan primer, atau biaya kesehatan digunakan 85% bahkan 95% itu digunakan untuk biaya kuratif.

Sedangkan sekitar 10% sampai 15% digunakan untuk preventif dan promotif.

"Inilah harus kita balik. Tentunya kalau kita bicara preventif dan promotif ini maka utama adalah layanan primer, Puskesmas, klinik kesehatan dan sebagainya," katanya.

Oleh karena itu, dia berharap harus melakukan transformasi, dimana fungsi Puskesmas kembalikan ke asalnya untuk kesehatan masyarakat. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved